Aa Jimmy & Keluarga Tergulung Tsunami saat Makan, Simak Kesaksian 2 Korban Selamat Tsunami Banten

Agung, korban selamat tsunami Banten menceritakan kesaksiannya saat air laut menggulung dirinya, personel Seventeen serta Aa Jimmy dan keluarga.

Tangkapan layar YouTube Trans TV
Agung Korban Selamat Tsunami Tanjung Lesung 

TRIBUNBATAM.id - Agung, korban selamat tsunami Banten menceritakan kesaksiannya saat air laut menggulung dirinya, personel Seventeen serta Aa Jimmy dan keluarga.

Tsunami menerjang kawasan pantai di Pandeglang, Banten, dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12/2018).

Kejadian ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan masyakarat.

Terlebih, sejumlah artis tanah air ikut menjadi korban dalam bencana tersebut.

Di antaranya, dua personel Jigo dan grup band Seventeen.

Baca: WARNING BMKG - Termasuk di Kepri, Ini Daftar Perairan yang Terancam Gelombang Hingga 4 Meter

Baca: Tangis Ifan Seventeen Pecah Saat Ungkap Permintaan Terakhir Dylan Sahara yang Tak Sempat Dia Turuti

Baca: 15 Menit Sebelum Tsunami, Kembaran Ifan Seventeen Sempat Mikir Rute Evakuasi Jika Ada Tsunami

Jigo dan Seventeen diketahui tengah menjadi pengisi acara family gathering PLN yang digelar di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten.

Atas kejadian yang menyapu kawasan tersebut, tiga orang personel Seventeen dan satu personel Jigo meninggal dunia.

Seperti diketahui, Herman Sikumbang (gitaris), Muhammad Awal Purbani (bassist), Windu Andi Darmawan (drumer), istri Ifan Seventeen, Dylan Sahara, Aa Jimmy Jigo dan istrinya menjadi korban meninggal dunia.

Ifan Seventeen ucapkan perpisahan kepada tiga kawannya yang meninggal dalam tsunami Selat Sunda. Drumer Andi adalah korban terakhir yang ditemukan
Ifan Seventeen ucapkan perpisahan kepada tiga kawannya yang meninggal dalam tsunami Selat Sunda. Drumer Andi adalah korban terakhir yang ditemukan (Instagram)

Melansir dari Program acara Brownis Trans TV, Agung korban selamat tsunami Banten yang juga penyelenggara family gathering PLN di Tanjung Lesung Beach Resort menceritakan kesaksiannya.

Ia mengatakan kala tsunami menerjang dirinya tengah berada di depan panggung sebelah kanan.

Saat itu, Agung sedang menikmati lantunan lagu yang dinyanyikan grup band Seventeen.

"Posisi saya saat itu, depan panggung sebelah kanan, depan panggung pas," jelas Agung.

"Seventeen naikpun masih joget-joget masih nyanyi-nyanyi," tambahnya.

Lantas dengan tiba-tiba air laut pun langsung menggulung dirinya.

"(Pas kejadian) langsung tergulung ombak," ujar Agung.

"Karenakan kita enggak sempat lari, tiba-tiba seperti itu (video yang beredar) langsung menampar kitalah," lanjut dia.

Lebih lanjut, Agung menceritakan posisi Aa Jimmy saat tsunami menerjang kawasan Tanjung Lesung.

Di belakang panggung terdapat backstage untuk Seventeen dan Jigo.

Malam itu menunjukkan pukul 21.27 WIB, Seventeen pun tiba saatnya untuk menghibur para peserta gathering.

Sedangkan Aa Jimmy beserta keluarga dan road manager-nya tengah menikmati makan malam di belakang panggung.

Foto AA Jimmy dan keluarga saat berlibur di pantai Tanjung Lesung, sebelum tsunami Selat Sunda menerjang. AA Jimmy dan istrinya meninggal sementara dua anaknya belum ditemukan
Foto AA Jimmy dan keluarga saat berlibur di pantai Tanjung Lesung, sebelum tsunami Selat Sunda menerjang. AA Jimmy dan istrinya meninggal sementara dua anaknya belum ditemukan (Instragram)

"Di belakang panggung kita siapkan backstage untuk Seventeen dan juga Jigo," papar Agung.

"Untuk yang kejadian Aa Jimmy, istrinya dan road managernya itu sedang makan di backstage," lanjut dia.

"Oh jadi justru mereka yang kena pertama," sambar Ivan Gunawan.

"Karena backstagenya yang paling dekat sama laut," sambung Gracia Indri.

Baca: Tak Terkait Tsunami, Ini Penjelasan BNPB Terkait Gelombang Tinggi Hantam Jalanan di Manado

Baca: Pesawat Susi Air Tergelincir di Long Layu Nunukan, Penumpang Selamat, Begini Kondisinya Kini

Baca: VIRAL! Video Saat Langit Malam Mendadak Berwarna Biru. Sempat Dikira Alien Ternyata Ini Sebabnya!

Terlebih, kata Agung, backstage untuk Seventeen dan Jigo hanya tersedia meja dan kursi tanpa tenda.

Meja dan kursi yang disediakan diletakkan di dekat tulisan Tanjung Lesung Beach Resort.

