Demo Hongkong Rusuh Lagi, Demonstran Diserang Polisi dengan Gas Air Mata

Aksi demo Hongkong belum berhenti. Sekitar 3.000 pengunjuk rasa kembali turun ke jalan dan bentrok lagi dengan polisi, Sabtu

South China Morning Post
Demo Hongkong kembali rusuh, polisi membubarkan dengan gas air mata di kawasan Yuen Long, Sabtu (27/7/2019). 

TRIBUNBATAM.ID, HONGKONG - Aksi demo Hongkong belum berhenti. Sekitar 3.000 pengunjuk rasa kembali turun ke jalan dan bentrok lagi dengan polisi, Sabtu (27/7/2019).

Kali ini titik aksi di kawasan Yuen Long, sebuah kota baru di wilayah pusat Kota Hong Kong, dekat stasiun tempat para pendemo diserang oleh gerombolan berbaju putih, Minggu (21/7/2019) malam lalu.

Demo yang berlangsung sejak siang itu berubah menjadi kacau ketika terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dengan polisi.

Petugas menembakkan gas air mata untuk membubarkan pendemo yang memprovokasi polisi.

Demo Hongkong Bergeser ke Bandara, Staf Bandara dan Pramugari Ikut Bergabung

Cara Demo PNS dan Hong Kong, Tulis Aspirasi Lewat Kertas Warna-warni di Lennon Wall

Hongkong Memanas, Polisi Larang Demo Anti Triad, Massa Tetap Protes

Tindakan petugas ini dipicu oleh demonstran yang menyerang mobil van yang membawa rombongan polisi.

Mobil itu disemproit dengan cat, dilempari sehingga kacanya pecah.

Dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post (SCM), para pengunjuk rasa melanjutkan seruan mereka, mendesak pemerintah eksekutif Hong Kong menarik penuh RUU ekstradisi yang kontroversial.

Selain itu, mereka menuduh polisi melindungi triad yang disebut-sebut berada di belakang aksi penyerangan di stasiun Yuen Long yang melukai 45 orang, pekan lalu.

Selain demonstran dari kelompok pemuda, warga yang tinggal di kawasan itu ikut menjaga pendemo jika kelompok "pasukan putih" kembali menyerang.

Penduduk setempat mengatakan, mereka sempat mendapat ancaman dari kelompok itu terhadap penduduk, namun mereka mengatakan siap melawan jika diprovokasi.

Di tengah kekhawatiran serius atas keselamatan publik, polisi mengambil langkah dengan menolak izin untuk aksi, tetapi para pendemo bertekad untuk melanjutkan aksi mereka yang sudah berlangsung hampir dua bulan ini.

Suasana sempat memanas ketika seorang pendemo ditikam oleh orang tak dikenal sebelum aksi protes dimulai.

Hong Kong telah diguncang oleh demonstrasi massa sejak sekitar 1 juta orang turun ke jalan melawan RUU ekstradisi pada 9 Juni.

Polisi mengatakan akan segera memulai operasi pembubaran dari barat ke timur, kata seorang juru bicara.

"Polisi meminta anggota masyarakat untuk memikirkan keselamatan mereka sendiri, meninggalkan daerah itu ke arah stasiun MTR Yuen Long dan menghindari bepergian ke kawasan Yuen Long," katanya.

Para pendemo di Hongkong bentrok dengan polisi
Para pendemo di Hongkong bentrok dengan polisi (South China Morning Post)

Polisi sempat terjepit di antara para pendemo di Long Yip Street. Para demonstran memukul para petugas dengan payung. Petugas merespons dengan semprotan merica dan gas air mata pada Sabtu sore.

Polisi akhirnya mundur ketika pengunjuk rasa terus merangsek dan mendesak petugas.

Anggota parlemen Demokrat Andrew Wan Siu-kin yang hadir dalam aksi itu sempat berbicara dengan seorang perwira polisi senior.

Dia memberi tahu Wan jika pemrotes bubar dan meninggalkan Yuen Long, petugas akan berhenti menembakkan gas air mata pada mereka.

Namun Wan mengatakan, banyak jalan utama diblokir oleh polisi dan para pengunjuk rasa tidak bisa pergi.

