Tausiah Ramadan
Pilihan Beragama
Terdapat dua kredo utama dalam beragama. Yaitu percaya akan adanya Tuhan dan percaya terhadap keabadian hidup setelah mati
Bahwa pilihan beragama itu sangat dipengaruhi lingkungan, itu sudah pasti. Tetapi pada akhirnya keberagamaan seseorang mestilah hasil pilihan sadar dan merdeka.
Karena keberislaman merupakan hak dan pilihan individu, maka Alquran mengingatkan pada Nabi Muhammad hanya sebagai Rasul yang bertugas menyampaikan ajaran Tuhan, tetapi tidak memiliki hak memaksa seseorang untuk beriman.
Punya kemerdekaan Bagimu agamamu, bagiku agamaku, begitu bunyi teks Alquran. Tugas Rasul adalah menyampaikan amanat Tuhan dan memberi ketauladan pribadi mulia, namun iman dan amal seseorang semuanya menjadi urusan Tuhan yang akan menilainya.
Sedemikian tingginya Tuhan menghargai kemerdekaan manusia yang merupakan puncak kreasi-Nya, sehingga Tuhan membiarkan manusia tumbuh dan menentukan jalan hidupnya tanpa banyak intervensi sepanjang jatah umurnya.
Manusia diberi umur dan kesempatan untuk memilih jalan hidupnya, namun di akhirat nanti Tuhan akan membuat perhitungan atas anugerah kemerdekaan yang telah diberikan.
Bahkan untuk memilih jalan kematian pun Tuhan masih memberi pilihan, jalan apakah yang akan diambilnya. Ini semua menunjukkan betapa manusia diberi anugerah kemerdekaan untuk mengisi dan memaknai jalan hidupnya berdasarkan pilihan bebasnya.
Mengingat kemerdekaan itu merupakan kekayaan tertinggi manusia, maka semua bentuk paksaan, penindasan dan imperialisme mesti memperoleh perlawanan sengit sepanjang sejarah manusia. Segala bentuk paksaan berlawanan dengan disain Tuhan dan martabat manusia.
Banyak orang rela mati demi membela kemerdekaan hidupnya, termasuk kemerdekaan menentukan keyakinan agamanya seperti yang dicontohkan Bilal sahabat Nabi.
Jika dicermati, ajaran Islam sangat tegas membela pelaksanaan hukum untuk menegakkan tertib sosial dan menjaga keamanan serta hak individu.
Namun dalam hal keimanan dan hubungan langsung dengan Tuhan kewenangan, campur tangan manusia sangat dibatasi. Contoh paling nyata adalah perintah puasa, salat, dan haji, hampir-hampir semuanya bersifat individual, pelaksanaannya bisa saja tanpa sepengetahuan dan campur tangan manusia. (*)