DONALD TRUMP & KIM JONG UN DI SINGAPURA
Pengamat: Donald Trump dan Kim Jong-un Berdamai, yang Menang Adalah China
Ke depan, China tentu akan mengambil peran yang sangat besar dalam modernisasi ekonomi Korea Utara yang posisinya sangat strategis itu.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo langsung terbang ke Seoul untuk pertemuan dengan rekan Korea Selatan dan Jepang.
Perjalanan Pompeo dilanjutkan ke Beijing selama beberapa jam untuk melakukan hal yang sama dengan para pemimpin China.
Baca: Datang ke Singapura, Pesawat Kim Jong Un Ternyata Pinjam Jet Pribadi PM China Li Keqiang
Baca: Jadi Guyonan, Tandatangan Kim Jong Un Mirip Rudal dan Tandatangan Trump Kayak Hasil Tes Kebohongan
Pertemuan pra-KTT antara Xi dengan Kim memang membantu memulihkan hubungan yang telah membeku cukup lama.
China hanya melakukan satu sentakan kecil untuk menekan Kim setelah uji coba nuklir yang provokatif pada tiga bulan akhir 2017.
Yakni, menyetop impor bahan baku energi dari Korea Utara yang menjadi sumber utama pendapatan negara itu.
Ini adalah sanksi pertama yang dilakukan Beijing terhadap Pyongyang setelah mereka sama-sama bertempur pada Perang Korea tahun 1950-1953.
Satu sentakan China itu langsung membuat Kim gagap dan menuruti kemauan Presiden Xi.
Posisi China sebagai sponsor utama bisa dilihat dari tiga pesawat Air China yang digunakan Kim menuju Singapura, satu di antaranya adalah pesawat dinas Perdana Menteri China Li Keqiang.
Ke depan, China tentu akan mengambil peran yang sangat besar dalam modernisasi ekonomi Korea Utara yang posisinya sangat strategis itu.
Sementara itu, Jepang, sekutu utama AS di kawasan itu, tidak mendapatkan apa pun yang diinginkannya karena Trump tidak menanyakan warga Jepang yang diculik oleh Korea Utara.
Trump juga tidak menanyakan kejahatan perang Korea Utara terhadap Korea Selatan.
Kepada wartawan, Trump mengatakan dengan gaya Hollywood, "Itu adalah pembicataan tumit yang bisa dilakukan kemudian," katanya.

"Kami akan menghentikan permainan perang, yang akan menyelamatkan sejumlah besar uang kami," kata Trump.
Pertemuan yang totalnya 1,5 jam --termasuk pembicaraan tatap muka selama 46 menit-- memang tidak menjawab banyak pertanyaan tentang apa yang disebut perdamaian yang strategis.
Bahkan, ke dua negara tidak membahas jadwal atau begaimana perombakan nuklir yang harus dilakukan oleh Pyongyang serta bagaimana penyerahan nuklir "tanpa syarat" yang dijanjikan Kim.