WAWANCARA KHUSUS

Wawancara Khusus dengan Indra Sjafri, Ungkap Perjuangan Timnas U22 Hingga Juara, & Sosok Marinus

Timnas U-22 sukses mengangkat piala setelah sukses mengalahkan Thailand dengan skor 2-1 pada pertandingan final yang digelar di Kamboja

Editor: Mairi Nandarson
KOMPAS.COM/FERRIL DENNYS
Pelatih Asal Sumbar Indra Sjafri kini menangani Timnas U23 Indonesia 

Lapangannya sintetis dan sintetisnya tidak sebagus Lapangan C di sini.

Saat Anda membawa timnas U-19 menjadi juara, Anda menggunakan metode blusukan. Sekarang Anda tidak menggunakan metode itu lagi?

Zaman dulu kan kompetisi belum sebagus sekarang. Sekarang kan kompetisi sudah bagus.

Kalau untuk U-23, U-22 kan pemain sudah main di liga semua.

Tidak mungkin saya blusukan ke daerah untuk mencari pemain U-22.

Blusukan itu untuk pemain-pemain pemuda U-19, U-16.

Dari 30 pemain ada 7 muka baru untuk pelatanas U-23. Mereka dipanggil berdasarkan kriteria apa?

Berdasarkan dia sudah terdaftar dalam 50 pemain yang saya daftarkan sebelum AFC.

Yang kedua ya kualitas dong. Kebutuhan tim. Tidak pernah saya panggil berdasarkan titipan. Pasti kualitas.

Parameter seperti yang pernah dulu dibilang berjati diri bangsa?

Itu kan hanya tambahan aja. Kalau kriteria memilih pemain hanya empat. Kualitas skill-nya bagus. Kemampuan taktikal dan kecerdasan bagus.

Kemampuan fisik bagus. Mentality bagus. Itu saja parameter. Dan itu semua bisa dites. Itu yang selalu saya lakukan dalam memilih pemain.

Untuk Kualifikasi Piala Asia U-23 nanti ada Thailand, Vietnam, dan Brunei. Bagaimana Anda memandang soal peta persaingan?

Ya nanti kita lihat. Kalau hasil tidak bisa saya ramal dari sekarang.

Tapi yang jelas kita sudah pernah berhadapan dengan mereka. Dengan Brunei juga sudah.

Tapi kalau hasil ya kita harus nunggu pertandingan.

Kalau Vietnam dan Thailand di Piala AFF kemarin. Apa mereka sudah mengeluarkan kemampuan terbaiknya?

Tidak tahu saya. Kalau itu tanya dia. Ngapain tanya kita.

Kalau kita sudah jelas pemain terbaik kan. Masih ada Egy masih ada Saddil.

Kira-kira berapa butuh uji coba sebelum tampil di kualifikasi?

Cuma dua kali

Selain Bali United?

Satu lagi masih kita cari mungkin Bogor FC.

Cukup cuma dua uji coba?

Berlebih malah. Kan sudah lima kali uji coba di AFF. Sudah terlalu banyak.

Sudah dua kali melatih timnas junior juara, ada keinginan melatih tim senior?

Saya anggap U-23 sudah senior. Kan sudah U-23.

Yang bukan kelompok umur?

Oh harus proses. Saya orang yang tahu proses dan saya sangat paham proses itu sangat menentukan.

Saya jadi pelatih timnas U-22 dan sekarang U-23 itu dimulai dari timnas U-12, U-16, U-17, U-18, U-19 saya dua periode, dan sekarang U-22.

Dengan proses yang sepanjang itu, saya cukup siap melatih U-22. Apakah saya siap nanti melatih senior, ya saya bisa pastikan saya sangat siap.

Pendapat soal PSSI yang menunjuk Simon McMenemy?

Ya bisa-bisa saja. Sah-sah saja. Tidak ada masalah. Yang saya maksud bukan mengeliminir pelatih asing.

Yang saya maksud berikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk pelatih lokal.

Karena menurut saya pelatih lokal juga bisa berbuat dan menunjukan kualitas.

Kalau ada pemilik klub mengambil pelatih asing terserah dia.

Makin banyak pelatih asing di Liga 1. Anda pernah ada tawaran dari klub Liga 1?

Ya banyak lah saya ditawarin.

Dari klub mana saja?

Ngapain, saya pelatih timnas sekarang. Enggak perlu juga berita itu pada masyarakat. Ya kan.

