Kisah Ida Pfeiffer Pelancong Austria yang Nekat Kunjungi Suku Kanibal di Tahun 1800-an

Kebanyakan dari kita pasti memilih mengunjungi tempat-tempat yang aman dan minim kejahatan. Namun berbeda dengan pelancong wanita asal Austria ini.

Mary Somers Heidhues/Archipel/Wikimedia via NGI
Kisah Ida Pfeiffer 

“Di suatu tempat, kejadiaannya bahkan lebih serius,” demikian Ida berkisah.

“Lebih dari 80 lelaki berdiri di jalanan setapak dan menghalangi perjalanan kami.”

Kemudian dia melanjutkan, “Sebelum saya menyadarinya, sekawanan lelaki telah melingkari saya seraya menodongkan tombak mereka, dengan tatapan ngeri dan liar.”

Ida melukiskan sosok lelaki Batak yang mengepungnya. Mereka berbadan tegap dan kuat, tingginya hampir dua meter, penampilannya beringas dan militan.

“Mulut lebar mereka dengan geligi yang menonjol, tampaknya lebih mirip dengan binatang buas ketimbang manusia manapun.”

Suasana kian mencekam, para lelaki itu merubungi Ida sembari bersorak-sorai.

“Saya tidak mengerti apa yang terjadi selanjutnya,” ungkapnya. “Saya merasa sudah pasti bahwa ini adalah akhir hidup saya.”

Sosok Ida Laura Reyer Pfeiffer dalam busana melancong dari kain linen warna kelabu. Litografi karya Adolf Dauthage (1825–1883).
dolf Dauthage (1825–1883) via nationalgeographic.grid.id
Sosok Ida Laura Reyer Pfeiffer dalam busana melancong dari kain linen warna kelabu. Litografi karya Adolf Dauthage (1825–1883).

Sebelum Investasi Deposito Pertimbangkan 4 Hal Ini, Salah Satunya Soal Suku Bunga

Ida gelisah, demikian dalam catatannya, lantaran suasana kian menakutkan. Namun, tampaknya dia tidak kehilangan kendali.

Dalam situasi teror, perempuan itu duduk di sebongkah batu.

Lalu, sekonyong-konyong mereka mendatanginya sembari menunjukkan gerakan-gerakan yang mengancam.

Kemudian, Ida bangkit dan mencoba berbicara kepada lelaki beringas di dekatnya dengan bahasa separuh Melayu dan separuh Batak.

Sembari tersenyum Ida berkata, “Mengapa Kamu tidak berkata saja bahwa Kamu akan membunuh dan memakan seorang perempuan tua seperti saya. Saya pastilah sangat sulit dimakan dan alot.”

Ida, dengan gaya pantomimnya, berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa dirinya tidak takut apapun.

Bahkan, apabila mereka menginginkannya, dia rela dibawa oleh mereka asalkan mereka mengantarnya ke Eier Tau—Danau Toba.

Kemudian para lelaki beringas dan bertombak itu melepaskan tawa mereka.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved