TERUNGKAP! Najib Razak 2 Kali Telepon Anwar Ibrahim Malam Setelah Kalah Pemilu. Ini yang Dibahas

Bahkan, karena kepanikan tersebut, ia sampai menelepon tokoh utama oposisi Anwar Ibrahim yang berstatus narapidana pada Rabu malam tersebut.

kolase
Anwar Ibrahim dan Najib Razak 

TRIBUNBATAM.id, KUALA LUMPUR - Kekalahan mengejutkan Barisan Nasional atas oposisi Pakatan Harapan pada Pemilu 9 Mei lalu, membuat Perdana Menteri Najib Razak panik.

Bahkan, karena kepanikan tersebut, ia sampai menelepon tokoh utama oposisi Anwar Ibrahim yang berstatus narapidana pada Rabu malam tersebut.

Najib bahkan sampai menelepon pendiri PKR, pemimpin koalisi partai oposisi tersebut.

Hal itu diungkapkan sendiri oleh Anwar kepada media, Kamis (17/5/2018) malam.

Anwar mengaku, seterunya itu mengungkapkan kesedihannya atas kekalahan BN kepada Anwar yang merupakan musuh bebuyutannya itu.

Baca: Polisi Seharian Mengebor Brankas yang Diambil dari Rumah Mantan PM Najib Razak. Apa Isinya?

Baca: Mahathir Bentuk Tim Mengurai Jeroan 1DMB. Ada Penasihat Senior Bank Indonesia di Dalamnya

Baca: Rezim Najib Razak Terguling, Kasus Pembunuhan Model Cantik Mongolia Dibuka Lagi?

Anwar Ibrahim mengaku lebih banyak mendengar kelih-kesah Najib dan hanya ,memberi nasihat agar mantan PM itu menerima kekalahan dengan sportif.

Kekalahan BN untuk pertama kalinya dalam 60 tahun memang membuat Najib syok karena ia harus memberikan kekuasaan kepada Mahathir Mohamad yang bersatu dengan Anwar untuk menggulingkan pemerintahannya.

“Saat Beliau telefon pada malam pemilihan, saya menasihati Beliau sebagai seorang kawan, meminta dia menerima kekalahan dan meneruskan kehidupan,” kata Anwar kepada Reuters di kediamannya di Kuala Lumpur, Kamis.

Anwar menyarankan Najib agar segera mengeluarkan pernyataan secara terbuka sehingga dirinya tidak dinilai seolah-olah hendak melarikan diri dari proses demokrasi itu.

Pada kenyataannya, Najib tidak mengeluarkan pernyataan --bahkan membatalkan jumpa pers-- meskipun Mahathir sudah mengklaim memenangkan Pemilu pada Rabu malam tersebut.

Barulah keesokan harinya Najib menggelar jumpa pers, namun tidak mengungkapkan pengakuan kekalahan BN.

Ia justru mengatakan bahwa tidak satupun partai mencapai kursi mayoritas untuk membentuk pemerintahan sehingga PM baru akan ditentukan oleh Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung.

“Beliau bersikap sangat mengelak… Beliau enggan mengakui kekalahan,” kata Anwar.

PH sendiri memenangkan Pemilu dengan 113 kursi, melebihi syarat minimal pembentukan pemerintahan 112 kursi dari 222 kursi parlemen. Sementara BN hanya meraih 79 kursi.

Hanya saja, komisi pemilihan umum (SPR) memang tidak memberikan keputusan karena PH tidak didaftarkan sebagai koalisi resmi oleh PKR dan tiga partai oposisi lainnya.

Anwar mengatakan, setelah telepon pertama, Najib kembali meneleponnya dasn saat itu ia hanya mendengarkan curhat Najib dan tidak mau memberikan nasihat apapun.

ketika ditanya, apakah ada deal politik yang dibicarakan pada malam itu, Anwar mengatakan tidak.

“Najib tidak menyampaikan tawaran apapun kecuali menyampaikan kesedihan," katanya.

Najib belum memberikan komentar terkait pernyataan Anwar tersebut.

Pengamat menilai, jika benar Najib Razak menelepon Anwar Ibrahim, hal itu diduga hendak mencoba menarik empati lawan politiknya.

“Ini hal biasa untuk seorang pemimpin mencoba menarik perhatian dari pihak lawan,” kata Adib Zalkapli, seorang pengamat politik.

Namun, dugaan lain yang berkembang, Najib memang sedang berusaha untuk membuat kesepakatan dengan Anwar, namun politisi 70 tahun itu tidak terpancing untuk memberikan tawaran apapun.

Mahathir Mohammad
Mahathir Mohammad (kompas.com)

Tahun lalu, Najib menjenguk Anwar di rumah sakit saat masa pemulihan setelah operasi bahu.

Pertemuan itu menimbulkan desas-desus bahwa Najib dan Anwar akan menentang Mahathir yang bergabung dengan PKR yang saat itu dipimpin oleh istri Anwar, Wan Azizah Ismail.

Namun, pendukung Anwar membantah adanya kesepakatan tersebut dan menyatakan bahwa tokoh reformasi Malaysia itu komit mendukung Mahathir.

Rujuk antara Mahathir dan Anwar yang bermusuhan selama 29 tahun itu memang mengejutkan.

Anwar wakil PM dan Menteri Keuangan saat Mahathir memerintah tahun 1990-an, namun kemudian memecatnya di saat krisis moneter karena keduanya bertentangan.

Tidak itu saja, Anwar bahkan kemudian dipenjara dengan tuduhan korupsi dan kasus sodomi.

Anwar kemudian dibebaskan pada tahun 2004 dan mendirikan PKR, namun kembali dipenjara untuk kedua kalinya pada tahun 2015 saat Najib berkuasa.

Mahathir mengaku turun gunung hanya demi menyelamatkan Malaysia yang sudah sangat kronis di tangan Najib Razak dan berjanji akan menyerahkan kepemimpinan kepada Anwar setelah dua tahun.

Kendati demikian, Anwar menyatakan kepada Reuters bahwa tampuk kekuasaan bukanlah hal yang utama baginya.

Jika Dr M akan menyerahkan jabatan kepadanya, ia ingin peralihan itu lancar. Bahkan, Anwar menolak tawaran jabatan dalam pemerintahan Mahathir yang menggandeng istrinya sebagai Wakil PM.

“Dr Mahathir baru saja menjabat seminggu, jadi tidak elok untuk berbicara soal peralihan kekuasaan. Biarkan Dr M mengelola pemerintahan,” kata Anwar.

Anwar bahkan tidak memberikan tenggat waktu kapan akan meminta kekuasaan kepada Dr M.

“Mungkin Beliaulah paling sesuai (memimpin Malaysia) Saya mungkin lebih sederhana dan mempunyai imej lebih lembut,” kata Anwar.

“Kerana saya pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang tersiksa, saya selalu berpikir dalam membuat keputusan akan menyebabkan penderitaan bagi orang lain. Saya mungkin akan terlalu banyak menimbang rasa, dan mungkin tidak begitu sesuai pada saat ini. Dr M lebih tegas," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved