Defisit Anggaran Indonesia Diperkirakan Makin Melebar, Investasi Tak Seperti yang Diharapkan
Defisit anggaran Indonesia berpotensi melebar hingga Rp 300 triliun dan berada di kisaran 2% - 2,1% terhadap produk domestik bruto (PDB).
TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Defisit anggaran Indonesia berpotensi melebar hingga Rp 300 triliun dan berada di kisaran 2% - 2,1% terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal ini diungkapkan oleh Peneliti Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet pada Selasa (30/7) di Jakarta.
"Angka tersebut kami asumsikan dari realisasi belanja berada di kisaran Rp 2.300 - Rp 2.800 triliun. Angka pertumbuhannya pun lebih tinggi dibanding prediksi defisit terhadap PDB dalam APBN 2019 yang sebesar 1,8%,” ujar Yusuf.
Melebarnya defisit anggaran ini tentunya akan berdampak pada semakin banyak surat utang yang akan diterbitkan oleh pemerintah.
Hal ini diikuti dengan semakin banyaknya minat asing terhadap surat utang Indonesia.
• BPJS Kesehatan Defisit, Pemerintah Minta Cegah Kecurangan Klaim dari Rumah Sakit
• Akibat Demo Perdagangan Hong Kong Lumpuh, Kami Mungkin Tak Bisa Rayakan Natal
• Akhirnya Izin Prinsip Taksi Online di Batam Terbit, Pekan Depan Dishub Akan Serahkan ke Badan Usaha
Menurut Core, hingga bulan Juni 2019, pemerintah sudah menerima penawaran surat utang hingga Rp 531 triliun. Angka tersebut tumbuh 17% dari tahun lalu yang hanya mencapai Rp 453 triliun.
Selain itu, hingga Juni 2019, kepemilikan asing pada surat utang Indonesia mencapai 39%. Lebih besar dibandingkan kepemilikan asing pada tahun 2017 yang hanya mencapai 37%.
"Bertambahnya kepemilikan asing ini bisa berdampak pada rentannya surat utang pada sudden capital outflow yang akan berdampak pada salah satunya pelemahan nilai tukar," tambah Yusuf.
Pada Oktober 2018 lalu, pernah terjadi capital outflow pada surat utang. Rupiah pun tercatat sebagai salah satu mata yang mengalami pelemahan paling dalam.
Investasi Tak Seperti Diharapkan
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang semester I 2019 tumbuh signifikan. Pertumbuhan investasi Januari - Juni 2019 mencapai Rp 395,6 triliun.
Namun, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani, menilai pertumbuhan investasi di semester I 2019 tidak seperti yang diharapkan para pengusaha.
"Untuk Realisasi di kuartal 1 sebesar Rp 195 triliun. Untuk kuartal 2 saya rasa akan ada penurunan walau mungkin tidak sebesar penurunan dari kuartal 4 2018," kata Shinta kepada Kontan.co.id pada Selasa (30/7/2019).

Bila melihat kinerja dari awal tahun, Shinta memandang kemungkinan besar investasi akan tetap tumbuh, tetapi tidak akan ada lonjakan yang berarti baik dari dalam maupun luar negeri.
Hal ini disebabkan oleh para pelaku pasar di semester I dalam keadaan wait and see karena dinamika politik nasional.
Selain itu, pemerintah juga tidak berani mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara substansial memengaruhi iklim kegiatan ekonomi karena kemungkinan adanya pergantian pemimpin.
Di lain pihak, lembaga penilai dunia seperti Moody's atau S&P beberapa tahun belakangan memberikan confidence terhadap stabilitas Indonesia sebagai tempat yang baik untuk berinvestasi dibanding negara lain.
"Dua hal tersebut yang membuat investor dalam dan luar negeri ekstra hati-hati untuk berinvestasi di Indonesia. Nah, karena terlalu hati-hati, mereka jadi lambat mengambil keputusan," tambah Shinta.
Shinta berharap di semester II 2019 ini arus investasi menjadi lebih baik.
Target investasi hingga akhir tahun 2019 adalah sebesar Rp 792 triliun. Namun, menurutnya target tersebut akan sulit dicapai karena faktor eksternal perekonomian global.
Namun, Shinta mengatakan, ada harapan bila pemerintah melakukan perbaikan dari dalam negeri. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah sangat penting.
Ia mengimbau pemerintah untuk bisa melakukan breakthrough kebijakan dan implementasi kebijakan reformasi dengan lebih baik.
Apabila pemerintah tidak melakukan usaha-usaha tersebut, tren wait and see dari para investor akan terus berlanjut sehingga perlambatan pertumbuhan investasi akan terus ada.
Sebagai tambahan berikut rincian realisasi investasi: Dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 212,8 triliun atau naik 4% year on year (yoy).
Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 182,8 triliun, angka ini lebih tinggi 16,4% dari periode sama tahun lalu.