Ahok Berduka Atas Wafatnya Mbah Moen, Ini Ungkapan Duka Mendalamnya Akan Kepergian sang Tokoh
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok turut menyampaikan duka cita. Begini ungkapan dukannya
Ahok Berduka Atas Wafatnya Mbah Moen, Ini Ungkapan Duka Mendalamnya Akan Kepergian sang Tokoh
TRIBUNBATAM.id - KH Maimun Zubair atau yang biasa disapa Mbah Moen telah dipanggil Sang Pencipta.
Berbagai ucapan dukacita disampaikan kepada Ulama Kharismatik ini.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok turut menyampaikan duka cita.
Ahok mengunggah ungkapan duka cita itu pukul 11.22 WIB dan langsung mendapat ratusan tanggapan dari warga melalui akun media sosialnya.
Sementara itu, Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin di RS An Noer Mekkah mengatakan, rencananya jenazah ulama yang akrab disapa Mbah Moen itu akan disemayamkan di Kantor Urusan Haji Indonesia, Daerah Kerja (Daker) Mekkah.
"Sekarang jenazah di Rumah Sakit An Noer untuk menunggu penyelesaian administratif. Mudah-mudahan sebelum jenazah dimandikan jenazah bisa disemayamkan di Kantor Daker Mekkah. Masih terus kami upayakan," katanya.
Profil Mbah Moen
Mbah Moen merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan hingga ia wafat.
Ia pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama 7 tahun.
Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondok pesantrennya.
Sejak kecil dikenal sebagai anak yang taat akan agama. Pada tahun 1945 beliau bertolak ke Kota Kediri untuk mengasah ilmunya di Pondok Lirboyo, Jawa Timur yang pada saat itu di bawah pengasuhan KH Abdul Karim, KH Mahrus Ali dan KH Marzuki.
Selama lima tahun, beliau terus mengasah ilmu agama di Pondok Lirboyo.
Sampai akhirnya, Mbah Moen mendirikan Pondok Pesantren yang sekarang dikenal dengan nama Al-Anwar,
Kemudian sekitar tahun 2008, kembali mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar 2 di Gondan Sarang Rembang, yang kemudian oleh beliau dipasrahkan kepada putranya KH Ubab Maimun.
• Beda Kisah Cinta Ahok dengan Veronica Tan dan Puput Nastiti Devi, Bersemi di Gereja dan Penjara
Kelahiran Mbah Moen
Beliau adalah putra pertama dari Kyai Zubair. Dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.
Siapapun zaman itu tidaklah menyangsikan, bahwa ayahnda Kyai Maimoen, Kyai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.
Dari ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan, sementara dari kakeknya beliau meneladani rasa kasih sayang dan kedermawanan.
Kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati seringkali berseberangan dengan ketegasan.
Namun dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara padan dan seimbang. Kerasnya kehidupan pesisir tidak membuat sikapnya ikut mengeras.
Mbah Moen adalah kyai sepuh karismatik yang sering menjadi tumpuan permasalahan besar kebangsaan dan dunia internasional.
Rakyat, santri, semua lapisan masyarakat, dan tokoh masyarakat, serta pejabat pemerintahan merasa dekat kepada beliau dan selalu memperoleh solusi terbaik.
Sesi-sesi penting seperti pemilihan presiden Indonesia tahun 2019 ini menjadi bukti bahwa ulama menjadi tumpuan permasalahan kebangsaan.
Para ulama sepuh mendaulat beliau sebagai waliyullah akhir zaman yang menjadi patok penerang batin seluruh umat.
Pendidikan
Kematangan ilmunya tidak ada satupun yang meragukan. Sebab sedari balita ia sudah dibesarkan dengan ilmu-ilmu agama.
Sebelum menginjak remaja, beliau diasuh langsung oleh ayahnya untuk menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain.
Kecemerlangan demi kecermelangan tidak heran menghiasi langkahnya menuju dewasa.
Pada usia yang masih muda, kira-kira 17 tahun, Beliau sudah hafal diluar kepala kiab-kitab nadzam, diantaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl.
Seiring pula dengan kepiawaiannya melahap kitab-kitab fiqh madzhab Asy-Syafi’I, semisal Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab dan lain sebagainya.
Berikut biodata Mbah Moen
Tempat Lahir : 28 Oktober 1928, Rembang
Tempat tinggal : Pondok Pesantren Al-Anwar
Kebangsaan : Indonesia
Nama lain :Mbah Moen, Maimoen
Suku : Jawa
Pendidikan : Lirboyo
Pekerjaan : Pimpinan Pondok Pesantren
Organisasi : Nahdlatul Ulama
Partai politik : Partai Persatuan Pembangunan.
Agama : Islam.
Anak : KH Abdullah Ubab, KH Gus Najih, KH Majid Kamil, Gus Abdul Ghofur, Gus Abdur Rouf, Gus Muhammad Wafi, Gus Yasin, Gus Idror, Sobihah, Rodhiyah
Orang tua : Kyai Zubair
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Ahok Berduka dengan Wafatnya Mbah Moen: Sungguh Kehilangan