BATAM TERKINI
Sejak Bagasi Bayar, Omset Turun Drastis. Penjual Oleh-oleh: Biasa Rp 6 Juta Sekarang Rp 2 Juta
Pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang menjual oleh-oleh khas Batam mulai merasakan dampak pemberlakuan bagasi berbayar. Omsetnya mulai turun drastis.
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Dampak pemberlakuan bagasi berbayar sangat dirasakan oleh UKM yang menjual oleh-oleh.
Jika biasanya mereka bisa mengumpulkan omset sehari Rp 5 hingga Rp 6 jutaan sekarang menurun drastis hanya Rp 2 jutaan.
"Hampir 60 persen omset menurun. Sangat berdampak pada pelaku usaha pariwisata. Baik di bidang oleh-oleh, restoran, jasa transportasi, agent, travel. Orang pasti berpikir dua kali mau beli oleh-oleh," ujar Manajer Operasional Nayadam, Syarif Hidayatullah kepada Tribun, Kamis (24/1/2019).
Diakuinya, saat pegawai yang menjaga outlet Nayadam di Nagoya dan Bandara menawarkan pada konsumen, mereka beralasan takut dikenakan charge lagi oleh maskapai penerbangan yang menerapkan bagasi berbayar.
"Belinya sedikit-sedikit. Palingan 1 buat makan atau dua untuk dibawa balik yang bisa dimasukkan ke dalam tasnya. Pembelinya otomatis berkurang," katanya.
Ironisnya lagi, lanjut Syarif, pemberlakuan bagasi berbayar baru 3 hari diterapkan.
Namun, omset tersebut diakui sudah menurun sejak muncul surat edaran akan menerapkan bagasi berbayar.
• Lion Air Bakal Terapkan Tarif Bagasi Berbayar Lewat Pembayaran Non Tunai
• LOWONGAN KERJA - BPJS Ketenagakerjaan Cari Pegawai Lulusan D3 & S1. Pendaftaran Hingga 27 Januari
• Penumpang Tinggalkan Bagasi hingga Porter Sepi Job. Simak Fakta-fakta Setelah Bagasi Lion Air Bayar
• Kaget Harus Bayar Biaya Bagasi Rp 1,07 Juta, Penumpang Lion Air Ini Terpaksa Patungan & Utang Teman
"Diterapkan tiga hari kebelakang. Tapi isu itu sudah dicium selama 2 mingguan, itu aja udah berdampak sama kami. Padahal ada yang belum diterapkan ada juga yang sudah seperti teman saya yang dari Surabaya 2 mingguan kemarin udah diterapkan," katanya.
Syarif menilai dengan sistem perekonomian yang belum stabil, ditambah menjelang suasana Pilpres, ditambah kebijakan bagasi berbayar jadi makin down.
Apalagi area Batam merupakan area kepulauan, transportasi yang digunakan hampir semuanya pesawat.
"Berbeda kita tinggal di Bandung, Surabaya pasti bisa lewat darat aja ya kan. Batam langsung terasa dampaknya," ujar Syarif.
Ia berharap kondisi ini bisa kembali pulih. Jangan sampai masyarakat dijadikan eksperimen, agar pariwisata tetap berkembang.
Sebelumnya, perihal tarif bagasi berbayar sudah mulai ditetapkan mendapat sorotan dari Ketua Asosiasi Perusahaan Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Kepri, Andika. Ia turut menyesalkan kebijakan bagasi berbayar yang memberikan dampak pertumbuhan ekonomi.
"Hal ini akan membuat UKM kita anjlok. Saya lihat ini akan semakin susah apabila tidak dipertimbangkan kembali," ujar Andika kepada Tribun.

Ia melanjutkan pengaruh yang sangat besar terdampak pada UKM yang menjual oleh-oleh. Pasalnya masyarakat membeli oleh-oleh tersebut dengan harga yang murah kemudian ditambah bagasi berbayar, menjadi mahal.
"Kalau kita bicara pariwisata di Kepri kita harus bedakan antara wisman atau wisnus harus dipisahkan. Pengaruh tetap ada, tapi pengaruh yang cukup besar itu adalah wisatawan nusantara, seperti dari Batam ke daerah lain Indonesia ataupun sebaliknya," ujar Andika kepada Tribun di Swiss-Bell Hotel.
Ironis lagi, kondisi saat ini, berangkat ke Jakarta dari Batam melalui Singapura cukup murah ketimbang dari Batam langsung ke Jakarta. Ada juga berita dari Aceh, mereka sampai membuat paspor untuk pergi ke Jakarta melalui Kuala Lumpur. Harganya jauh lebih murah ditambah lagi buat paspor harganya masih dibawah.
"Kami tidak mengerti Indonesia punya pesawat domestik begitu mahal. Sementara luar negeri jauh lebih murah. Seharusnya kalau bagasi berbayar seharusnya harga tiket diturunkan. Berbeda dengan kita, tiket mahal, bagasi berbayar belum lagi bahas delay," sesalnya. Kebijakan kenaikan harga tiket pesawat tersebut sangat mengganggu," sesalnya.
FOLLOW JUGA :
Namun dengan kondisi ini, kata Andika, Batam harus bisa memanfaatkannya sebagai wilayah yang sangat dekat dengan Singapura dan Malaysia. Bisa dilintasi dengan cukup menggunakan kapal.
"Dengan tiket pesawat yang mahal ditambah bagasi berbayar mereka pasti berpikir untuk apa ke wilayah Indonesia yang jauh kalau sampai di Batam sudah cukuplah. Dengan biaya yang murah meriah sehingga tak membuat mereka menggerogoh kocek yang begitu dalam. Apalagi kita baru mempromosikan Batam," paparnya.
Sayangnya kondisi Batam saat ini belum terkenal jika dibandingkan dengan tempat wisata lainnya. Jadi hal ini menjadi pekerjaan bagaimana cara Dinas Pariwisata membuat wisman tertarik datang ke Batam. Pastinya ia akan promosikan keteman-teman lainnya. (rus)