Itu sudah jadi berita yang hambar lah. Melatih klub. Lebih bagus lah melatih timnas.

Tapi ada keinginan melatih klub?

Selagi saya dimanfaatkan oleh negara, saya pilih negara. Kenapa saya harus didorong-dorong ke klub.

Bagaimana kalau tawarannya menggiurkan?

Duit tidak bisa membahagiakan orang. Percaya lah. Mas diapresiasi orang, mas dihormati banyak orang itu jauh lebih bahagia daripada duit.

Duit itu cincay lah. Enggak ada apa-apanya kalau duit. Saya semakin banyak duit semakin susah saya.

Jangan cari duit. Suruh aja duit datang ke kita.

Kalau kita mau kita terima, kalau tidak mau kita buang. Jadi jangan diukur saya dengan duit. Saya bekerja di tim nasional juga saya tidak mengharap duit.

Saya tidak pernah negosiasi-negosiasi kan.

Ya mungkin niat saya itu yang didengar oleh Allah dan diamini doa saya. Saya bekerja bukan untuk diri saya sendiri. Tapi untuk orang banyak.

Ada pelatih idola yang jadi role model?

Idola saya cuma Nabi Muhammad. Yang lain tidak pernah saya idolakan.

Bagaimana dengan role model di dunia sepak bola?

Tidak ada. Tapi kita sharing belajar iya. Saya belajar dari filosofi sepak bola Pep. Saya belajar. Tapi saya tidak perlu mengidolakan.

Ngapain. Manusia di mata Tuhan sama. Ngapain mengidolakan orang. Idola saya sebagai Muslim hanya Nabi Muhammad. Yang lain tidak ada.

Apa Impian terbesar Anda?

Impian terbesar saya, satu lolos kualifikasi AFC. Yang kedua medali emas SEA Games. Itu impian terbesar saya.

Karena dari tahun 1991 tidak pernah medali emas. Ini saya ingin medali emas.

Ada enggak yang masih dicita-citakan di luar pekerjaan saat ini?

Tidak ada. Hidup saya di sepak bola. Tidak ada yang lain. Tidak ingin jadi anggota DPR, bagi saya ecek-ecek banget itu.

Saya hanya ingin mengabdi ke negara ini untuk sepak bola. Itu saja.

Jadi jangan digiring saya ke mana-mana. Karena saya tidak ahli di situ.

Kalau bisa kasih rekomendasi, siapa pemain yang paling dikedepankan untuk bisa masuk timnas senior?

Itu urusan Simon. Dia lihat sendiri. Karena filosofi sepak bola Simon dan saya berbeda. Saya dan Simon sangat bersinergi.

Tidak akan mengganggu persiapan?

Pasti enggak lah. Saya bilang antara saya dan Simon berkomunikasi dengan baik.

Bersama Anda, Marinus Wanewar sekarang jadi bisa mengendalikan emosi. Bagaimana cara Anda membentuknya?

Saya bilang di awal. Sebelum saya memilih pemain saya butuh informasi pemain.

Kesehatannya, terus secara psikologi dia itu bagaimana sih. Dokter Joe Rumeser mengatakan Marinus itu perlu tokoh yang bisa dia percaya.

Oleh sebab itu saya orang yang dia percaya. Kalau dia sudah percaya ke saya, bilang ke A pasti dia lakukan A.

Tapi saya juga harus menjaga diri. Saya bilang 'Marinus, kamu tidak boleh keluar malam dan saya tidak pernah keluar malam'. Marinus, kamu harus rajin ke gereja, saya rajin ke masjid. Jadi dia ada yang dia contoh. Ada yang dia percayai.

Tidak mungkin orang percaya ke kita dia tidak patuh ke kita. Itu yang saya lakukan. Tahu enggak apa yang dia bilang ke Presiden, Pak tolong perbaiki jalan kampung saya. Gila enggak itu. Siapa bilang Marinus bukan anak baik.

Dapat bonus Rp 200 juta, dia perbaiki gereja. Ada enggak orang di Indonesia yang seperti itu. Jarang. Jadi kalau orang bilang dia jelek, saya adalah orang yang bilang dia anak baik. Makanya ada hastag anak baik. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wawancara Eksklusif, Indra Sjafri Buka-bukaan Soal Keberhasilan Timnas Juarai Piala AFF U-22 " 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved