3 Jenderal TNI yang Jadi Teladan. Mulai Ditilang Polisi Hingga Dihardik Bintara Karena Salah Parkir

Seorang jenderal pun bisa salah. Bahkan, tidak sedikit jenderal yang ketika menyadari kesalahannya hanya manut dan tidak mau arogan.

Wikipedia
Mayjen TNI Poniman dan Widodo Budidarmo 

TRIBUNBATAM.id - Seorang jenderal pun bisa salah. Bahkan, tidak sedikit jenderal yang ketika menyadari kesalahannya hanya manut dan  tidak mau arogan.

Artikel ini menggambarkan kisah tiga jenderal TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang menjadi teladan.

Pertama, kisah dua jenderal TNI, Mayor Jenderal Poniman dan Mayor Jenderal Bambang Sugeng yang kena tilang polisi.

Satu lagi Jenderal Benny Moerdani yang dihardik prajurit marinir berpangkat bintara karena salah parkir.

Bukannya marah, mereka bahkan legowo ditilang, dinasehati bahkan manut dan mengakui kesalahan tersebut.

Kisah jenderal TNI ditilang polisi dialami oleh Mayor Jenderal Poniman, saat itu dirinya menjabat sebagai Panglima Kodam (Pangdam) Jaya.

Dilansir dari buku Biografi Kapolri Jenderal Widodo Budidarmo yang diterbitkan Mabes Polri, kisah ini terjadi pada tahun 1970-an

Saat peristiwa itu terjadi, Widodo Budidarmo saat itu menjadi Kapolda metro Jaya.

Ceritanya saat hari libur, Poniman jalan-jalan menyetir mobil sendiri.

Namun kemudian diberhentikan oleh seorang polisi lalulintas.

Hal itu terjadi karena Poniman waktu itu tidak membawa surat-surat kendaraan sehingga ia akhirnya menerima saja ditilang oleh polisi tersebut.

Sang Polantas tak mengetahui bahwa pria yang disetopnya adalah seorang Pangdam yang ketika itu --saat Polri dan TNI masih bergabung-- jabatannya lebih tinggi dari Kapolda.

Sang Jenderal juga enggan memperkenalkan siapa dirinya dan manut saja ditilang.

Namun, beberapa hari kemudian, Kapolda Widodo meneleponnya.

Dia menanyakan kepada Poniman kebenaran telah ditilang oleh anak buahnya.

Widodo sampai meminta maaf karena anak buahnya tak mengenalinya.

Widodo juga memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan uang tilang kepada Mayjen Poniman.

Poniman yang menganggap masalah tersebut telah selesai mengatakan bahwa dirinya bersalah karena tidak membawa surat-surat lengkap.

Widodo yang tetap tidak enak bahkan memerintahkan Kepala Direktorat Lalulintas Polda Metro Jaya datang ke Kodam Jaya untuk mengembalikan uang tilang.

Namun Dirlantas tak bertemu dengan Mayjen Poniman sehingga uang tersebut akhirnya ditipkan kepada ajudannya.

Disaat keduanya menjabat, Poniman dan Widodo memang terkenal sebagai sosok yang sangat dekat.

Poniman lahir di Surakarta, 18 Juli 1926 dan meninggal di Jakarta, 30 April 2010.

Sementara itu Widodo Budidarmo lahir di Surabaya, Jawa Timur, 1 September 1927 meninggal di Jakarta, 5 Mei 2017.

Widodo Budidarmo juga merupakan mantan Kapolri periode 1974-1978.

Menerobos Lampu Kuning

Mayjen TNI Bambang Soegeng

Kisah jenderal TNI ditilang polisi selanjutnya dialami Mayor Jenderal Bambang Sugeng, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD)

Bambang Sugeng yang waktu itu berpangkat Mayor Jenderal menurut saja saat diberhentikan seorang anggota polisi.

hal itu diungkap dari buku "Panglima Bambang Sugeng, Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949" karya Edi Hartoto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2012.

Berawal dari Bambang Sugeng yang berkendara sepeda motor di jalanan Yogyakarta pada tahun 1952.

Saat itu Bambang yang getol naik sepeda motor sedang berkunjung ke Yogyakarta.

Ia pun meminjam sepeda motor milik Haryadi, seorang pelukis di Jogja.

Saat itu Bambang hanya berpakaian sipil dan jalan-jalan melaju menggunakan sepeda motor pinjaman tersebut.

