CERITA SEJARAH
Detik-detik Mendebarkan, Paspampres Era Soeharto Saling Todong Pistol dengan Pengawal PM Israel
Pengalaman ini diambil dari seorang Jenderal TNI yang pernah saling todong senjata ke pengawal pribadi perdana menteri Israel di New York
Dilansir oleh Intisari dari buku 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' ,Tempo, PT Gramedia, 2015
Kunjungan Soeharto saat itu tidak disukai oleh Kerajaan Belanda mengingat di era Perang Kemerdekaan, Soeharto sebenarnya merupakan musuh utama militer Belanda.
Aparat keamanan Belanda secara tidak langsung terpengaruh oleh sikap Kerajaan Belanda, dan hanya menyiapkan sistem pengamanan yang tidak maksimal sehingga bisa membahayakan keselamatan Soeharto.
Menurut Benny, kunjungan Presiden Soeharto itu memang berisiko tinggi karena di Belanda masih banyak anggota simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS) yang bisa membahayakan keselamatan Soeharto.
Untuk memastikan keamanan Presiden Soeharto, Benny kemudian memeriksa rute yang akan dilalui menuju Istana Huis Ten Bosch.
Rute itu ternyata rawan oleh ancaman tembakan sniper dari jendela-jendela bangunan sepanjang jalan dan adanya perempatan lampu merah yang rawan oleh aksi penyergapan bersenjata.
Hasil inspeksi itu kemudian dirapatkan oleh Benny bersama para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda.
Intinya Benny meminta agar jendela-jendela di bangunan sepanjang jalan yang dilewati Presiden Soeharto dijaga ketat, demikian pula persimpangan lampu merah yang akan dilintasi juga harus disterilkan, untuk mengantisipasi kalau ada serangan dari anggota simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS).
Tapi para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda ternyata menolak permintaan Benny.
Karena merasa diabaikan, Benny pun mengamuk dan mebentak para aparat keamanan Belanda itu sambil menggebrak meja.
"Kami hanya punya satu Soeharto! Apakah Anda bisa menjamin keselamatannya...!?" bentak Benny dalam Bahasa Belanda
Sebagai agen rahasia (intelijen), Benny memang dikenal mahir berbahasa Jerman, Belanda, Inggris, China, dan Bahasa Korea.
Nyali para aparat keamanan Belanda menjadi agak ciut saat berhadapan dengan Benny yang merupakan veteran perang RI dalam Perang Kemerdekaan dan Operasi Trikora melawan pasukan Belanda.
Tapi Benny tidak bisa berbuat banyak karena sedang berada di negara lain. Apalagi pemerintah Belanda sendiri ternyata tidak begitu menyukai Soeharto.
Kekhawatiran Benny ternyata terbukti, sebanyak 33 anggota RMS bersenjata menyerbu Wisma Duta (rumah Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda) pada 31 Agustus 1970 malam, sehari sebelum jadwal kunjungan Soeharto ke Istana Huis Ten Bosch, Den Haag.

Untung saja Duta Besar RI,Taswin Natadiningrat, lolos dari serbuan.