6 Tahun SK PNS Tak Keluar, Khoiruddin Belum Sempat Umrohkan Ibunda karena Keburu Meninggal
Khoiruddin membuka kisah perjuangan untuk lulus CPNS dan menjadi PNS di lingkung Pemko Batam.
Penulis: Dewi Haryati | Editor: Agus Tri Harsanto
TRIBUNBATAM.id - Khoiruddin membuka kisah perjuangan untuk lulus CPNS dan menjadi PNS di lingkung Pemko Batam.
Guru honorer itu pernah bernazar jika menjadi PNS, Khoiruddin akan memberangkatkan ibunya umrah.
Namun meski lulus CPNS sejak 2013, ia belum menerima SK pengangkatan dan Khoiruddin belum sempat membayar nazar karena ibunya meninggal pada 2016.
Khoiruddin adalah satu di antara guru honorer yang melakukan unjuk rasa menuntut kejelasan nasibnya, Senin (18/2) kemarin, ada Khoiruddin.
Pria yang mengajar di salah satu SMP Negeri di Batam ini, memang telah lama menunggu kepastian dari Pemerintah Kota Batam akan statusnya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Khoiruddin mengabdikan dirinya sebagai seorang guru di Batam sejak 1997 lalu. Saat itu ia mengajar di sekolah swasta. Kemudian baru pada 2005 lalu, dia bertugas di sekolah negeri di Batam.
• Guru Honorer Curhat Sambil Menangis, Ini Jawaban Kepala BKPSDM Batam Terkait Status 93 Honorer
• BREAKINGNEWS. Sudah 6 Tahun Lolos Tes CPNS Belum Dapat NIP, Pegawai Honorer Demo ke Kantor Walikota
Sebelum 2013, telah banyak usaha yang dilakukan Khoiruddin untuk menjadi seorang PNS. Ia memang bekerja keras supaya bisa menjadi PNS.
"Banyak belajar. Banyak ngeprint soal-soal dari internet," kata Khoiruddin kepada Tribun, Senin (18/2).
Entah sudah berapa kali ia ikut tes CPNS. Namun selalu gagal. Upayanya itu baru membuahkan hasil pada 2013 lalu. Sebelumnya, ia memang meminta doa dari orangtuanya. Kala itu dia bernazar, akan mengumrohkan ibundanya ke Tanah Suci jika lulus.
"Kalau lulus mak, saya akan umrohkan emak," ujarnya.
• Update Sekarang, PUBG Mode Malam Map Vikendi Versi 0.11.0, Ada Item Zombie dan Resident Evil 2
• Usai Bercinta, Ratno Pergoki Istri Teleponan dengan Lelaki Lain, Ratno : Saya Bunuh Pakai Obeng
Makanya, ketika dinyatakan lulus oleh panselnas kemarin, Khoiruddin senang bukan main. Harapan gajinya akan meningkat dan kesejahteraan keluarganya lebih terjamin, sudah terbayang di depan mata.
Begitu juga dengan rencana mengumrohkan ibundanya ke Tanah Suci. Sayang rencana itu hanya tinggal kenangan. Hingga saat ini Surat Keputusan (SK) pengangkatan dirinya sebagai CPNS dan NIP sebagai CPNS tak kunjung keluar. Ibundanyapun telah meninggal dunia, sebelum ia berhasil mengantarkannya ke Mekkah.
"Alhamdulillah lulus. Tapi sampai orangtua saya meninggal 2016 lalu, sampai sekarang SK itu belum terbit," kata Khoiruddin.
Tak kunjung keluarnya SK dan NIP CPNS-nya, membuat beban pikiran sendiri bagi Khoiruddin. Termasuk orangtuanya di kampung.
"Setiap kali nelpon, ujung-ujungnya pasti menanyakan itu," ujarnya.
Psikis yang dialaminya cukup berat. Sampai-sampai iapun terlibat kecelakaan dan seorang anaknya yang masih balita saat itu, meninggal dunia dalam insiden tersebut. Khoiruddin masih ingat, kecelakaan yang merenggut nyawa anaknya itu terjadi 2016 lalu.
Tak hanya Khoiruddin, beban psikis juga dirasakan para honorer lainnya yang telah dinyatakan lulus CPNS 2013 lalu. Mereka juga kerap ditanyai keluarganya di kampung, perihal kejelasan status CPNS. Kini, mereka masih memperjuangkan hak-hak mereka.
Pertemuan
Setelah sejumlah perwakilan guru honorer menggelar aksi di depan kantor Walikota Batam, akhirnya 5 guru honorer yang mewakili para guru honorer tersebut mengikuti pertemuan di lantai I Gedung Wali Kota Batam, Senin (18/2/2019).
Sayangnya, dalam pertemuan itu tak membuahkan hasil. Akhirnya lima orang guru honorer yang diperbolehkan masuk ke dalam ruang pertemuan, tampak kecewa.
Bahkan seorang guru perempuan sampai ada yang menangis, dan menumpahkan unek-uneknya, ketika Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Batam, M Sahir yang menemui mereka, menyudahi pertemuan, dan berlalu pergi dari hadapannya.
"Padahal anak-anak bapak, kami juga yang mengajarnya," katanya.
Mereka berharap aksi hari itu akan mendapatkan jawaban.
