Kisah Herawati Anak Tukang Becak Raih Predikat Cum Laude di ITB, Tak Percaya hingga Tawaran Dosen
Kisah Herawati Anak Tukang Becak Raih Predikat Cum Laude di ITB, Tak Percaya hingga Tawaran Dosen
Setelah lulus S2, pihak Kampus Untirta kembali memanggil Hera, dan langsung diberi amanah untuk mengabdi sebagai dosen luar biasa di Jurusan Teknik.
"Maunya jadi dosen tetap, tapi harus PNS, sambil menunggu penerimaan, jadi dosen luar biasa dulu sementara di teknik untuk kimia dasar, mulai ngajar bulan September ini," kata perempuan kelahiran 17 April 1997 ini.
Awal mula masuk ITB
Hera mengatakan, impian untuk masuk ke ITB sudah muncul sejak dirinya SMP.
Selepas lulus SMA, Hera pernah gagal masuk ITB di seleksi pertama lewat jalur undangan.
Tidak patah semangat, dia mengikuti seleksi berikutnya lewat tes tertulis dan lolos di Teknik Kimia.
Walaupun berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas, Hera tidak pernah ragu untuk tetap melanjutkan kuliahnya.
Dia tetap melaju dengan optimistis.
Pada awal tahun kuliahnya, Hera mendapat sejumlah beasiswa, di antaranya dari program bidik misi dan bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon.
Namun, beasiswa tersebut terkadang masih kurang untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Sementara mengandalkan kiriman dari orangtuanya juga mustahil.
"Akhirnya saya cari tambahan, mulai dari jadi asisten dosen, hingga ngajar bimbel," kata dia.
Hera akhirnya berhasil lulus S1 pada Juli 2018 lalu dan menjadi salah satu lulusan ITB terbaik dengan predikat cum laude.
Satu bulan setelah lulus, Hera lantas mengambil magister untuk memenuhi syarat menjadi dosen di Untirta.
Dari target lulus satu tahun karena program fast track, Hera mampu menyelesaikannya dalam waktu 10 bulan saja, itu pun setengah masa kuliahnya dihabiskan di Chulalongkorn University Thailand lewat program Student Exchange.