Kisah See Quey, Kanibal Top Thailand Tahun 50-an Pemakan Jeroan Anak. Kenapa Warga Kini Membelanya?
Hingga saat ini, nama See Quey masih terus menjadi legenda paling terkenal di Thailand, tentang kekejaman seorang kanibal pemakan jeroan anak-anak
TRIBUNBATAM.ID, BANGKOK - Jangan keluar setelah gelap atau See Quey akan memakanmu.
Itu adalah peringatan yang sering diungkapkan orangtua kepada anak-anaknya dan itu sudah berlangsung dari generasi ke generasi.
Hingga saat ini, nama See Quey masih terus menjadi legenda yang paling terkenal di Thailand tentang kekejaman seorang kanibal alias manusia pemakan manusia.
• Live Streaming PSS Sleman vs Arema FC, Rabu Malam Ini Jam 20,30.WIB, Bakal Berlangsung Keras
• Remaja Ini Bunuh Diri Setelah Membuat Jajak Pendapat di Instagram, 69 Persen Pilih Opsi Bunuh Diri
• 7 Fakta Penemuan Jasat Bayi Kembar di Batam, Hasil Hubungan Terlarang Hingga Pingsan Usai Lahiran
Percaya atau tidak, See Quey masih ada sampai sekarang karena jasadnya kini jadi mumi, diawetkan dan dipajang di dalam sebuah kotak kaca Siriraj Medical Museum atau museum forensik yang disebut juga "Museum Kematian."
See Quey sangat tersohor karena kekejamannya sebagai pembunuh berantai dan kanibal paling terkenal di Thailand.
Ia dikenal karena --katanya-- suka memakan jeroan anak-anak, sehingga pantas jika cerita tentang See Quey ini menjadi dcerita ampuh orangtua untuk menahan anaknya di rumah.
Dilansir TribunBatam.id dari Coconuts.co, popularitas See Quey kembali melejit minggu ini setelah warga Thailand di Twitter ramai-ramai menyeruklan agar mayat kanibal yang diawetkan dengan formaldehida itu dihapuskan.
"Di zaman sekarang ini, kita semua tahu bahwa See Quey tidak membunuh dan memakan jeroan manusia, tetapi dibingkai oleh seseorang yang kuat. Namun Museum Siriraj masih menampilkan mayatnya bersama dengan label "kanibal," tulis akun Twitter ChangeSiam awal pekan ini.
"Bahkan orang mati tidak mendapatkan keadilan," tambahnya.
Twit itu langsung menjadi ramai dan menimbulkan 80 ribu percakapan di jagat maya tersebut.
Tweet itu memunculkan diskusi hebat, termasuk pertanyaan, apakah See Quey benar-benar kanibal atau hanya mitos.
Namun yang pasti, banyak netizen yang meminta agar pesakitan selama puluhan tahun itu dikeblaikan "martabatnya" dan dikeluarkan dari kotak kaca yang mengerikan itu.
Tidak hanya di Twitter, permintaan itu juga bergeser ke sebuah petisi online yang setidaknya mendapatkan 5.000 tanda tangan dalam minggu ini saja.
Pada saat berita ini dilansir, jumlahnya terus meroket mencapai belasan ribu.
“Lihat Quey tidak pernah membunuh siapa pun. Itu benar! Bahkan kerabat almarhum ... selalu mengatakan bahwa itu bukan dia. Lihat Quey ditekan untuk membuat pengakuan palsu. Polisi mengatakan kepadanya bahwa ia akan pulang ke China sebagai hadiah karena mengaku," tulis pengguna Twitter Yongsunxpinkjr.

Namun, tidak semua orang yakin dengan teori ini.
“Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa See Quey tidak bersalah? Hanya mengatakan 'semua orang tahu' bukanlah bukti yang cukup untuk memaafkan orang mati. Ini adalah tuduhan besar yang Anda buat. Jika terus berjalan, Anda mungkin akan dituntut, ”kata pengguna Twitter iGimme,
Mengingat bahwa pembunuhan berantai yang menjadi perdebatan itu terjadi sekitar tujuh dekade lalu, kemungkinan tuntutan hukum agak tipis. Tetapi iGimme benar, apa yang membuat orang-orang ini begitu yakin bahwa See Quey adalah seorang kanibal yang kejam?
Kisah See Quey
See Quey bernama asli Quey Sae-Ung , adalah seorang imigran asal China tahun 1946.
Ia menjadi tukang kebun di Provinsi Prachuap Khiri Khan. Sebelum itu, dia adalah seorang prajurit yang berperang melawan Jepang selama Perang Dunia II.
Dalam adaptasi film dan beberapa cerita yang ditulis, See Quey memiliki pengalaman perang yang tragis sehingga membuat dirinya menjadi psikopat atau semacamnya, seperti trauma perang prajurit yang sering kita lihat di film-film.
Konon, salah satu pengalamannya semasa perang, dia memakan mayat rekan-rekannya yang tewas selama perang.
Polisi Thailand menuduh See Quey menculik dan membunuh setidaknya enam anak dari tahun 1954 sampai ia ditangkap pada tahun 1958, yang semuanya ia akui di persidangan.
Dia lebih lanjut mengatakan kepada penyelidik bahwa dia akan memotong dan memakan organ korbannya karena itu lezat: kesukaannya adalah hati.
Pengadilan kemudian menyatakan Quey bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Dia dieksekusi oleh regu tembak pada bulan September 1959.
Lubang peluru yang ditinggalkan oleh eksekusi itu --sekarang diisi dengan parafin-- tetap terlihat di mayat See Quey di museum forensik.
Benarkah See Quey pelakunya?
Masalahnya, setelah itu banyak yang curiga bahwa See Quey hanyalah tumbal oleh polisi yang berada di bawah tekanan publik untuk menemukan seorang pembunuh saat itu.
Banyak yang percaya bahwa See Quey adalah kambing hitam yang mudah karena ia adalah anggota kelompok etnis yang terpinggirkan.
Kasusnya terjadi selama Perang Dingin, ketika kediktatoran militer AS yang memerintah Thailand kala itu selalu menjadikan etnis China sebagai sasaran karena kekhawatiran meningkatnya pengaruh komunisme.
Pada saat itu, imigran Tiongkok sering dipandang endah dan didiskriminasi oleh penduduk setempat.
Mereka yang percaya pada See Quey tidak bersalah juga mengatakan, ketidakmampuannya untuk berbicara bahasa Thailand juga turut andil membuatnya sangat mudah diseret ke meja hijau.
Selain itu, banyak yang menunjukkan bahwa See Quey diarak di jalanan dan dilabeli monster di koran sebelum persidangannya dimulai.
Media, menurut mereka, mengubah kisah itu menjadi cerita yang menakutkan sampai hari ini.
Dalam sebuah posting yang dibuat kemarin pagi, halaman Facebook Poetry of Bitch (Tuhan, kami suka nama itu), membeberkan beberapa bukti untuk mengklaim bahwa See Quey sebenarnya tidak bersalah.
Tersangka sebenarnya --kata akun yang menyatakan telah melakukan sejumlah investigasi-- adalah seorang lelaki Thailand bernama "Gleang," saudara ipar seorang wakil bupati yang disegani.
Halaman Facebook tersebut menuduh bahwa Gleang memiliki riwayat penyakit mental dan benar-benar diidentifikasi namanya oleh salah seorang yang selamat dari serangan See Quey.
Potongan hati seorang anak juga diduga ditemukan di saku Gleang.
Kita mungkin harus menjelaskan pada titik ini bahwa hampir semua informasi baru mereka berasal dari film dokumenter PBS Thailand yang ditayangkan tahun lalu.
Warga setempat yang diwawancarai untuk segmen PBS, yang tinggal dekat See Quey ketika pembunuhan terjadi, juga mengarahkan jari mereka pada Gleang yang misterius ini.
Gleang, bagaimanapun, tidak pernah diperiksa atau dituntut.
“Quey adalah karyawan kami. Ibuku menghabiskan banyak waktu bersamanya ... Dia pria yang pemalu dan pendiam. Dia tidak akan pernah mengambil keuntungan dari siapa pun,” kata Wanapa Tonshim, mantan karyawan Kuey mengatakan kepada PBS.
“Ibuku mencintainya. Tidak masuk akal baginya untuk menjadi pembunuh anak-anak," tambahnya.
Tentunya, perdebatan tentang sosok coklat yang kini mengering di dalam etalase tersebut akan terus terjadi.
Perdebatan menjadi penting, setidaknya untuk memberi gambaran yang lebih realistis bagi orangtua dalam mendidik anak-anaknya.
Mungkin sama juga dengan Indonesia, bahwa ada sosok-sosok yang selalu ditanamkan kepada anak-anak yang suka keluyuran.
Mulai dari hantu, gendoruwo, kuntilanak atau mitos-mitos lainnya.
Yang jelas, orangtua tidak akan menakuti anak-anak dengan sosok Sumanto, kanibal yang pernah menghebohkan Indonesia, beberapa tahun lalu.