Pesawat Boeing 737 Max-8 Jatuh Lagi dan Ditolak Sejumlah Negara, Saham Boeing Terjun Bebas
Menyusul penolakan sejumlah negara terhadap Boeing 737 Max-8, pascajatuhnya Ethiopian Airlines, saham Boeing langsung terjun bebas.
TRIBUNBATAM.id, NEW YORK - Menyusul penolakan sejumlah negara terhadap Boeing 737 Max-8, pascajatuhnya Ethiopian Airlines, saham Boeing langsung terjun bebas.
Sejak bursa Dow Jones dibuka, Senin (11/3/2019) atau Senin malam WIB,. saham Boeing langsung terjun hingga 12 persen.
Hanya dalam beberapa jam saja, sebanyak US $ 28 miliar langsung menguap di bursa karena para investor ramai-ramai melepas saham pabrik pesawat tersebut.
Boeing memimpin terjungkalnya bursa Dow Jones sehingga pasar kehilangan 300 poin Senin pagi.
Ini adalah dampak dari dua bencana penerbangan yang dialami pesawat Boeing 737 Max-8 yang belum genap dua tahun dipasarkan.
Menurut laporan Boeing baru-baru ini, sebanyak 350 MAX 8 telah dikirim ke berbagai perusahaan maskapai di seluruh dunia dan lebih dari 4.661 lainnya dalam pemesanan.
737 Max-8 bahkan disebut-sebut kartu truf Boeing untuk bersaing dengan Airbus.
Namun, jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines pada 10 Maret kembali membuat dunia penerbangan berguncang.
Sebelumnya, pesawat Lion Air dengan jenis pesawat yang sama juga terjatuh
Maskapai itu mengoperasikan enam Boeing 737 Max 8, menewaskan yang dioperasikan.
Menghadapi dua insiden penerbangan berturut-turut yang menewaskan lebih dari 300 orang dalam empat bulan, Boeing langsung mendapat reaksi keras dari banyak maskapai internasional.
Tiga negara sudah menyatakan menunda pengoperasian Boeing 737 Max-8.
Tiga negara itu adalah China, Indonesia dan Kepulauan Cayman.
China adalah satu negara yang maskapainya memiliki armada 737 Max 8 paling banyak, yakni 97 unit.
Cayman Island dan Ethiopian Airlines juga menangguhkan penggunaan pesawat Boeing 737 Max 8 mereka, menyusul Indonesia.
Beratnya lagi, kecelakaan ini juga memaksa Boeing untuk menunda rencana untuk meluncurkan pesawat jet 777X generasi baru.
Kasus ini juga mengancam untuk merusak reputasi maskapai AS, terkait masalah keselamatan.