Polisi di Castle Peak Road memberi tahu pengunjuk rasa untuk bubar dan memperingatkan mereka bahwa aksi tersebut ilegal.

Tapi pengunjuk rasa tetap bertahan sehingga polisi kemudian mengibarkan bendera hitam sebagai pertanda bahwa serangan gas air mata dimulai.

Pelayanan di kantor polisi Yuen Long di Castle Peak Road ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Polisi meminta masyarakat yang butuh layanan darurat untuk menghubungi lewat 999.

Meskipun ada ancaman serangan gas air mata dari polisi, para pengunjuk rasa tetap bertahan dan segera bersiap dengan helm dan masker.

Jalur yang dilewati pendemo di Yuen Long

Mereka juga membangun barikade untuk memblokir jalan.

Sekitar pukul 17.32 waktu setempat, polisi kembali menembakkan gas air mata pada para demonstran.

"Mengingat beberapa pemrotes memegang tiang besi, perisai buatan sendiri dan bahkan membongkar pagar jalan, polisi khawatir tentang kemungkinan memburuknya situasi," kata seorang juru bicara kepolisian.

Dia mendesak anggota masyarakat yang tidak terlibat aksi untuk tetap tenang dan meninggalkan daerah itu sesegera mungkin.

Setidaknya lima kendaraan polisi tiba, dan satu petugas menggunakan pengeras suara untuk meminta pendemo membubarkan diri.

Mobil polisi diserang pendemo

Namun puluhan pemrotes datang dan meneriaki para petugas dengan kata-kata "Triad! Triad!"

Para pengunjuk rasa menyerang polisi dengan pernyataan, "Kenapa kalian melindungi para triad?"

Para pendemo menuduh kelompok mafia Hong Kong itu berada di belakang aksi penyerangan Minggu lalu.

Presiden Universitas Lingnan Leonard Cheng Kwok-hon bergabung dengan mahasiswa dalam pawai ke Yuen Long setelah ia khawatir orang-orang muda yang berdemo menjadi sasaran petugas.

Itu terjadi setelah sekelompok siswa keluar dari kampus dan bergabung dengan pendemo, Sabtu pagi.

Cheng sempat menghalangi mahasiswanya untuk ikut, tetapi mahasiswa mengatakan kepadanya, jika dia khawatir, dia harus pergi bersama mereka.

Wakil Rektor Universitas Hong Kong Peter Mathieson dan sejawatnya dari Universitas Tiongkok Profesor Joseph Sung Jao-yiu yang sempat menjadi aktor demonstrasi pada 2014 lalu juga bergabung bersama demonstran.

"Kami di sini untuk menjaga agar konflik tidak terjadi," katanya.

Kepung Bandara

Para pendemo tetap dengan ciri khas mereka, payung (SCMP)

Rangkaian aksi demo yang hampir dua bulan, sejak awal Juni lalu, belum menunjukkan tanda-tanda akan surut.

Sehari sebelumnya, Jumat, demo Hongkong, Jumat (26/7/2019) bergerak ke Bandara Internasional Hongkong.

Aksi demo Hong Kong ini juga diikuti pekerja penerbangan. Lebih dari 2.500 pengunjuk rasa melakukan aksi duduk di Bandara Internasional Hongkong.

Aksi di bandara ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan internasional melawan RUU ekstradisi yang sekarang ditangguhkan.

Mengenakan pakaian hitam, para demonstran berkumpul di aula kedatangan pusat transportasi global pada Jumat sore.

Aksi protes ini dimulai pukul 1 siang dan dijadwalkan akan berlanjut hingga Jumat malam ini.

Mereka kemudian memberi tahu para warga asing tentang kampanye anti-pemerintah yang mereka lakukan.

Menjelang aksi demo damai ini, para pimpinan bandara melakukan pengamanan ekstra, terutama sekali mengatur kelancaran para penumpang.

Dilansir South China Morning Post, hingga sore, aksi ini tidak mengganggu jadwal penerbangan serta pelayanan bandara.

"Kami ingin berbagi berita ini dengan para wisatawan, agar dunia tahu tentang Hong Kong," kata salah satu koordinator protes, seorang pramugari yang menolak menyebutkan namanya.