Namun kenyataan tak seperti yang diharapkan.
Bahkan sekadar meminta pakta integritas dari Pemko Batam untuk menjelaskan status mereka jika tidak memenuhi syarat CPNS pun, tak ditanggapi.
Pada pertemuan itu, Kepala BKPSDM Kota Batam, M Sahir mengatakan, jika proses kelulusan CPNS 2013 lalu sudah dijalankan sesuai mekanisme yang berlaku.
Berkas mereka yang dinyatakan lulus sudah diverifikasi, kemudian dianalisa.
Ketika memenuhi syarat, maka akan dikeluarkan NIP-nya. Lantas bagaimana nasib 93 guru honorer yang lulus CPNS 2013 ini?
Sahir mengatakan, Kantor Regional BKN XII di Pekanbaru sebelumnya telah menerbitkan surat.
Isinya, ke-93 orang ini dinyatakan tak memenuhi syarat CPNS karena tertib administrasi.
"Berkaitan dengan ketidakpuasan bapak-ibu, keinginan kita sama. Kami di Pemko juga menyuarakan hal yang sama, jika bisa diangkat, bisa meringankan Pemko. Karena gajinya lewat APBN. Kalau sekarang kewajiban untuk gajinya, masih pakai APBD," kata Sahir.
Ia melanjutkan, pihaknya tak bisa berbuat banyak menangapi permintaan para guru honorer yang meminta keadilan atas nasib mereka.
Karena satu-satunya lembaga tinggi negara yang bisa menetapkan seseorang lulus CPNS dengan syarat lengkap dan tertib administrasi lainnya, adalah di BKN.
Tidak ada kewenangannya di Pemerintah Daerah ataupun di Wali Kota.
"Prinsipnya kami hanya sebagai media mengantarkan format yang kami inginkan. Ketika dipenuhi BKN, kami terima. Kalau BKN tak keluarkan, kami tak bisa paksa BKN," ujarnya.
Sahir menyarankan mereka mencari tempat pengaduan yang cocok untuk mengadukan nasibnya.
Ia beralasan karena pertemuan hari itu, yang mempertemukan Pemko Batam dan perwakilan guru honorer yang telah lulus CPNS 2013 lalu, tidak ada pihak yang memediasinya.
Menanggapi adanya dugaan penyelewengan dalam pengangkatan CPNS itu, Sahir juga menyarankan agar mereka menempuh jalur sesuai aturan hukum yang berlaku, bisa menggunakan jalur hukum.
Lembaga itu menurutnya, bisa digunakan untuk menuntut hak-hak mereka.
Pasalnya selama 6 tahun ini, Sahir mengaku juga kerap bertemu dengan perwakilan guru honorer yang telah lulus CPNS 2013 lalu, namun selalu tak ada hasil yang menggembirakan.
"Apapun alasan, keluhan, permasalahannya, lebih bisa didengar, dibahas ketika menggunakan jalur sesuai aturan hukum yang berlaku. Ketika lewat BKPSDM, BKN, kegiatan terkait K2 ini sudah tutup 2015 lalu. Jadi tak ada kegiatan berkaitan K2 lagi setelah itu. Sebagai penyelenggara teknis, kami hanya bisa sampai di sini. Ketika berkas diserahkan, tapi NIP-nya tak dikeluarkan, kami tak bisa sampaikan hal-hal di luar itu," kata Sahir. (wie)
Sempat Diancam Saat Akan Demo
Sebelumnya, sejumlah pegawai honorer kota Batam mendatangi kantor Walikota Batam untuk mempertanyakan kejelasan NIP mereka setelah 6 tahun silam dinyatakan lolos seleksi tes CPNS 2013, Senin (18/2/2019).
Aksi mereka kali ini ternyata memiliki risiko tinggi terhadap pekerjaan mereka.
Sebab, sebelum menggelar aksi, mereka sempat menerima ancaman dari pihak sekolah tempat mereka selama ini bekerja dan mengabdi.
"Kalau demo, tak usah sekolah lagi. Apa yang ditakutkan, kalau kami salah?," kata guru honorer, Lina.
Dari penyampaian mereka, jika tetap bersikukuh melakukan aksi, pihak sekolah meminta mereka untuk istirahat di rumah dan tidak perlu mengajar lagi, besok harinya.
"Kami hanya minta tolong nasib kami disamakan dengan mereka (CPNS 2013 lalu yang sudah mendapat NIP dan SK CPNS). Kami minta keadilan. Kalau kami tak diangkat CPNS, lepaskan juga NIP mereka," ujarnya.
Berdasarkan hasil pantauan Tribunbatam.id, saat melakukan aksi tersebut, sejumlah guru honorer yang dinyatakan lulus CPNS 2013 lalu, tampaknya sudah tak gentar dengan intimidasi tersebut.
Mereka ingin memperjuangkan hak-hak mereka hingga tuntas.
Memang awalnya hanya beberapa guru yang terlihat ikut aksi.
Jumlah merekapun bisa dihitung jari.
Namun mendekati siang, setidaknya ada belasan sampai puluhan guru honorer berseragam warna biru, yang ikut berkumpul di depan Gedung Wali Kota Batam.
"Tadi kami tak dibolehkan keluar (sekolah). Tapi kami tetap keluar," ujar seorang guru kepada Tribun.(*)