Tetap Murah di Tengah Harga Tiket Pesawat Mahal, Begini Strategi AirAsia
Pemerintah mengupayakan berbagai cara untuk menurunkan tarif penerbangan yang melambung tinggi.
Dengan begitu, AirAsia bisa mengelola pendapatannya (revenue management) secara lebih strategis.
Terkait bahan bakar avtur, AirAsia telah melakukan lindung nilai (hedging)terhadap 65% bahan bakarnya sampai dengan 2020.
Meski diakui, kenaikan harga minyak yang tajam tetap akan mempengaruhi 35% dari bahan bakar maskapai sehingga menekan keuangan perusahaan.
Industri penerbangan sesuai pasar
Di sisi lain, Deputy CEO AirAsia Group Bo Lingam menyayangkan kisruh harga tiket penerbangan mahal di Indonesia, Namun, ia lebih menyayangkan langkah pemerintah yang saat ini cukup banyak mengintervensi industri.
Menurut Bo, industri penerbangan mestinya bisa berjalan dengan mekanisme pasar dengan persaingan sempurna yang bebas dan adil. “Pilihan ada di tangan pelanggan, maskapai cukup menyediakan layanan jasa yang terbaik saja. Lagipula, kami juga tidak bisa membuat semua orang terbang dengan kami (AirAsia),” ujar Bo.
AirAsia, menurutnya, selalu menawarkan harga tiket paling murah kepada pelanggan. Oleh karena itu, maskapai ini mengaku sejatinya tak membutuhkan panduan harga batas atas maupun batas bawah. “Bagi saya, persaingan harus adil, tidak perlu ada batas harga. Biarkan sesuai permintaan dan suplai,” katanya.
Adapun, di tengah kegaduhan industri penerbangan dalam negeri, AirAsia justru mantap menambah lima armada pesawat baru hingga akhir tahun ini. Dengan begitu, pertumbuhan penumpang ditargetkan mencapai 20% di 2019.
“Kita sudah tambah tiga pesawat, dan menyusul dua lainnya. Kita berencana meluncurkan lebih banyak rute domestik maupun rute internasional yang belum banyak digarap maskapai lainnya,” ujar Bo