Hari Tasyrik Setelah Hari Raya Idul Adha. Ini Penjelasannya Kenapa Tidak Boleh Puasa di Hari Tasyrik
Umat Islam di seluruh dunia dilarang berpuasa pada hari Tasyrik. Nabi Muhammad SAW menyebutnya sebagai hari makan dan minum
TRIBUNBATAM.id - Sesudah Idul Adha 2018 berlalu, tiba saatnya hari-hari tasyrik. Hari tasyrik berlangsung selama tiga hari dari 11-13 Dzulhijjah atau Kamis-Sabtu (23-25/8/2018).
Dikutip dari tribunkaltim.co, hari Tasyrik adalah hari di mana seseorang dilarang untuk berpuasa dan dianjurkan untuk banyak berdoa dan berdzikir.
Pada hari tersebut, umat Islam yang melakukan ibadah haji tengah melempar jumrah, ada pun umat Islam di seluruh dunia yang tak berhaji melakukan penyembelihan hewan qurban.

Baca: Pemotongan Hewan Kurban di Masjid Darul Ishlah Mediterania Gunakan Cara yang Lebih Baik
Baca: Bupati Karimun Jadi Khatib Idul Adha, Ajak Teladani Nabi Ibrahim
Baca: Kurangi Jumlah Kupon, Kamis Masjid Agung Lanjutkan Penyembelihan Hewan Kurban
Lantaran hal itu, umat Islam di seluruh dunia dilarang berpuasa, karena pada hari Tasyrik, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai hari makan dan minum.
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Allah Ta’ala mengistimewakan hari tasyrik, dengan Allah jadikan hari ini sebagai waktu istimewa untuk berdzikir sehingga Allah perintahkan kaum muslimin untuk memperbanyak dzikir di hari tersebut.
Dilansir TribunWow.com dari berbagai sumber, berikut keutamaan, larangan, dan sunah di hari tasyrik.
Rahasia di balik larangan berpuasa di hari Tasyrik menurut Ibnu Rajab.
Ketika orang-orang yang bertamu ke Baitullah telah mengalami keletihan karena perjalanan berat yang mereka lalui, di samping kelelahan setelah ihram dan melaksanakan manasik haji dan umrah, Allah mensyariatkan kepada mereka untuk beristirahat dengan tinggal di Mina pada hari kurban dan 3 hari setelahnya.

Masjidil Haram Makkah
Allah perintahkan mereka untuk makan daging sembelihan mereka.
Di saat itulah, mereka mendapatkan jamuan dari Allah, karena kasih sayang Allah kepada mereka.
Sementara itu, kaum muslimin di belahan negeri yang lain, turut menyemarakkan ibadah seperti yang dilakukan jamaah haji.
Kaum muslimin memperbanyak amalan ibadah selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Mereka juga disyariatkan untuk memperbanyak dzikir, bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan bersama-sama berusaha menggapai ampunan Allah dengan menyembelih hewan kurban.
Setelah itu, mereka bersama-sama merayakan Idul Adha dan hari tasyrik.
Setelah mereka lelah dengan memperbanyak ibadah, selanjutnya mereka beristirahat, menikmati hidangan daging qurban di hari tasyrik.
Allah SWT mensyariatkan kaum muslimin untuk menjadikan hari ini sebagai hari makan-makan dan minum, agar bisa membantu mereka untuk semakin giat dalam berdzikir mengingat Allah dan melakukan ketaatan kepada-Nya.
Dan itu merupakan bentuk syukur nikmat yang paling sempurna.
Nikmat yang kita terima, menjadi sarana untuk membantu agar semakin giat melakukan ibadah.
Amalan di Hari Tasyrik
Mengingat keistimewaan hari tasyrik, sebagai orang yang beriman, hendaknya kita maksimalkan upaya untuk mendapatkan limpahan rahmat dan pahala dari Allah di hari itu.
Berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan, memperbanyak amal soleh dan berbagai bentuk ibadah kepada Allah.
Berikut beberapa amalan yang disyariatkan untuk dilakukan di hari tasyrik:
- Anjuran memperbanyak berdzikir.
- Melakukan Takbiran setiap selesai shalat wajib.
- Mengingat Allah dan berdzikir ketika menyembelih. Karena penyembelihan qurban, bisa dilaksanakan sampai hari tasyrik berakhir.
- Mengingat Allah dengan membaca basmalah sebelum makan dan hamdalah setelah makan.
- Mengingat Allah dengan memperbanyak bertakbir secara mutlak, di manapun dan kapanpun.
- Memperbanyak berdoa kepada Allah.
- Doa Sapu Jagad dianjurkan untuk dibaca pada hari tasyrik: Rabbanaa aatinaa fid-dun-yaa hasanah wa fil aa-khirati hasanah, wa qinaa adzaaban-naar.
Sementara menurut Ustad Abdul Somad dalam sebuah video ceramahnya yang dipublikasikan Fodamara TV pada 9 Maret 2017, disebut hari tasyrik karena di hari tersebut orang Arab menjemur daging.
“Kata tasyrik berarti cahaya matahari, diambil dari kata syarraqa, yusyarriqu, tasyriq. Mengapa disebut tasyrik atau tasyriq, karena saat itu ada cahaya matahari dan itu waktu yang tepat buat orang-orang Arab menjemur daging,” jelasnya.
Mengapa pula tak boleh berpuasa di hari tasyrik?
“Karena itu masih dalam rangka hari raya Idul Adha. Di hari tasyrik kita wajib makan dan minum, masih boleh memotong daging,” jelasnya. (*)