Pengakuan Prabowo Subianto Pernah Merasa Terhina Saat Berhadapan BJ Habibie, Terkuak Ini Sebabnya
Cerita bermula ketika Prabowo Subianto dilaporkan oLeh Jenderal Wiranto ke ke BJ Habibie
TRIBUNBATAM.id - Prabowo Subianto pernah dilaporkan menggerakan pasukan Kostrad oLeh Jenderal Wiranto ke ke BJ Habibie.
Di situ, Prabowo Subianto merasa terhina depan BJ Habibie atas laporan itu.
Prabowo Subianto yang merasa terhina ini dikutip dari pemberitaan TribunJatim.
Prabowo pernah menjadi menantu Soeharto yang merupakan mantan Presiden Republik Indonesia ke-2 tersebut.
• Panduan Memilih Transportasi Umum Terbaik di Bangkok, Thailand
• Usia Kehamilan Terus Bertambah, Irish Bella akan Berhenti Syuting Sinetron Cinta Suci?
• Remaja Tanggung Ditangkap Polisi Karena Dituduh Perkosa dan Aniaya Nenek 9 Cucu
• Lalai Bayar Pajak, Puluhan Kendaraan Terjaring Razia di Batuampar Batam
Prabowo juga pernah diangkat menjadi Pangkostrad.
Ada sejumlah kisah saat Prabowo menjadi Pangkostrad.
Itu seperti yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie.
Habibie menuliskan kisahnya itu dalam bukunya yang berjudul "Detik-Detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi", tahun 2006 lalu.
Dalam buku itu, Habibie mengungkapkan, Prabowo pernah menemuinya pada tahun 1998.
Saat itu, Prabowo masih menjadi Pangkostrad.
Kedatangan Prabowo ke Istana tersebut pasca Habibie menerima laporan dari Panglima ABRI saat itu, Jenderal Wiranto.
Laporan itu berisi adanya gerakan pasukan Kostrad.
Oleh karena itu, Habibie pun meminta kepada Wiranto untuk segera mengganti Pangkostrad.
Selain itu, Pangkostrad yang baru dilantik juga harus segera memerintahkan pasukannya ke basis masing-masing pada hari itu juga sebelum matahari terbenam.
Hal itu kemudian membuat Habibie memiliki pertanyaan besar.
"Mengapa Prabowo tanpa sepengetahuan Pangab telah membuat kebijakan menggerakkan pasukan Kostrad?" tanya Habibie dalam buku itu.
BJ Habibie mengaku, dia sebenarnya cukup dekat dengan Prabowo.
Bahkan, Prabowo juga menganggap Habibie sebagai idolanya.
Meski demikian, menurut Habibie hal itu tidak boleh ditolerirnya.
Saat Prabowo masuk ke dalam ruangannya, Habibie merasa puas, karena Prabowo tidak membawa senjata apapun.
"Hal ini berarti pemberian "ekslusivitas" kepada Prabowo tidak dilaksanakan lagi," ungkap Habibie.
Prabowo kemudian mengatakan sesuatu kepada Habibie dalam bahasa Inggris.
"Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," tulis Habibie menirukan ucapan Prabowo.
Habibie kemudian menjawab dia tidak memecatnya, melainkan hanya menggantinya.
Mendengar jawaban Habibie, Prabowo menimpalinya.
Prabowo mengaku dia hanya berusaha mengamankan presiden.
"Itu adalah tugas Pasukan Pengamanan Presiden yang bertanggung jawab langsung pada Pangab dan bukan tugas Anda," jawab Habibie.
Mengetahu jawaban itu, Prabowo menyebut Habibie naif.
"Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang sangat memprihatinkan saya," jawab Habibie.
Habibie kemudian meminta Prabowo agar menyerahkan semua kepada Pangkostrad baru paling lama sebelum matahari terbenam.
Prabowo berusaha menawar apa yang disampaikan Habibie.
Awalnya, Prabowo meminta waktu kepada Habibie selama tiga bulan agar dia bisa menguasai pasukannya.
Keinginan itu pun ditolak Habibie.
Bahkan, sampai Prabowo meminta waktu hanya tiga hari, Habibie tetap menolaknya.
Prabowo kemudian menelepon Pangab TNI, Wiranto.
Namun, saat itu Wiranto sedang tidak dapat dihubungi.
Prabowo pun pergi meninggalkan ruangan Habibie.
Isi Telepon Habibie Saat Jadi Presiden Ingin Temui Soeharto, Terkuak Sebab Soeharto Menolak
Pada tahun 1968, Soeharto resmi menjadi Presiden.
Soeharto saat itu menjadi Presiden Republik Indonesia, menggantikan Soekarno.
Soeharto menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia selama 32 tahun.
Pada tahun 1998, Soeharto jatuh dari kekuasannya.
Itu terjadi pada peristiwa Mei 1998 setelah munculnya gelombang reformasi dan krisis multidimensi yang melanda Indonesia saat itu.
Sejumlah harga kebutuhan pokok meningkat pesat.
Kondisi itu diperparah munculnya sejumlah kerusuhan di berbagai kota di Indonesia.
Para mahasiswa pun melakukan demonstrasi besar-besaran di Jakarta.
Hingga pada akhirnya membuat Soeharto memutuskan mundur dari jabatannya sebagai seorang presiden.
Meski tak lagi menjadi menjadi presiden, Soeharto rupanya masih memiliki sejumlah kisah menarik.
Satu di antaranya seperti yang disampaikan oleh mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie.
Habibie menuliskan kisah itu dalam bukunya yang berjudul "Detik-Detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi" tahun 2006 lalu.
Dalam buku itu, Habibie mengungkapkan pada suatu ketika, tepatnya pada tanggal 9 Juni 1998, dia ingin bertemu dengan Soeharto.
Saat itu, Habibie yang menjadi presiden, karena Soeharto sudah lengser.
Oleh karena itu, Habibie pun berusaha menghubungi Soeharto via telepon.
"Pak Harto, saya mohon Bapak berkenan menerima saya. Saya mohon penjelasan dan saran Bapak mengenai semua yang telah terjadi," ucap Habibie saat itu.
Mendengar permintaan Habibie, Soeharto pun menjawabnya.
"Tidak menguntungkan bagi keadaan sekarang, jikalau saya bertemu dengan Habibie"
"Laksanakan tugasmu dengan baik, saya hanya dapat melaksanakan tugas sampai di sini. Saya sudah tua," jawab Soeharto.
Habibie kemudian menanggapi lagi jawaban Soeharto tersebut.
"Pak Harto, untuk dapat melanjutkan tugas dengan baik dan untuk menjawab beberapa pertanyaan, penting sekali pertemuan dengan Bapak," ujar Habibie.
Namun, lagi-lagi Soeharto menolak keinginan Habibie tersebut. (***)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Momen Pengakuan Prabowo Subianto Merasa Terhina di Depan BJ Habibie, Ternyata Ini Penyebabnya