Sampai di Perempatan Tugu, di sekitaran Jalan Malioboro, Bambang tak sengaja melanggar lampu lalulintas.

Waktu itu lampu lalulintas menyala kuning, disangkanya sehabis kuning lampu hijau yang akan menyala sehingga Bambang pun melajukan kendaraannya.

Namun ternyata, setelah kuning, bukannya lampu hijau yang menyala, ternyata malah lampu merah.

Tak ayal seorang petugas kepolisian yang bertugas di lokasi tersebut langsung menyetop Bambang.

Meski seorang Jenderal dan orang nomor satu di TNI AD, Bambang menyadari kesalahannya.

Polisi lalulintas itu menceramahinya tentang kesalahan yang dilakukan dan Bambang pun hanya diam saja, tak malawan.

Usai panjang lebar menasehati Bambang Soegeng, polisi itu lalu meminta Bambang Sugeng menunjukkan SIM miliknya.

Saat ditunjukkan, betapa terkejutnya polisi tersebut ketika mengetahui identitas pria yang disetopnya adalah Jenderal TNI AD.

"Siaap, Pak!" si polisi spontan langsung berdiri tegak memberi hormat.

Entah apa yang berkecamuk dalam pikirannya ketika dirinya mengetahui yang diberhentikan dan diceramahinya adalah seorang Kasad.

Namun bukannya marah, Bambang Soegeng malah mengaku salah di hadapan polisi tersebut dan mengatakan bahwa apa yang dilakukannya sudah benar.

Bambang Sugeng juga tak lalu menggunakan kekuasaannya supaya lolos dari hukuman karena melanggar aturan lalulintas.

"Memang saya yang salah. Saya menerima pelajaran dari Pak Polisi. Itu tugas dan tanggung jawabnya" kata Bambang Sugeng.

Kabar tentang Bambang Soegeng yang ditilang polisi tersebut membuat heboh Yogyakarta dan keesokan harinya menjadi berita utama di sebuah koran di Yogyakarta.

Bambang Sugeng merupakan sosok perwira TNI yang memberikan teladan untuk selalu taat aturan dan tidak menggunakan jabatan dan kekuasaan untuk sewenang-wenang.

SIM ketinggalan

Endang Ruganika, putri sulung Bambang Soegeng mengisahkan hal lain soal kepatuhan ayahnya berlalulintas.

Saat itu Bambang Soegeng hendak pergi ke Jawa Tengah. Namun saat sampai Cirebon, dia baru sadar bahwa SIM-nya ketinggalan di rumah.

"Bapak menyuruh pembantu pulang ke Jakarta untuk mengambil SIM," tulis Endang dalam buku tersebut.

Dikutip dari Wikipedia, Bambang Sugeng lahir di Tegalrejo, Magelang, 31 Oktober 1913 dan meninggal di Jakarta, 22 Juni 1977 pada umur 63 tahun.

Selain berkarier di dunia militer, Bambang juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Vatikan, Jepang, dan Brasil.

Benny Dibentak Bintara

Mayjen TNI Benny Moerdani

Identitas merupakan hal utama yang harus dirahasiakan oleh seorang intelijen, meskipun pangkatnya jenderal TNI sekalipun

Itu juga yang dilakoni Jenderal Benny Moerdani, intelijen TNI yang disegani di dunia internasional.

Pengalaman menarik dialami Mayjen TNI Benny Moerdani yang harus menjaga kerahasiaan identitasnya dari personel TNI lain

Seperti dilansir dari buku "Benny: Tragedi Seorang Loyalis" yang ditulis Julius Pour

Cerita itu bermula ketika Benny Moerdani pergi ke Markas Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).

Benny Moerdani mengendarai mobilnya tanpa mengenakan seragam dinas.

Dia berkendara ke kantor yang terletak di kawasan Medan Merdeka Barat itu.

Setiba di lokasi, ia langsung memarkirkan kendaraannya di lokasi terdekat dengan pintu masuk.

Lokasi parkir itu merupakan tempat khusus bagi perwira tinggi militer.

Tiba-tiba, seorang penjaga berpangkat bintara yang berasal dari satuan marinir menghardiknya.

Penjaga itu meminta Benny memindahkan mobilnya ke lokasi parkir lain.

Bagaimana respon Benny Moerdani?

Benny Moerdani diam saja.

Dia tidak marah dan hanya diam mengikuti perintah marinir tersebut.

"Mungkin memang salah saya sendiri, kok waktu itu pakai pakaian preman," ujar Benny Moerdani.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved