Pemerintah Malaysia Baru Kumpulkan Rp 3,5 Triliun dari Skandal 1MDB. Dimana Puluhan Triliun Lain?
Malaysia berhasil mengumpulkan Rp 3,5 triliun dari skandal 1MDB, tetapi jumlah itu masih sangat sedikit dibandingkan dana yang dicuri Rp 52,4 triliun
TRIBUNBATAM.ID, KUALA LUMPUR - Setelah melakukan upaya yang cukup panjang, pemerintah Malaysia berhasil mengumpulkan hampir satu miliar ringgit atau sekitar Rp 3,5 triliun uang yang dicuri dari megakorupsi skandal 1MDB di masa pemerintahan Najib Razak.
Aliran dana 1Malaysia Development Bhd (1MDB), perusahaan investasi yang dijarah ramai-ramai itu oleh orang-orang terdekat Najib Rzak termasuk bunga dan hibah bank, pada 27 Mei.
Tetapi jumlah itu masih sangat sedikit dibandingkan dana yang mengalir sampai jauh dan kabarnya bertebaran di tujuh negara setelah dijarah oleh kroni mantan PM Najib Razak.
Departemen Kehakiman AS memperkirakan setidaknya ada US $ 4,5 miliar atau sekitar Rp 62,5 triliun uang yang dicuci dari Malaysia antara 2009 dan 2014.
• Rekening Najib Razak di Bank Pakai Kode Khusus, Atas Permintaan Jho Low, Buron Skandal 1MDB
• Toyota Sumbang Angka Penjualan Terbesar di Juni 2019 Sebanyak 18.690 Unit
• Ini Dia Profil 4 Emak-emak yang Lawan Donald Trump. Galang Kekuatan Lengserkan Presiden
Komite Khusus Parlemen (PSC) tentang anggaran mengungkapkan bahwa total RM918,92 juta sudah dikembalikan ke negara dalam berbagai mata uang, seperti dolar AS, dolar Singapura, dan dolar Australia.
Dari angka ini, RM30.30 juta berada dalam Akun Pemulihan 1MDB, sedangkan RM888.62 juta berada di dalam Akun Pemulihan Kementerian Keuangan, di bawah Menteri Keuangan.
Pemerintah, seperti dilansir Malay Mail, memperkirakan pemulihan aset 1MDB akan memakan waktu lama, karena kebanyakan berada di luar negeri, termasuk Singapura, Swiss, dan Amerika Serikat.

Setiap keputusan yang terkait dengan repatriasi aset ini juga masih dalam diskusi antara pemerintah Malaysia dengan negara-negara tersebut.
Di antara aset 1MDB ini merupakan sitaan otoritas Departemen Kehakiman AS seperti Park Lane Hotel milik Jho Low di New York City, uang dari Red Granite Pictures senilai US $ 137 juta (RM563,98 juta) dan US $ 57 juta (RM234,65 juta).
Red Granite Pictures merupakan perusahaan produksi film Hollywood milik anak tiri Najib Razak, Riza Aziz.
Hasil penjualan Equanimity kapal pesiar yang disita oleh pemerintah Indonesia di perairan Bali dan dikembalikan ke Malaysia, dibeli oleh Genting Malaysia Berhad seharga US $ 126 juta (RM527,4 juta) dan sudah dibayar lunas oleh perusahaan judi tersebut pada 23 April.
Pemerintah juga harus menanggung kewajiban utang 1MDB karena jaminan keuangan yang diberikan kepad perusahaan itu.
Ini termasuk jaminan untuk sukuk atau obligasi syariah senilai RM5 miliar yang dijamin pada Maret 2013 serta obligasi senilai US $ 3 miliar (RM12,6 miliar), dan kewajiban utang dari perjanjian antara 1MDB dan Perusahaan Investasi Perminyakan Internasional. (IPIC).
Perjanjian tersebut menempatkan 1MDB sebagai penjamin atas utang anak perusahaannya, termasuk 1MDB Energy Ltd dan 1MDB Energy (Langat) masing-masing senilai US $ 3,5 miliar (RM14,6 miliar) atau US $ 1,75 miliar (RM7,3 miliar).
Karena masalah keuangannya, 1MDB harus menjual beberapa aset seperti Edra Energy dan tanah di Ayer Itam di Penang untuk mendanai kewajiban utangnya.
Selain itu, pada 2017 dan 2018 pemerintah memberikan bantuan keuangan sebesar RM8,1 miliar, melalui Kementerian Keuangan dan Menteri Keuangan, sebagai pembayaran setoran kepada IPIC dan pembayaran bunga pinjaman 1MDB.
Aset lancar 1MDB yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan mengurangi beban utang termasuk Tun Razak Exchange senilai RM1,8 miliar, proyek Bandar Malaysia senilai RM8 miliar, Pulau Indah senilai RM277 juta. Secara keseluruhan ketiganya diperkirakan bernilai RM10,07 miliar.
Banyak Penyelewengan
Membuka aib skandal 1MDB yang diperintahkan Perdana Menteri Mahathir Mohamad setelah ia terpilih dalam Pemilu Mai 2018 lalu memang tidak mudah.
Mahathir juga bertekad membawa pulang semua dana 1MDB yang berada di luar negeri.
Ditengarai, uang tersebut menyebar di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Singapura dan Swiss, bahkan kabarnya juga ada di Indonesia.
Jumlahnya sangat besar. Di AS saja, kata Mahathir, mencapai 4,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 63 triliun.
Hasil audit 1MDB sebelumnya sudah disampaikan ke parlemen, namun kemudian disegel di bawah undang-undang rahasia negara, sehingga dana raksasa di perusahaan investasi negara itu tak terungkap hingga Najib Razak tumbang.
Skandal 1MDB ini membuat heboh sejak 2015 lalu setelah sejumlah negara menemukan aliran dana ilegal dari lembaga investasi prestisius dari sejumlah pengusaha lingkaran Najib.

Keterlibatan Najib mencuat ke permukaan setelah ditemukannya transfer dana 1DMB ke rekening pribadinya sebesar 600 juta dolar AS.
Namun, Kejaksaan Agung Malaysia menghentikan penyelidikan awal 2016 lalu dan menegaskan tidak ada pelanggaran hukum dalam firma tersebut.
Setelah Nanib terguling pada Pemilu Rabu pekan lalu, PM Mahathir langsung memerintahkan polisi membuka segel audit 1MDB.
Sejatinya, 1MDB didirikan sebagai lembaga investasi untuk mendanai sejumlah proyek raksasa di berbagai bidang.
Namun setelah uang terkumpul dari penjualan obligasi dan setoran perusahaan di bawah 1MDB, uang itu raib tanpa kejelasan.
Pada Januari 2016, 1MDB tercatat menanggung utang sampai 12,5 miliar dollar AS atau setara lebih dari Rp 166 triliun.
Belakangan terungkap, ternyata seluruh utang perusahaan 1MDB selama ini tidak dibayar oleh perusahaan ityu, tetapi oleh Kementerian Keuangan yang menterinya saat itu dirangkap oleh Najib sendiri.
Pada 30 Mei 2018, Menteri Keuangan yang baru, Lim Guan Eng mengungkapkan bahwa di mejanya ada tagihan utang yang jatuh tempo yang harus dibayarkan sebesar RM143.75 juta.
"Saya terkejut ketika dokumen pertama yang harus saya tanda tangan sewaktu mulai bekerja ialah dokumen pembayaran utang 1MDB untuk akhir bulan ini. Saya tidak mau tanda tangan,” kata Lim.
Itu belum lagi membayar bunga obligasi sebesar RM810.21 juta antara September hingga November tahun 2018.
Lim mengatakan bahwa selama ini utang perusahaan yang sudah dibayarkan oleh Kementerian Keuangan nilainya mencapai RM7 miliar atau sekitar Rp 24,5 triliun sejak April 2017.

Lim langsung memanggil CEO 1MDB Arul Kanda dan dalam pertemuan keduanya terungkap bahwa 1MDB tidak punya uang sama sekali.
Padahal 1MDB sebelumnya menyebutkan bahwa mereka sudah menghimpin dana sekitar RM9,8 miliar atau sekitar Rp 34,3 triliun.
Departemen Kehakiman AS memperkirakan setidaknya ada US $ 4,5 miliar atau sekitar Rp 62,5 triliun uang yang dicuci dari Malaysia antara 2009 dan 2014.
Bahkan, dana yang dirampok Jho Low saja nilainya mencapai Rp 7 triliun.
Salah satu yang diincar oleh pemerintahan Mahathir adalah bank investasi terbesar Amerika Serikat Goldman Sachs yang menjadi penjamin obligasi 1MDB senilai US$ 6,5 miliar.
Goldman Sachs sendiri sudah menawarkan kompensasi sebesar US $ 241 juta atau sekitar Rp 3,45 triliun namun ditolak oleh Mahathir. "Itu hanya kacang tanah," kata Mahathir.
Jaksa penuntut Malaysia sebelumnya telah mengeluarkan surat panggilan kepada tiga kantor Goldman Sachs yang mengharuskan mereka menghadapi tuntutan pidana.