Wah Perlu Hati-hati! Ternyata Jajan Online Tak Cuma Bahaya Bagi Dompet Lho, Tapi Juga Ini
Nasihat belanja bijak yang sempat bergaung di masa lalu itu sepertinya tak lagi berlaku di era belanja online saat ini.
Berbagai kemudahan ditawarkan, mulai dari hemat ongkos transportasi jika harus jalan sendiri, hingga hemat waktu—tak perlu window shopping di beberapa mal—padahal hanya untuk mencari satu barang.
Namun aktivitas ini bisa jadi tak wajar ketika kemudahan akses yang didapat justru membuat kita berprilaku konsumtif, menjadi tidak terkontrol, serta ujungnya membuat ketagihan.
Sudah begini, bukan hanya piknik ke Tokyo atau ke Korea yang tak pernah kesampaian, tapi rekening tabungan pun hanya berisi saldo minimal belaka.
Dan disadari atau tidak, kita telah terjebak dalam “adiksi jajan online”.
Apakah itu?
Ketika bisa mencari, memilih, dan mendapatkan barang yang diinginkan dengan cepat dan mudah saat jajan secara online, tanpa disadari akan menimbulkan sensasi tersendiri bagi kita.
Ketika kita merasa puas, tentunya kita akan mencoba lagi, dan mungkin secara terus-menerus secara rutin.
Ujungnya, kita bisa jadi keranjingan.
“Kalau sudah keranjingan jajan atau belanja online, itu sebetulnya sudah masuk kategori yang lepas kontrol,” ujar Reynitta Poerwito, Bach., of Psych., M.Psi, Psikolog dari Poliklinik Psikologi Eka Hospital BSD.
Nah, untuk tahu apakah kita termasuk kategori yang lepas kontrol dalam jajan online, menurut Reynitta paling tidak ada tiga gejalanya.
Salah satu gejalanya kita bisa jadi sangat emosional.
“Shopping addiction itu salah satu gejalanya adalah ketika tidak bisa online shopping dia akan sedih, marah, dan stres,” ujar Reynitta.
“Selain itu, mereka juga akan merasa bersalah mengenai barang-barang yang mereka beli karena sebenarnya mereka tahu kalau enggak butuh-butuh banget nih. Tapi karena lucu, jadi dibeli. Nah, kalau memang ada perasaan seperti itu, ya kita harus introspeksi, jangan-jangan ada sesuatu yang salah sama diri kita,” tambahnya.
Nah, jika tidak disadari sejak awal, dan tak adanya introspeksi maka bisa jadi mengarah pada gejala ketiga yang lebih kompleks.
Yakni, kebiasaan jajan online yang dilakukan mulai mengganggu hubungan sosial.