Maskapai Dipaksa Turunkan Harga Tiket, Simak 5 Fakta & Dampak Mahalnya Harga Tiket Pesawat
Harga tiket pesawat yang masih mahal meskipun maskapai sudah dipaksa untuk menurunkan harga menjadi perbincangan hangat. Simak sejumlah faktanya!
TRIBUNBATAM.id - Memasuki musim mudik, harga tiket pesawat ke berbagai tujuan domestik di Indonesia yang masih mahal sempat ramai diperbincangkan masyarakat.
Mahalnya tiket pesawat membuat masyarakat resah sebab menjelang Hari Raya Idul Fitri 1400 Hijriah atau 2019.
Guna memangkas biaya perjalanan, beberapa masyarakat lebih memilih rute transit ke luar negeri dahulu dibandingkan penerbangan langsung (direct) ke wilayah di Indonesia.
Bahkan, mahalnya tiket pesawat juga membuat bandara turut merugi dikarenakan turunnya jumlah penumpang.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan ( Kemenhub) memberlakukan tarif batas atas dan tarif batas bawah untuk mengendalikan harga tiket pesawat. Kebijakan ini juga dibuat menjelang mudik Idul Fitri.
Berikut lima fakta mengenai polemik harga tiket pesawat di Indonesia:
1. Bandara merugi
Tak dipungkiri, tingginya harga tiket pesawat membuat masyarakat berpikir dua kali saat memilih moda transportasi udara ini.
Hal itu terlihat dari turunnya jumlah penumpang di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan.
Bandara ini hanya melayani 6.000 - 10.000 penumpang per hari.
• Tiket Pesawat Mahal, Tradisi Pulang Basamo Perantau Minang Hidup Lagi, Bakal Konvoi Ribuan Mobil
• Harga Tiket Pesawat Terbaru Setelah Tarif Diturunkan Kemenhub, Cek Tarif Tiket Mudik Lebaran 2019
• Harga Tiket Pesawat Terbaru Lebaran 2019 Wajib Turun, Jika Melanggar Bisa Dicabut Izin Operasinya
• RESMI, Harga Tiket Pesawat Wajib Turun Paling Lambat 18 Mei 2019 Jam 00.01 WIB
Jumlah ini turun dibandingkan total penumpang sebelum adanya harga kenaikan tiket.
Akibat turunnya jumlah penumpang, membuat Bandara SMB II merugi hingga Rp 3 miliar per bulan.
Pihak pengelola bandara mengaku, penuruan penumpang mulai berlangsung sejak Januari 2019 lalu.
Data yang ada menunjukkan, dari awal Januari hingga April 2019 hanya ada 1.274.888 penumpang.
Bergeser ke Bandara Internasional Minangkabau, pihak pengelola juga mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga 25 persen hingga akhir bulan April 2019.