MOTOGP

Saat Valentino Rossi Mulai Balapan, 2 Muridnya Masih Balita. Pada MotoGP 2019 Jadi Pesaing Berat

Pada MotoGP 2019 tahun depan, pebalap Valentino Rossi akan dikepung oleh para pebalap muda yang usianya hampir separuh dari The Doctor.

TWITTER/YAMAHA MOTOGP
Valentino Rossi bersama motornya Yamahanya 

TRIBUNBATAM.id - Pada MotoGP 2019 tahun depan, pebalap Valentino Rossi akan dikepung oleh para pebalap muda yang usianya hampir separuh dari The Doctor.

Sebenarnya, pada MotoGP 2018 ini sudah ada sejumlah pebalap rookie yang mencoba peruntungannya di seri utama Grand Prix dan jumlahnya akan semakin banyak di MotoGP 2019.

Mereka adalah Hafizh Syahrin, Takaaki Nakagami dan Franco Morbidelli yang naik kelas dari Moto2 dan pada musim MotoGP 2019 diharapkan akan semakin kompetitif dengan tunggangan yang baru.

Pada musim 2017 lalu, Alex Rins lebih dulu naik kelas ke kelas MotoGP bersama tim Suzuki.

Penampilan pebalap Spanyol berusia 22 tahun cukup mengagumkan musim ini karena saat ini sudah nongkrong di 10 besar.

Para pebalap rookie pada MotoGP 2018 memang belum ada yang membuat kejutan dan masih berada di papan tengah dan belakang.

Baca: Duet Jorge Lorenzo- Marc Marquez di MotoGP 2019, Ini Reaksi Manajer MotoGP

Baca: Jika Yamaha Masih Bobrok, Valentino Rossi Bisa Dipermalukan Dua Anak Asuhnya di MotoGP 2019

Baca: Legenda Tim Honda Ungkap Penyebab Motor Yamaha M1 Milik Rossi yang Tak Bertenaga

Mereka adalah Hafizh Syahrin (yamahaq Tech3), Morbidelli (Marc VDS), Thomas Luthi (Honda), Takaaki Nakagami (Honda) serta Xavier Simeon (Ducati).

Pada MotoGP 2019, pebalap muda yang sangat energik di Moto2 juga akan naik kelas.

Mulai dari Miguel Olivera (23), Victor Bagnaia (21), Joan Mir (20), bahkan Fabio Quartararo yang baru berumur 19 tahun.

Bisa dibandingkan dengan usia Valentino Rossi yang saat ini sudah 39 tahun dan merupakan pebalap paling banyak menggeber lap MotoGP.

Dilihat usia rata-rata pebalap itu, mereka baru berusia Balita saat Valentino Rossi masuk ke lintasan tahun 2000.

Bahkan, Fabio Quantararo saat itu masih bayi, berusia 1 tahun.

Rossi Diancam Murid

Francesco Bagnaia

Bahkan, di antara mereka ada yang kemudian menjadi murid Valentino Rossi di perusahaan pendidikan pembalap VR46.

Dua pebalap itu adalah Franco Morbidelli, juara Moto2 2018 yang saat ini masih belum on fire dengan Marc VDS serta Francesco Bagnaia yang saat ini memimpin klasemen Moto2 2018.

Pada MotoGP 2019, ke dua pebalap ini diperkirakan akan menjadi pesaing berat Valenttino Rossi karena mereka akan bergabung dengan tim yang kompetitif.

Morbidelli akan menjadi pebalap tim satelit baru Yamaha, SIC Angel Nieto Yamaha, setelah Tech3 hengkang ke KTM.

Tim satelit tahun depan akan jauh berbeda karena mereka akan menggunakan motor yang sama dengan pabrikan. 

Setidaknya, tiga tim sudah menyatakan komitmen demikian, yakni Honda, Ducati dan KTM. 

Yamaha belum memberi gambaran tentang hal itu karena belum ada bocoran dari kesepakatan terakhir antara Yamaha dengan Sepang International Circuit (SIC) yang akan menjadi markas baru tim satelit Yamaha.

Valentino Rossi (kanan) dan anak asuhnya, Franco Morbidelli
Valentino Rossi (kanan) dan anak asuhnya, Franco Morbidelli (motogp.com)

Satu lagi anak asuh Rossi yang akan menjadi rookie tahun 2019 adalah Francesco Bagnaia yang akan menggantikan Danilo Petrucci di Pramac Ducati.

Bagi pebalap yang akrab dipanggil Pecco ini, naik kelas ke MotoGP dan langsung mendapat tim bagus, tentunya akan membuatnya semakin percaya diri meskipun tak mudah bagi pebalap baru untuk menundukkan Ducati.

Jika keduanya bisa cocok dengan tim baru mereka, bukan tidak mungkin nantinya akan mempermalukan sang guru yang saat ini masih galau dan frustasi karena buruknya pengembangan Yamaha.

Yamaha Frustasi

Valentino Rossi yang belum meraih sekalipun juara dalam 21 race sejak tahun 2017, posisinya di klasemen semakin terancam.

Terutama sekali dengan bangkitnya dua pebalap Ducati, Jorge Lorenzo dan Andrea Dovizioso.

Defisit poin antara Valentino Rossi yang saat ini menduduki peringkat 2 klasemen hanya terpaut 12 dan 13 poin saja, sementara masih ada delapan seri MotoGP 2018 yang tersisa.

Yamaha masih berkutat dengan masalah yang belum ada pemecahannya hingga saat ini, yakni perangkat elektronik atau ECU, yang membuat motornya tak bertenaga.

Meskipun ada perkembangan, namun kalah jauh dari pengembangan dua pesaingnya, yakni Honda dan Ducati.

Performa Rossi selama ini lebih banyak diuntungkan oleh tiga hal.

Fabio Quartararo

Pertama, jika kondisi sirkuit lebih banyak tikungan, ketenangannya dalam mengendalikan motor atau karena faktor lawan yang gagal finis, terutama Lorenzo atau Dovizioso.

Lorenzo sudah dua kali jatuh, sementara Dovizioso tiga kali sepanjang musim MotoGP 2018.

Tentu saja, buruknya performa The Doctor akan menjadi masalah serius bila musim 2019 tak juga mendapatkan apa yang diinginkannya.

Bahkan, rekan satu timnya, Maverick Vinales jauh lebih buruk karena semakin terdegradasi ke papan tengah klasemen.

Vinales saat ini berada di posisi 5 dengan 113 poin.

Setidaknya ada tiga pebalap yang mengancamnya saat ini, yakni pebalap Pramac Ducati Danilo Petrucci (105), Johann Zarco dari Monster Yamaha Tech3 (104) serta pebalap LCR Honda Cal Crutchlow (103).

Dari sejumlah pebalap Moto2 yang naik kelas pada musim 2019, hanya adik Alex Marquez saja yang menolak promosi ke MotoGP karena adik Marc Marquez ini merasa belum siap.

Joan Mir dan Marc Marquez (Crash.net)

Sementara, para pebalap muda yang sudah terdaftar di seri Grand Prix musim depan adalah Miguel Olivera (23) yang akan bergabung bersama KTM bersama Hafizh Syahrin.

Kemudian Joan Mir (20) yang akan tandem bersama Alex Rins di Suzuki.

Tim satelit Yamaha, SIC Angel Nieto juga akan diisi oleh dua pebalap muda Franco Morbidelli (23) serta Fabio Quartararo (19).

Musim MotoGP 2019 diperkirakan semakmin kompetitif karena hampir seluruh pabrikan akan memberikan mesin terbaik mereka untuk para tim-tim satelit.

Honda dan Ducati, misalnya, sudah berkomitmen untuk tidak membedakan motor tim pabrikan dan satelit sehingga para pebalap dan tim paddock merekalah yang akan menentukan, apakah mereka siap bersaing atau tidak.

Alasannya, jika tim pabrikan dan tim satelit diperlakukan sama, akan melahirkan banyak pebalap baru, sehingga mereka tak akan susah mencari pebalap.

Contoh nyata adalah Danilo Petrucci yang tahun depan akan menjadi tandem Dovizioso di Ducati setelah tampil trengginas di Pramac. 

Jika tim satelit mampu menunjukkan performa terbaiknya, seterti yang diperlihatkan Tech3, tentu saja akan menjadi wajah buruk bagi Yamaha jika mereka tetap membeda-bedakan antara tim pabrikan dengan satelit.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved