BATAM TERKINI
Dampak Mata Uang Bersama bagi Batam seperti Usulan PM Malaysia, Begini Penjelasan Amsakar Achmad
Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad menyikapi usulan PM Malaysia Mahathir Mohamad yang mengusulkan gagasan mata uang bersama di Asia Timur.
Penulis: Dewi Haryati | Editor: Agus Tri Harsanto
TRIBUNBATAM.id - Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad menyikapi usulan PM Malaysia Mahathir Mohamad yang mengusulkan gagasan mata uang bersama di Asia Timur.
Mahathir Mohamad mengusulkan, mata uang bersama dapat digunakan untuk transaksi perdagangan--ekspor dan impor, tetapi tidak akan digunakan untuk transaksi domestik.
Mata uang yang diusulkan itu juga harus didasarkan pada emas.
Karena emas jauh lebih stabil. Sedangkan jika di bawah sistem valuta asing saat ini, mata uang lokal dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan dimanipulasi.
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad yang dimintai tanggapannya, menyambut baik gagasan PM Malaysia ini.
• PM Malaysia Mahathir Mohamad dan PM Singapura Ucapkan Selamat pada Jokowi
Hanya saja, menurutnya masih perlu dipertimbangkan lagi secara lebih detail mencakup beberapa hal.
"Terkait kemampuan anggaran belanja suatu negara, neraca perdagangan suatu negara, cadangan devisanya, dan nilai tukar masing-masing mata uang," kata Amsakar kepada Tribun, Jumat (31/5) di Gedung Wali Kota Batam.
Dikatakan, nilai tukar masing-masing mata uang bervariasi antar negara yang satu dengan negara lainnya.
Penyatupaduan mata uang ini, tentunya membawa konsekuensi. Antara nilai mata uang yang rendah dan nilai mata uang yang tinggi, mesti disetarakan.
"Jadi, masih banyak lagi yang harus dikaji lebih detail. Tapi kalau dewan moneter suatu negara sudah berkumpul, sangat mungkin formulasi ini ditemukan,'' ujarnya.
• Kelakuan Pemain Timnas U18 Korea Selatan Dikecam Usai Juara Panda Cup 2019, China Murka
Jika gagasan mata uang bersama di Asia Timur itu terealisasi, sangat dimungkinkan akan berefek luas bagi Batam.
"Batam akhirnya, mungkin saja nanti dibuat trans nasional dari Singapura dibuat jembatan ke Pulau Sambu. Seperti mata uang Euro, semua negaranya terkoneksi laut dan darat," kata Amsakar.
Amsakar memandang dari sisi positif untuk investasi terkait penyatuan mata uang ini.
"Orang Singapura berinvestasi di Batam, segitu juga biayanya. Kita mau berinvestasi, segitu juga," ujarnya.
Amsakar juga berpikir visioner. Saat ini Singapura dan Malaysia sudah terkoneksi, bisa saja ke depan Singapura dan Batam, terkoneksi.
"Tapi sudahlah, itu masih mimpi," kata Amsakar tertawa ringan, sembari masuk ke dalam mobilnya.
Mata uang bersama
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memperdebatkan gagasan mata uang untuk perdagangan bersama di Asia Timur untuk dipatok dengan patokan emas.
Mahathir mengatakan, mata uang bersama yang diusulkan ini dapat digunakan untuk transaksi ekspor dan impor, tetapi tidak akan digunakan untuk transaksi domestik.
"Di Asia Timur, jika Anda ingin bersama-sama, kita harus mulai dengan mata uang perdagangan bersama, bukan untuk digunakan secara lokal tetapi untuk penyelesaian perdagangan," ujarnya pada konferensi Nikkei Future of Asia di Tokyo, seperti dikutip dari kontan.co.id, Kamis (30/5/2019).
"Mata uang yang kami usulkan harus didasarkan pada emas, karena emas jauh lebih stabil."
Dia mengatakan, di bawah sistem valuta asing saat ini, mata uang lokal dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan dimanipulasi.
• Hi, Aplikasi Chating Buatan Indonesia, Bisa Dibandingkan dengan WhatsApp, Sudah Coba?
• Persebaya Surabaya vs PSIS Semarang Live Indosiar Jam 20.30 WIB, Head to Head dan Prakiraan Pemain
• Chelsea Juara Liga Europa 2018-2019, Maurizio Sarri Paling Bahagia, Inilah Gelar Pertamanya
• 60 Ucapan Selamat Idul Fitri yang Bisa Kamu Share di IG, Facebook & WA, Pilih yang Paling Menyentuh
Sayangnya ia tak merinci bagaimana bentuk manipulasinya.
Mahathir telah lama menjadi kritikus perdagangan mata uang dan pernah menuduh miliarder George Soros bertaruh melawan mata uang Asia.
Selama krisis keuangan Asia, Mahathir mematok mata uang ringgit sebesar 3,8 terhadap dollar dan memberlakukan kontrol modal.
Namun aturan ini dihapus pada tahun 2005. (*)

Perang dagang China vs AS dinyalir merembet ke Asean, AS pantau mata uang Malaysia, Singapura, dan Vietnam.
Amerika Serikat (AS) memasukkan mata uang Malaysia, Singapura, dan Vietnam ke dalam daftar mata uang yang dipantaunya.
Sebab, ketiga mata uang tersebut diduga melakukan praktik yang tidak adil.
Singkatnya, pemerintah AS menduga ketiga mata uang tersebut dimanipulasi oleh otoritas setempat.
• Harga Huawei P30 Pro Dikabarkan Turun 90 Persen Imbas Perang Dagang, Cek Harganya di Batam
• Efek Perang Dagang China vs Amerika Serikat, BI Rate Diprediksi Bakal Naik
• Selain Persib Bandung, PSM Makasar dan Tira Persikabo Belum Kebobolan Sampai Pekan Ke-3 Liga 1 2019
• Tagar Doa Untuk Bu Ani Yudhoyono Mendadak Muncul, Begini Kondisinya Sekarang
Selain itu, pemerintah AS juga mengategorikan mata uang 9 negara, termasuk China, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan ke dalam daftar yang memerlukan perhatian khusus.
Namun demikian, seperti dilansir dari South China Morning Post, Kamis (30/5/2019), tidak ada satupun dari 9 negara tersebut yang dianggap manipulator mata uang.
Beberapa pihak mempertanyakan langkah yang dilakukan AS tersebut.
Ada pandangan yang menyebut bahwa langkah ini terkait dekatnya hubungan perdagangan negara-negara tersebut dengan China.
"Ini menentang logika. Di Singapura, kami memutar mata (keheranan)," kata Song Seng Wun, ekonom di CIMB Private Banking.
Departemen Keuangan AS menerbitkan daftar monitor manipulasi mata uang dua kali dalma setahun.
Daftar ini menuai kontroversi terkait metode yang digunakan untuk menentukan apakah mata uang sebuah negara dimanipulasi oleh pemerintahnya.
Ada 21 mata uang negara asing yang dipantau dalam daftar tersebut. Adapun India dan Swiss telah dikeluarkan dari daftar.
Berdasarkan metode itu, sebuah negara dapat dikatakan memanipulasi mata uangnya apabila memenuhi tiga kriteria.
Pertama, negara tersebut memiliki surplus transaksi berjalan sebesar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Kedua, pemerintahnya secara konsisten terlibat dalam intervensi mata uang. Terakhir, negara tersebut memiliki surplus neraca perdagangan yang cukup signifikan dengan AS.
Singapura dimasukkan dalam daftar lantaran besarnya surplus transaksi berjalan dan pembelian valas sebesar 17 miliar dollar AS pada 2018.
Sementara Malaysia dan Vietnam mencatat surplus neraca perdagangan dengan AS dan transaksi berjalannya pun surplus.
"Malaysia mendukung perdagangan bebas dan adil, serta tidak menjalankan praktik nilai tukar yang tidak adil," jelas pihak Bank Negara Malaysia.
"Singapura memiliki surplus transaksi berjalan yang besar berkat kebijakan, aturan, infrastruktur, dan tenaga kerja yang bagus," terang Jeffrey Halley, analis senior dari Oanda.(tribunbatam.id/dewiharyati)