Tujuh Penerbangan Terpendek di Dunia, Bahkan Ada yang Tidak Sampai Satu Jam

Selain ada penerbangan terpanjang di dunia, terdapat beberapa perjalanan udara yang amat singkat, bahkan ditempuh di bawah 30 menit.

Wikipedia
Sebuah pesawat Airbus A330-200 akan mendarat di bandara internasional Princess Juliana di pulau Sint Maarten, Karibia. 

Pulau Westray ke Papa Westray (Skotlandia) dipisahkan sebuah selat sempit. Pulau Westray dan Papa Westray berada di kepulauan Orkney, Skotlandia.

Karena terpisah, membuat keberadaan pesawat terbang amat penting.

Maskapai penerbangan Loganair sudah melayani dua pulau kecil ini selama 50 tahun dengan menggunakan pesawat jenis Britten-Norman berkursi delapan.

Peta Westray to Papa Westray
Peta Westray to Papa Westray (google map)

Dikutib dari kompas.com, durasi penerbangan antara kedua pulau itu hanya 53 detik tergantung kondisi angin di wilayah itu.

Dari penelusuran TRIBUNBATAM.id, setidaknya ada enam kali penerbangan dalam seminggu yang melayani rute sangat pendek tersebut.

Dalam tabel jadwal pengerbangan tersebut tertera rata-rata waktu penerbangan dua menit. 

Berikut tabelnya:

Rute penerbangan dari Pulau Westray ke Pulau Papa Westray di Skotlandia.
Rute penerbangan dari Pulau Westray ke Pulau Papa Westray di Skotlandia. (google)

"Pesawat itu digunakan para guru, polisi lokal, pegawai bank, dan anak-anak yang pergi ke sekolah selain turis dan penggemar kedirgantaraan," kata Andy Thornton, direktur operasional Loganair.

5. Kegata ke Apowo 

Daerah Kegata dan Apowo  berada Papua, Indonesia. Jarak kedua desa yang teretak di pegungan Papua ini hanya sekitar 2,4 kilometer.

Namun, untuk perjalanan antara kedua desa nyaris tak mungkin menggunakan jalan darat.

Hutan lebat diselingi lereng-lereng gunung yang curam membuat perjalanan tak hanya berlangsung lama tetapi juga berbahaya.

Beruntung ada pesawat Pilatus PC-6 Turbo Porter berkursi 10 yang digunakan hilir mudik warga kedua desa itu.

"Landasan di kedua desa amat pendek yaitu 350 meter di Kegata dan 400 meter di Apowo, dengan permukaan rumput dan jurang di sisi lain," kata Matt Dearden, pilot Inggris yang bertugas di Papua.

"Seperti landasan lain di Papua, tak ada kesempatan kedua jika Anda sudah memutuskan akan mendarat," tambah Dearden.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved