Nama Nurhadi Capres No.10 Semakin Mendunia. Diberitakan Media Asing
Nurhadi Capres No.10 ini memang bukan capres rekaan seklompok anak muda, berpasangan dengan Aldo sehingga singkatannya pun sedikit nyeleneh, Dildo.
Guardian menyorot, debat capres Kamis malam yang berfokus pada hukum, hak asasi manusia, terorisme dan korupsi, menurut analis, mereka gagal mengartikulasikan visi kreatif untuk beberapa masalah Indonesia yang paling mengakar.
Rekor Nurhadi dan Aldo sesuai dengan estetika kampanye klasik Indonesia.
Mereka mengejek formula politik yang kaku dan menggunakan kata-kata vulgar, namun kekinian.
Salah satu kebijakan mereka, misalnya program subsidi internet, "Program Anak Perusahaan Tagihan Warnet Bagi Umum" dipotong menjadi "Prostat Bau".
Yang lain memposting ejekan konflik kepentingan antara kepemilikan media Indonesia dan partai-partai politik, atau menggunakan karikatur Karl Marx, tusukan satiris pada paranoia komunisme Indonesia, yang dilarang.
Nurhadi dan Aldo juga pro-hak LGBT dan memiliki program "halal" untuk melegalkan ganja yang tidak terpikirkan dalam iklim politik Indonesia saat ini.
Edwin, yang merupakan seorang mahasiswa dari Jawa Tengah mengatakan kepada The Guardian bahwa ia menciptakan para kandidat dengan bantuan tujuh orang.
Anak-anak muda rekannya itu ia temui di halaman komedi online, setelah bosan dengan kandidat presiden tahun ini.
Nurhadi sendiri adalah tukang pijat dari Kudus, sepakat untuk meminjamkan wajahnya untuk kampanye dan nama Nurhadi ternyata bukan nama aslinya.
Sedangkan sosok Aldo yang menjadi wakilnya fiksi murni, penyatuan dari dua wajah yang berbeda.
Pidato di Televisi
Uniknya, Nurhadi sendiri tidak pernah bertemu dengan para tim sukses yang menciptakannya.
Hal itu dkiungkapkannya saat diundang ke acara Hitam Putih Trans 7,
Sebelum wawancara, Nurhadi diminta olewh Deddy Corbuzer untuk memberikan pidato singkat layaknya pidato kenegaraan pada umumnya.