Fatimah, Wanita Pemecah Batu di Kecamatan Siantan, Setiap Hari Bersaing dengan Mesin Modern
Nama wanita itu Fatimah. Saat ditemui di tepi jalan Teluk Penaga tidak jauh dari Desa Pesisir Timur, Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas.
TRIBUNBATAM.id yang berjarak lebih kurang 1,5 meter dari Fatimah saja beberapa kali terkena serpihan batu yang dia pecahkan menjadi beberapa bagian.
Untuk mencapai kuota satu kubik ini, Fatimah mengaku bisa menghabiskan waktu setidaknya tiga atau empat hari.
Dalam satu hari, dia mampu menghasilkan 4 sampai 5 karung batu split dengan pola kerja dari pukul 7.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB dan dilanjutkan dari pukul 13.00 WIB sampai sore hari.
Batu-batu tersebut dia peroleh dari Manan.
Batu-batu yang tidak masuk ukuran 30 centimeter untuk bahan bronjong, dia lepas ke Fatimah dengan harga yang tidak tentu.
Sebenarnya, kata Manan, harga yang diberikan semata-mata untuk menutupi biaya kepada pemilik lahan tempat Manan mencari batu.
Tepi jalan masuk Dusun - Temburun - Rintis ini, menjadi tempat mereka mencari batu.
Manan menceritakan lama waktu membakar batu hingga 6 jam, agar batu dapat retak dan selanjutnya diproses menjadi ukuran 30 centimeter.
Waktu ini bisa saja lebih lama tergantung dari ukuran batu.
"Untuk batu besar ukuran 30 centimeter per kubiknya Rp 170 ribu.
Kalau batu kecil, saya jual Rp 100 ribu per kubik.
Lebih ke pribadi saja, saling bantu sesama tukang batu," sebut Manan seraya tersenyum.

Peran Manan dan Fatimah cukup memberikan andil bagi pembangunan di Anambas.
Derap pembangunan Anambas, hingga ke desa di satu sisi menjadi berkah bagi mereka.
Di sisi lain, hadirnya orang berkocek tebal yang mampu membeli mesin pemecah batu mulai mengusik periuk nasi Fatimah dan kawan-kawan.