"Jadi di belakang panggung itu hanya meja dan kursi, tidak ada tenda sebetulnya," ungkap Agung.

"Belakang panggung, itu ada tulisan Tanjung Lesung Beach Resort dan ada terasnya sedikit," sambung dia.

"Di situlah kita menaruh meja," jelasnya.

Ivan Gunawan pun lantas menanggapi cerita Agung.

"Berarti mereka yang ada di situ aja melihat ombak tinggi tidak sempat ngapa-ngapain ya," ucap Ivan Gunawan.

Cerita Korban Selamat Tsunami Banten dari Terseret Ombak hingga Pingsan: Saya Ngerasa Sakit

Tsunami menerjang pantai sekitar Selat Sunda, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Bencana tersebut terjadi pada Sabtu (22/12), tepatnya pukul 21.27 WIB.
Tsunami menerjang pantai sekitar Selat Sunda, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Bencana tersebut terjadi pada Sabtu (22/12), tepatnya pukul 21.27 WIB. (FOTO DOKUMEN ACT)

Slamet Purwanto (48), satu pegawai PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat (UIT JBB) memiliki pengalaman kelam setelah berhasil selamat dari tsunami yang menghantam Banten pada Sabtu (22/12/2018).

Dari mulai terseret ombak sejauh 1 kilometer ke bagian tengah Pantai Tanjung Lesung, tenggelam, berenang di antara jasad menggunakan balok hingga berhasil tiba di daratan dalam waktu nyaris satu jam.

Setibanya di daratan bersama satu kru Event Orgnaizer (EO) yang menangani Family Gathering PLN UIT JBB, Slamet masih harus dibuat terkejut melihat kondisi daratan yang sudah porak-poranda.

Di antara puing dan tenda yang digunakan band Seventeen tampil, Slamet menyaksikan sejumlah jasad yang tergeletak sehingga dia harus berhati-hati melangkah.

"Sampai daratan itu kondisinya sudah berantakan, banyak puing dan bekas tenda yang digunakan saat acara. Di tenda itu banyak jasad, saya hampir nginjek jasad karena kondisinya gelap," kata Slamet di RS Puri Cinere Depok, Senin (22/12/2018).

Rasa kalut mengiringi langkahnya menjauh dari pantai guna menyelamatkan diri, hanya keinginan untuk menjauh dari pantai kala melihat ombak yang masih menggulung dan jasad yang terkapar.

Langkahnya tertuju pada kilau lampu gedung yang berada cukup jauh dari daratan dan sebelumnya digunakan sebagai petunjuk arah waktu berenang ke daratan.

"Pikiran saya menjauh dari laut dulu lah, saya jalan dalam kondisi pincang. Enggak tahu kenapa bisa luka, karena pas ombak datang saya langsung terseret dan pingsan. Pas sadar itu baru saya ngerasa sakit," ujarnya.

Tak mudah bagi pria yang bertugas Staf Pemeliharaan Gardu Induk PLN UIT JBB untuk tiba di daratan dan akhirnya kini terbaring lemah di kamar 529 RS Puri Cinere Depok.

Upaya Slamet berenang menuju daratan sempat terhalang karena sekira lima meter sebelum tiba di daratan ombak kembali menggulung lalu menyeretnya hingga 800 meter ke tengah laut.

Lantaran ombak datang dari belakang, Slamet tak mengetahui pasti berapa ketinggian ombak kedua yang membuat upaya menyelamatkan dirinya tertunda.

"Sekitar lima meter sebelum daratan itu ada ombak kedua, kebawa saya lagi ke pantai. Kurang lebih 700-800 meter saya kebawa. Saya enggak tahu setinggi apa ombaknya karena datang dari belakang," tuturnya.

Perihal kondisinya, Slamet mengatakan hasil pemeriksaan dokter RS Puri Cinere menyatakan bahwa dia tak menderita patah tulang atau cedera kepala dalam.

Namun dia masih harus menunggu hasil pemeriksaan terkait kondisi paru-parunya karena sempat tenggelam di laut sebelum suara anak ketiganya, Afdan Latif (3) menyadarkannya dari pingsan.

"Sudah diperiksa sama dokter, enggak ada patah tulang atau geger otak. Tapi untuk hasil paru-paru saya enggak tahu, memang pas tenggelam saya banyak minum air laut. Tapi belum tahu hasilnya," lanjut Slamet.

Kepala Bagian Humas RS Puri Cinere, Widya Karmadiyanti mengatakan jumlah pegawai PLN UIT JBB yang dirawat awalnya sebanyak 43 korban, namun yang masih dirawat inap sekarang hanya 18 orang.

5 di antara korban tersebut menderita patah tulang di bagian tangan, kaki dan sudah menjalani operasi serta mendapat pendampingan psikologis dari RS Puri Cinere guna memulihkan trauma.

"Yang masih dirawat sekarang ada 18 orang, 5 di antaranya menderita patah tulang dan sudah dioperasi. Kita juga memberikan pendampingan psikologis kepada korban dan keluarga yang menderita trauma," jelas Widya. (*)

*Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kesaksian Agung Korban Selamat Tsunami Banten, Aa Jimmy dan Keluarga Tergulung Pertama Saat Musibah

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved