Operasi Rahasia, Kopassus Pukul Mundur Belanda Berkat Strategi 'Kucing-kucingan' Benny Moerdani
Operasi rahasia ini digagas Mayor Benny Moerdani yang kala itu masih berumur 29 tahun.
Ada sebuah sungai yang disangka Merauke ternyata itu adalah Sungai Kumbai.
"Petanya masih peta lama, buatan 1937," kata Ben Mboi dalam buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap.
Ben Mboi akhirnya bisa berkumpul dengan sembilan temannya satu hari kemudian sekitar pukul 06.00 WIT. Mereka terpisah dengan induk pasukan dan Benny Moerdani.
Strategi 'Kucing-kucingan'

Benny Moerdani sudah punya pasukan sebanyak 60 orang dengan peralatan komunikasi dan cadangan mesiu yang cukup.
Benny Moerdani memimpin prajurit baret merah Kopassus yang dulu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Sedangkan Kapten Bambang Soepeno memimpin pasukan baret hijau alias Raiders 530.
Dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap disebutkan, Benny mempunyai kelebihan dalam merencanakan komunikasi yang solid antarpasukan. Kapten Abdul Rachman Ramly yang ditugaskan Benny sebagai operator di Pos Komando Laha di Luar Ambon lantas menerima setiap berita yang dikirim dari Merauke.
Komunikasi tersebut berjalan baik. Setiap saat mereka bisa berhubungan untuk menyampaikan laporan atau minta bantuan tambahan, mesiu, dan logistik.
Selain dengan Abdul Rachman, Benny juga berkomunikasi dengan milisi pro-Indonesia di Papua, Labula. Tugasnya yaitu untuk menghapus jejak atau menyediakan makanan secara sembunyi-sembunyi di hutan.
Pada hari kedua setelah penerjunan, Benny mendadak dibuat kaget setelah radio Australia menyiarkan soal adanya tiga pesawat Hercules yang menerjunkan pasukan di Merauke. Bahkan, jumlah pasukan dan nama-nama pemimpinnya ikut disebut, termasuk Benny Moerdani.
Dengan kata lain, operasi rahasia Pasukan Naga ini telah bocor.
Beberapa hari kemudian, Benny dan pasukan Kopassus yang dipimpinnya diserang marinir Belanda dengan menaiki dua perahu motor.
Benny serta pasukannya berpindah-pindah dan bersembunyi di dalam hutan. Akhirnya marinir Belanda itu pun berhasil ditaklukkan.
Ben Mboi menyebut bahwa Benny Moerdani tak berpikir secara sistematis.
"Di medan tempur tidak ada aturan yang tepat atau pasti. Semuanya adalah masalah eksekusi," ujarnya.