BATAM TERKINI
Rumah Hancur Disapu Angin Puting Beliung, Begini Perjuangan Warga Pecung Membangun Kembali Rumahnya
Kelurahan Pecung Kecamatan Belakangpadang merupakan salah satu kelurahan yang berada di daerah hinterland.
Penulis: Alfandi Simamora |
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Kelurahan Pecung Kecamatan Belakangpadang merupakan salah satu kelurahan yang berada di daerah hinterland.
Penduduk di satu kelurahan ini berjumlah 297 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 997 jiwa. Penduduk asli kelurahan Pecung juga hampir 95 persen pekerjaannya berprofesi sebagai nelayan tangkap dan memiliki keramba.
Ada juga sejumlah warga yang bekerja di Batam sebagai pegawai Negri Sipil (PNS) di Sekolah dan di Kantor Pemerintah Kota Batam.
Bahkan ada juga yang merantau ke Batam mencari pekerjaan seperti bekerja sebagai buruh di perusahaan yang ada di Batam.
Baca: Elpiji 3 Kg di Botania Langka, Ada Warga Terpaksa Masak Pakai Minyak Tanah
Baca: Festival Budaya 2018 Kumpulan Anak Seni Politeknik Negeri Batam: Ajak Peserta Eksplore Alam Batam
Baca: INFO CUACA - Siapkan Payung! Senin (6/11) Kepri Berpotensi Hujan Ringan hingga Sedang Disertai Petir
Baca: BERITA PERSIB - Berhasil Patahkan 2 Rekor Buruk, Ini Modal Persib Bandung Hadapi PSMS Medan
Baca: Lagu Thailand Wik Wik Wik Ahh Ahh Viral, Penyanyinya Mengaku Malu, Sampai Kena Hujat Netizen
"Penduduk di kelurahan Pecung saat ini sudah berjumlah 297 KK dengan jumlah 997 jiwa. Penduduk kita juga
hampir 95 persen pekerjaannya berprofesi sebagai nelayan tangkap," terang Lurah Pecung Izat, Selasa (6/11/2018).
Kelurahan Pecung juga sudah memiliki sarana pendidikan yang lengkap, yakni mulai PAUD, TK, SD, SMP dan SMA ada di daerah hinterland yang masuk di kecamatan Belakangpadang.
Sedangkan untuk fasilitas kesehatan di kelurahan Pecung sudah ada Puskesmas Pembantu (Pustu).
Selain itu, untuk fasilitas kebutuhan penerangan di kelurahan pecung sudah dilengkapi fasilitas listrik dan warga sudah bisa menikmatinya selama 24 jam.
Bangunan rumah penduduk di kelurahan Pecung ini sendiri rata-rata masih berada di atas laut, dengan bangunan rumah masih kebanyakan dari papan dan ada juga sebagian rumah penduduk yang semi permanen.
Kelurahan Pecung tergolong kelurahan di daerah hinterland yang memang sudah mulai maju dari daerah hinterland lainnya.
"Kalau rumah warga kita di sini rata-rata masih banyak di atas laut dengan bangunan rumah masih kebanyakan dari papan dan ada juga sebagian semi permanen," ungkap Izat.
Izat juga mengungkapkan, bahwa untuk kebutuhan pangan sehari- hari warga, seperti sembako masih harus di beli di luar melalui pelabuhan Sagulung.
"Sedangkan untuk kebutuhan lauk pauk warga masih mengonsumsi ikan hasil tangkapan warga di laut," ungkapnya.
Izat juga bercerita bahwa warganya sangat terpukul dengan peristiwa angin puting beliung yang menerpa rumah warganya hingga hancur disapu bersih oleh angin puting beliung.
Wajar saja, sebab warga di daerah hinterland ini memang harus berjuang bertahun-tahun untuk membangun rumah mereka, karena profesi penduduk adalah sebagai nelayan tangkap.
"Memang warga saya sangat terpukul dengan peristiwa yang terjadi tersebut, khususnya warga yang rumahnya hancur lebur disapu bersih oleh angin puting beliung.
Karena untuk membangun rumah itu, warga saya harus berjuang bertahun-tahun,"ujarnya.
Junaris (40) salah satu warga Kelurahan Pecung yang rumahnya diterpa angin puting beliung ini bercerita bahwa, rumah yang dibangunnya dengan usaha yang hingga bertahun-tahun itu hanya sekejap dihantam oleh angin puting beliung.
Usaha dirinya selama ini untuk membangun rumah tersebut habis sudah diterpa angin puting beliung yang hanya sekedar numpang lewat Minggu (4/11/2018) beberapa hari lalu.
Walau berbagai kenyataan pahit dialaminya, bagi Junaris marahnya alam adalah pertanda bahwa semesta masih mencintai mereka.
Tak ada alasan untuk larut dan berkeluh kesah. Di antara derita selalu ada peluang hidup untuk kembali bangkit dan terus berusaha.
Bencana yang menimpa dirinya dan melanda Kelurahan Pecung, kecamatan Belakang Padang dan telah menghancurkan puluhan unit rumah warga, semakin menguatkan kesadaran Junaris bahwa ada kekuatan besar di luar kendali manusia yang mampu menciptakan segalanya.
"Inilah kekuatan Tuhan yang tidak bisa ditandingi oleh manusia Mas," ujar Junaris yang terlihat bersabar atas cobaan yang menimpanya dan warga lainnya.
Meski bencana itu sekarang sudah reda, namun puing-puing bangunan rumah masih tersisa dan sampan yang menjadi alat sumber mata pencaharianya untuk menangkap ikan juga ikut sirna.
Bahkan ada juga rumah warga yang ambruk hingga ke laut dan salah seorang penghuninya ikut terbawa. Ada juga yang tinggal kerangka atau pondasi sedangkan atap dan dinding kayu itu telah hilang dihantam angin puting beliung.
Meski tertimpa bencana tapi Junaris masih memikirkan korban lainnya. Sebab dirinya merasa kasihan kepada tetangganya Ashari (48) yang rumahnya ambruk dan ikut jatuh ke laut dengan rumahnya ke dalam laut.
"Nah sedangkan rumah saya sekarang hanya tinggal di dalam ingatan,karena hancur juga dilanda angin puting beliung,"terangnya sembari tersenyum menutupi kesedihannya.
Walaupun begitu, dengan tekad dan niat yang kuat, dia ingin kembali membangun rumahnya yang sudah hancur. Baik dengan bantuan atau tanpa bantuan Pemerintah.
"Inilah sekarang sisa-sisa rumah saya, besar harapan saya ada bantuan dari pemerintah maupun masyarakat yang peduli kepada mereka. Namun jika tidak ada, mau tak mau rumah ini harus saya bangun kembali dengan usaha yang memang harus banting tulang," ujarnya dengan tekat yang sangat bersemangat.
Semua orang pasti mendambakan kenyamanan, begitu juga dengan rumah yang merupakan istana setiap keluarga.
Meskipun hanya rumah sederhana, namun bagi Junaris itulah tempatnya melepas lelah selepas melaut mencari ikan demi memenuhi kebutuhan hidup keseharian keluarga.
"Harapan saya hanya bisa secepat mungkin memiliki sampan dan rumah lagi, karena keseharian kepala keluarga disini hanyalah nelayan tangkap, dan untuk mencukupi kebutuhan kami bersumber dari itu semua,"ungkapnya. (*)