Para pendemo melakukan aksi duduk di Bandara (SCMP)

Badai politik yang dipicu oleh RUU ekstradisi telah menghasilkan protes jalanan dan bentrokan selama berminggu-minggu dan membuat negara kota ini menjadi sorotan.

“Kami membutuhkan dukungan komunitas internasional. Kami membutuhkan orang untuk menyuarakan kami. Mungkin di televisi, Anda tidak tahu cerita lengkapnya, tetapi di sini kami memiliki video dan informasi lengkap dan kami siap berbicara dengan orang-orang untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi," katanya.

Setidaknya dua area aula kedatangan bandara dipenuhi para pendemo pada sore hari.

Mereka melakukan aksi sambil duduk, meneriakkan agar RUU ekstradisi sepenuhnya ditarik, termasuk seruan “Hong Kong bebas”.

Seperti halnya aksi demo di pusat kota Hong Kong, Lennon Wall kecil juga muncul di bandara, di mana orang-orang memposting pesan yang mendukung kelompok pro-demokrasi tersebut.

Lebih dari 14.600 tanda tangan juga telah dikumpulkan dari wisatawan, penduduk dan pekerja industri selama aksi tersebut.

Isu lain yang disuarakan oleh pendemo adalah menuntut polisi menangkap "pasukan putih" yang menyerang penumpang dan pengunjuk rasa pada Hari Minggu di Stasiun Keretaapi Yuen Long.

Mereka juga menyerukan penyelidikan independen untuk melihat apa yang mereka sebut penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi ketika menangani protes selama sebulan terakhir.

Beberapa pengunjuk rasa berjalan di sekitar bandara untuk berbicara dengan para pelancong dan membagikan selebaran.

Otoritas Bandara (AA) yang mengelola HKIA mengatakan, mereka melakukan keamanan ekstra untuk mengawasi protes dan pihaknya juga mengatur maskapai penerbangan dan mendesak penumpang untuk memastikan mereka mencapai bandara dalam "waktu yang cukup".

Lennon Wall juga muncul di bandara, pramugari ikut bergabung

"AA akan bekerja sama dengan mitra bisnisnya untuk memastikan kelancaran operasi bandara ... Kami berharap bahwa peserta kegiatan dapat menghindari gangguan terhadap pelayanan penumpang dan operasional bandara," kata seorang juru bicara AA.

Namun, karena aksi demo hanya terkonsntrasi di dekat pintu kedatangan, aktivitas penerbangan tidak mengalami kendala.

Kendati demikian, Cathay Pacific Airways, maskapai terbesar di kota itu mengaku, pihaknya banyak menerima sejumlah pertanyaan dari penumpang, apakah penerbangan akan terganggu.

"Kami ingin meyakinkan pelanggan bahwa penerbangan kami ke dan dari Bandara Internasional Hong Kong beroperasi seperti biasa," kata seorang juru bicara maskapai penerbangan.

Stephen Leather, warga Autralia yang akan kembali ke Melbourne setelah liburan di Hong Kong mengatakan, aksi itu tidak mengganggunya.

Kendati demikian, selama di Hong Kong, ia berhati-hati dan menghindari titik-titik tertentu yang selama ini menjadi konsentrasi massa.

“Kami tahu di mana protes akan terjadi sehingga kami tetap berada di luar daerah itu. Itu membuat Anda waspada untuk pergi ke daerah-daerah tertentu di kota," katanya.

Pekerja penanganan darat bandara, bermarga Chow, menghabiskan waktu makan siangnya untuk mendukung aksi duduk.

“Saya terlalu marah dengan pemerintah Hong Kong. Kota tidak aman lagi,” katanya.

“Polisi tidak bisa lagi melindungi kita. Saya ingin mendukung setiap warga Hongkong. Saya tidak ingin menentang pemerintah China, saya hanya ingin tinggal di tempat yang aman."

Cemas Beijing Kerahkan Pasukan

 Aksi demo Hong Kong sudah dua bulan tak juga berhenti, bahkan semakin brutal dan tak terkendali.

