Historia
Nasib Tragis KRI Irian! Kebanggaan di Zaman Soekarno, Jadi Rongsokan di Masa Soeharto!
Inilah KRI Irian! Pernah menjadi kebanggan TNI di masa Presiden Soekarno, justru berakhir jadi besi tua di era Presiden Soeharto!
Tapi dengan empat kubah kanon yang masing-masing berisi tiga buah laras berukuran 12,5 cm tipe 57 tentunya bukan lawan yang ringan untuk kapal perang jenis Frigat atau Destroyer.
Apalagi KRI Irian masih dilengkapi sejumlah persenjataan tambahan berupa 12 kanon kaliber 10 cm, 32 kanon kaliber 3,5 cm, 4 Tripel Gun kaliber 20 mm.
Bahkan untuk melawan kapal selama, KRI Irian dilengkapi 10 tabung torpedo kaliber 533 mm.
KRI Irian sebenarnya sejak awal tidaklah dipersiapkan untuk beroperasi di daerah tropis. Untuk itu sebelum diserahkan ke ALRI rencananya akan dilakukan sejumlah modifikasi.
Tapi begitu mengetahui biayanya yang terlalu tinggi perubahan itu urung dilakukan.
Namun, mengingat kapal ini sejak awal didesain untuk daerah dingin maka ketika dibeli oleh Indonesia yang beriklim tropis mau tidak mau ventilator kapal harus ditambah.
Tujuannya guna menambah sirkulasi udara di dalam ruangan kapal dan untuk memenuhi kebutuhan teknis itu, genset sebagai tenaga penggerak diganti menggunakan kapasitas yang lebih besar.
Di luar Uni Soviet pengguna kapal kelas Sverdlov ini pada zaman itu (1960-an) hanya Indonesia.
Dalam penjualan kapal kelas Sverdlov, Uni Soviet memang sangat selektif dan berusaha keras agar pihak Barat tidak mengetahui teknologi yang dimiliki.
Oleh karenanya Uni Soviet berprinsip tidak akan pernah menjual kapal sebesar itu ke pihak luar selain kepada sahabat dekatnya.
Sebagai negara yang sedah berhubungan baik dengan Uni Soviet, maka saat itu Indonesia tidak hanya membeli kapal perang atas air tapi juga sejumlah kapal selam (bawah air).
Tepat pada 24 Januari 1963 Ordzonnikidze resmi bertugas di Indonesia dan diberi nama KRI Irian (kependekan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland) dengan nomor lambung 201.
Angka dua di depan menunjukan bahwa semakin kecil angkanya bobot dan ukuran kapalnya semakin besar.
Dilihat dari sejarahnya TNI AL ternyata baru pertama kali menggunakan nomor lambung berkepala dua pada armada kapal perangnya dan sampai sekarang belum ada penggantinya.
Pasalnya memang tidak pernah menggunakan kapal sekelas itu lagi.