Aksi Cepat Tanggap
Melawan Keterbatasan, ACT Biayai Para Murid Alor Bersekolah di Pulau Jawa
ACT membangun lima ruang kelas demi pendidikan layak di tepian negeri. Dan sejak 2017, ACT memberangkatkan murid dari Alor belajar ke tanah Jawa.
“Sebagian besar penduduk di Timuabang prasejahtera, mereka menggantungkan nasib pada hasil laut atau merantau dengan pekerjaan yang juga belum
jelas,” ungkap Kadir sambil mendampingi murid-muridnya mengunjungi Monas.
Meskipun murid-murid tersebut hadir dari keluarga prasejahtera, Kadir mengaku, keluarga mereka sangat mendukung pendidikan anak-anaknya.
Orang tua anak didiknya tak pernah memaksakan anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua, malah mendorong anaknya terus sekolah.
“Istilahnya, orang tua mereka menekankan, apa pun yang terjadi anaknya harus sekolah,” jelas Kadir.
Seluruh murid yang bersekolah di MIS Timuabang bimbingan Kadir tak dimintai biaya satu rupiah pun.
Mereka bersekolah gratis. Saat ini terdapat lima ruang kelas yang berdiri dari ACT yang mereka manfaatkan serta enam guru yang mendidik puluhan siswa.
Di sisi lain, seluruh guru yang mengajar dri MIS Timuabang tak mendapatkan gaji tetap.
Tiap bulannya mereka hanya mendapatkan sembako dari seorang donatur, sedangkan ada Biaya Operasional Sekolah atau BOS dari pemerintah sebesar Rp 22 juta per semester. BOS ini yang menjadi gaji mereka.
Guru yang mengajar di Timuabang tak seluruhnya lulusan pendidikan tinggi atau sarjana.
Sebagian dari mereka bersekolah dengan cara mengejar paket.
Walau begitu, pengalaman serta asa untuk membangun semangat belajar anak-anak di Timuabang menjadi kekuatan mereka mengajar.
Meskipun, sebagian guru tak memiliki latar belakang pendidikan tinggi, sebuah bukti dari ketekunan melahirkan kebanggan.
Beberapa siswa MIS Timuabang telah menyabet medali dalam olimpiade tingkat nasional.
“Kami belajar dari bahan yang ada saja. Di dalamnya kan ada soal, ya dari situ anak-anak ini belajar untuk persiapan olimpiade sains,” tutup Kadir. (*)