Padahal, aksi demo Hong Kong yang menentang RUU ekstradisi sudah dikabulkan pemerintah eksekutif Hong Kong. Carrie Lam, Kepala Eksekutif Hong kong juga menyatakan bahwa RUU itu sudah mati.

Namun anehnya, sikap lunak pemerintah yang menjaga DNA demokrasi dan kebebasan yang mereka peroleh selama menjadi jajahan Inggris masih terus menggelora.

Akhirnya, apa yang ditakuti oleh banyak pihak, termasuk rakyat Hong Kong, mulai muncul di Beijing.

Masyarakat China daratan mulai mendesak pemerintah China untuk tegas dan mengerahkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk mkenghentikan para pendemo.

PLA sebenarnya sudah ada di Hong Kong sejak negara semi-otonom itu kembali ke kedaulatan China tahun 1997, namun mereka pasif dan hanya berada di barak.

Sesekali keluar untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat show seperti acara-acara kenegaraan atau ulang tahun militer.

Kemarahan rakyat China daratan mencapai puncaknya ketika para demonstran, Minggu lalu, merusak kantor penghubung Beijing di pusat kota Hong Kong.

Di hari yang sama, segerombolan orang berpakaian putih menyerang para demonstran dengan pentungan dan batangan besi, setelah para demonstran terlibat bentrok dengan polisi.

Kelompok tak dikenal yang diduga adalah Triad (mafia kejahatan di Hong Kong), menyerang secara mendadak para demonstran di stasiun kereta api, Selasa tengah malam sehingga menyebabkan 45 orang terluka.

Prajurit PLA di Hong Kong, hanya keluar saat acara-acara kenegaraan (SCMP) 

Hingga saat ini tidak diketahui siapa yang berada di belakang kelompok itu. Pemerintah Hong Kong membantah berada di balik serangan itu dan berjanji akan mengusutnya.

Rumor lainnya, mereka dibayar oleh para pengusaha yang sudah mulai jenuh melihat para pendemo yang membuat bisnis mereka terganggu.

Kekhawatiran bahwa Beijing akan mengerahkan PLA muncul setelah juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian mengomentari demo anarkis dan bentrokan yang terjadi di Hong Kong.

Wu menjelaskan bahwa Hukum Garnisun --yang disepakati dengan Inggris mengatur operasi pasukan PLA di Hong Kong-- menyebutkan bahwa PLA diizinkan secara hukum untuk membantu kota memelihara hukum dan ketertiban atas permintaan Pemerintah Hong Kong.

"Kami mengikuti perkembangan di Hong Kong, terutama serangan kekerasan terhadap kantor penghubung pemerintah pusat oleh para radikal pada 21 Juli," kata Wu.

"Beberapa perilaku para pengunjuk rasa sudah radikal dan seakan menantang otoritas pemerintah pusat," kata Wu kepada media di China, seperti dilansir South China Morning Post, "Ini tidak bisa ditoleransi."

Beijing mengatakan bahwa pihaknya dapat mengerahkan militer ke Hong Kong untuk menjaga ketertiban sosial.

Reaksi terhadap ucapan juru bicara kementerian pertahanan Wu Qian beragam. Perwakilan bisnis mengatakan itu peringatan garis merah, tetapi pejabat dari pemerintah kota mengatakan bahwa itu belum menjadi rencana.

Wu mengatakan, setelah aksi demonstrasi yang semakin tidak terkendali dan vandalisme terhadap kantor pemerintahan serta (puncaknya) kantor penghubung pemerintah pusat di Hong Kong, merupakan perlawanan terhadap prinsip "satu negara dua sistem".

Demonstran Hong Kong diserang kelompok preman di stasiun Hong Kong, Minggu malam
Demonstran Hong Kong diserang kelompok preman di stasiun Hong Kong, Minggu malam (South China Morning Post)

Ditanya bagaimana kementerian pertahanan akan menangani berbagai peristiwa di Hong Kong dan pasukan kemerdekaan, Wu hanya mengatakan bahwa "Pasal 14 UU Garnisun memiliki ketentuan yang jelas", tanpa menjelaskan lebih lanjut.

UU Garnisun diberlakukan pada 1 Juli 1997, tanggal penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China.

Artikel atau pasal 14 UU itu menyatakan bahwa pemerintah Hong Kong --sesuai dengan Undang-Undang Dasar mini-konstitusi kota -- dapat meminta bantuan pemerintah pusat dan PLA Hong Kong bisa dikerahkan untuk pemeliharaan ketertiban umum dan bantuan bencana.

Jika ada permintaan seperti itu disetujui, garnisun akan mengirim pasukan untuk melaksanakan tugas, kemudian segera kembali ke markas mereka.

Seorang juru bicara pemerintah Hong Kong mengatakan pada hari Rabu bahwa kota itu sepenuhnya mampu mengurus masalahnya sendiri dan menjaga ketertiban umum.

"Tidak perlu meminta bantuan dari garnisun," katanya.

Eric Chan Kwok-ki, direktur Kantor Kepala Eksekutif Hong Kong mengatakan. "Ini bukan hal yang baru. Tapi pemerintah Hong Kong tidak memiliki rencana untuk mencari bantuan dari garnisun [PLA Hong Kong] seperti ketentuan itu."

Patrick Nip Tak-kuen, sekretaris Hong Kong untuk urusan konstitusional dan daratan juga mengatakan bahwa apa yang disampaikan Wu hanya mengingatkan tentang ketentuan hukum, bukan sebagai ancaman.

Zhou Chenming, seorang analis militer yang berbasis di Beijing, juga mengatakan dia tidak berpikir Wu mengirim peringatan kepada pengunjuk rasa Hong Kong.

“Semuanya masih terkendali. Tetapi pengunjuk rasa juga harus mengetahui batas yang bisa mereka lakukan."

Zhou menyebutkan, penyebaran pasukan PLA sangat tidak mungkin tetapi menggambarkan sebuah skenario di mana pemerintah Hong Kong dapat meminta bantuan.

“Skenario itu bisa terjadi jika kekacauan terus terjadi di Hong Kong, dengan 100.000 atau 200.000 perusuh di jalanan. Tapi saya pikir ini tidak mungkin,” katanya.

Perusakan kantor perwakilan pemerintah China di Hong Kong, memancing kemarahan Beijing

Sementara itu, Yue Gang, pensiunan kolonel PLA, mengatakan komentar Wu dapat dilihat sebagai peringatan bagi para pemrotes Hong Kong yang radikal.

"Saya pikir tanggapannya sesuai dengan Undang-Undang Dasar, tetapi mengingatkan tentang UU Garnisun dapat dilihat sebagai peringatan bagi para demonstran radikal yang melakukan kekerasan," katanya.

Yue tidak mengesampingkan kemungkinan pemerintah Hong Kong meminta bantuan dari Beijing.

"Saya pikir titik didih sudah tercapai," katanya. “Area yang terkena dampak telah melebar, termasuk kantor penghubung. Jika ini terus berlanjut, pengunjuk rasa bahkan bisa mengepung garnisun PLA. ”

Pengamat veteran Tiongkok Johnny Lau Yui-siu mengatakan pernyataan juru bicara kementerian pertahanan itu penting, menunjukkan bahwa Beijing sangat memperhatikan perkembangan di Hong Kong.

“Interpretasi saya adalah, PLA sedang dalam tahap mengamati situasi di Hong Kong. Garnisun PLA Hong Kong seperti kapal selam yang melayang perlahan ke permukaan air. PLA di kota itu bisa memainkan peran, sesuai dengan hukum."

Lau mengimbau para pengunjuk rasa menghentikan cara-cara demo mereka yang melebihi batas, terutama menyerang fasilitas kantor penghubung pemerintah pusat.

David Lesperance, pendiri Lesperance & Associates mengingatkan bahwa PLA telah mengirim bendera merah ke sektor bisnis.

“Ini adalah pesan bendera merah dan akan mengejutkan komunitas bisnis. Tidak ada yang ingin melihat Tiananmen baru di Sheung Wan,” katanya.

"Untuk pebisnis lokal dan internasional di Hong Kong, ini adalah tanda bahwa segalanya bisa menjadi lebih buruk."

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved