Demo Hong Kong Membuat Liburan Musim Panas Menjadi Beku, Para Turis Terjebak Kerusuhan
Pukulan terhadap pariwisata Hong Kong menurut sebuah survei lebih buruk dari pecahnya kasus virus SARS tahun 2003 yang membawa korban jiwa
TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Sejatinya, liburan musim panas Juni hingga Agustus ini menjadi bulan panen bagi sektor pariwisata di Hong Kong. Namun, aksi demonstrasi telah berubah menjadi "musim dingin yang sangat dingin" bagi industri pariwisata.
Tidak ada yang belanja di mal-mal Hong Kong atauy pelesiran di seluruh kota yang eksotik, percampuran budaya tradisional dan modern.
Pengangguran dan kesulitan ekonomi yang dilanda Hong Kong saat ini digambarkan sebagai kasus yang paling buruk sepanjang sejarah.
Bahkan, pukulan terhadap pariwisata Hong Kong, menurut laporan survei yang dirilis South China Morning Post, lebih buruk dari pecahnya kasus virus SARS tahun 2003 yang membawa ratusan korban jiwa.
Laporan terbaru media itu, pendapatan rata-rata untuk pekerja pariwisata anjlok hingga 74 persen, begitu juga jumlah wisatawan di kota itu juga turun rata-rata 74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
• Ribuan Demonstran Kuasai Bandara Hong Kong, Seluruh Penerbangan Dibatalkan
• Puluhan Kendaraan Militer China Bergerak ke Perbatasan Hong Kong
• Demo Hong Kong, Duduk Diam di Bandara, Bentrok Lagi di Pusat Kota
Demo Hong Kong menghancurkan penghidupan industri pariwisata hingga 99 persen, menurut survei yang dirilis pada hari Senin (12/8/2019).
“Dampaknya bahkan lebih parah daripada wabah Sars 2003. Pada saat itu, setidaknya seluruh masyarakat bersatu dalam memerangi krisis kesehatan masyarakat saat itu. Dengan protes baru-baru ini, masyarakat terbelah oleh perpecahan dan kami benar-benar tidak melihat akhirnya," kata Paul Lau Chun-yuen, presiden Hong Kong Tour Escort General Union.

Protes jalanan dan bentrokan keras antara polisi dan demonstran anti-pemerintah memasuki minggu kesepuluh.
Penolakan terhadap RUU ekstradisi terhadap pemerintah eksekutif Hong Kong, berubah ke isu lain, melawan kepolisian, bahkan sentimen anti-China karena adanya jargon ingin melepaskan diri dari China.
Padahal, dalam pengajuan RUU ekstradisi ini tidak ada kaitannya dengan Beijing, tetapi keinginan Hong Kong untuk membebaskan negara itu dari pelaku kriminal yang bersembunyi di negara semiotonom itu.
Isu anti-China ini bisa terlihat dari penyerangan kantor perwakilan China di Hong Kong serta penurunan dan pembuangan bendera China ke laut.
Bahkan, aksi pro-Hong Kong dan anti-China ini juga menjalar ke luar negeri, seperti bentrokan di Australia dan Selandia Baru serta aksi dukungan terhadap demonstran Hong Kong di Taiwan.
Puncak dari tersanderanya pariwisata Hong Kong mencapai puncaknya Senin ini, ketika seluruh penerbangan Hong Kong dibatalkan.
Lebih dari 5.000 pendemo menduduki Bandara Internasional Hong Kong, membuat sejumlah turis telantar di bandara dan sejumlah tempat lainnya karena mereka tidak bisa kembali ke negara mereka kembali.
Selama ini Hong Kong menjadi tujuan berlibur bule dari Eropa selama liburan musim panas.
Dengan kondisi Hong Kong yang kacau-balau saat ini, banyak yang membatalkan perjalanan.
Mereka yang terlanjur datang --setelah melihat para pendemo tidak mengganggu Juni lalu-- kini terjebak di negara semiotonom itu.
Tidak bisa kemana-mana, bahkan untuk pulang pun sulit.

Selain itu, warga China daratan yang selama ini paling banyak menghabiskan uang di Hong Kong,. terutama para wanita pemburu produk fesyen, tidak datang ke Hong karena sentimen buruk yang diperlihatkan demonstran.
Aksi para pendemo telah menimbulkan kebencian massal di China daratan terhadap mereka.
Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor pekan lalu memperingatkan kemerosotan ekonomi yang membayangi jika krisis berlanjut, bahkan bisa "lebih buruk daripada yang disebabkan oleh Sars atau badai ekonomi masa lalu".
Seperti diketahui, wabah SARS tahun 2003 menewaskan 299 orang di Hong Kong dan mengakibatkan kemerosotan ekonomi.
Kedatangan pengunjung dari Januari hingga Mei 2003 turun 17,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pariwisata, salah satu dari empat industri pilar Hong Kong yang mempekerjakan lebih dari 270.000 orang, menyumbang 4,5 persen dari PDB pada 2017.
Tiga industri lainnya adalah jasa keuangan, perdagangan dan logistik, serta layanan profesional dan produsen.
Pekan lalu, kepala perdagangan Edward Yau Tang-wah mengatakan penurunan kedatangan wisatawan yang awalnya diperkirakan 1,5 persen dibanding tahun lalu, menurun 26 persen pada pertengahan Juni dan awal Agustus meningkat tajam hingga 31 persen.
Survei terhadap 1.012 pekerja industri dari 1 hingga 10 Agustus dilakukan oleh empat kelompok buruh, termasuk Federasi Hong Kong dan Serikat Buruh Kowloon dan Serikat Jenderal Pemandu Tur Hong Kong.
Ditemukan 103 orang, atau 10 persen responden tidak bekerja pada bulan Juni dan Juli, sementara 118 orang, atau 12 persen, melaporkan tidak ada pendapatan dalam dua bulan terakhir.
Jajak pendapat menunjukkan 82 persen responden harus memotong pengeluaran untuk makanan dan minuman dan 79 persen mengalami tekanan mental yang lebih besar akibat berkurangnya pendapatan.
"Ada masalah arus kas langsung dengan beberapa anggota kami harus meminjam uang untuk memberi makan keluarga mereka," katanya.
“Banyak yang menjadi pencari nafkah utama keluarga dan harus mendukung orang tua dan anak-anak. Keuangan mereka bahkan dapat memburuk pada bulan September ketika masa sekolah dimulai," katanya.
Kepala serikat pekerja mengatakan, pemerintah diharapkan mensubsidi setiap pekjerja pariwisata HK$ 5.000 atau sekitar Rp 9 juta untuk jangka pendek.
Selain itu mengusulkan skema pinjaman tanpa bunga untuk mendukung pekerja yang membutuhkan, dan membebaskan biaya perpanjangan lisensi untuk pemandu wisata.
Sentimen China Daratan
Aksi demo yang sudah berlangsung lebih dari dua bulan memang sangat memukul sektor perdagangan.
Protes yang tak berujung melumpuhkan kota perdagangan tersebut, menimbulkan krisis kepercayaan dan menakut-nakuti wisatawan.
Terpukulnya perdagangan Hongkong semakin membebani negara semi-otonom itu karena beban hidup yang tinggti di Hong Kong, membuat semuanya menjadi semakin sulit.
Bisnis di kota pelabuhan di pantai China selatan ini menghadapi dua pukulan sekaligus, perlambatan ekonomi akibat perang dagang AS vs China serta aksi demo.
Apalagi, aksi yang awalnya menentang RUU ekstradisi ini kini mengarah pada pembangkangan sipil serta ancaman pemogokan dan boikot serta pemblokiran terhadap berbagai fasilitas publik.

Pada Selasa (30/7/2019) pagi, ratusan pendemo memblokir layanan kereta (MRT), menyebabkan kekacauan karena sekitar satu jam layanan MRT tertundan dan menimbulkan kekacauan.
Asosiasi ritel Hongkong memperingatkan bahwa penurunan penjualan di Hongkong akan mencapai dua digit pada bulan Juli dan Agustus.
"Industri ritel Hong Kong akan terpengaruh baik secara internal maupun eksternal," kata Angela Cheng, ekonom CMB International Capital Corporation Limited seperti dilansir Kantor Berita Reuters.
Cheng telah merevisi perkiraan penjualan ritel 2019-nya turun 10 persen, dua kali lebih dalam dari estimasi sebelumnya.
Gerai perhiasan lokal Chow Tai Fook --salah satu merek paling populer di kota ini, terutama dari kalangan turis, mengatakan, aksi demo akan menyebabkan kerusakan jangka panjang dan permanen.
Begitu juga ritel barang-barang mewah Richemont juga mengatakan bahwa omsetnya kacau selama Juli, sementara pembuat jam tangan Swiss "Swatch" mengatakan, turbulensi politik membuat penjualan turun hingga dua digit di Hong Kong.
Di sekitar distrik Admiralty, tempat sebagian besar protes berpusat bahkan lebih parah lagi.
Beberapa staf restoran dan toko mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa pelanggan mereka turun hingga sepertiga dari bulan sebelumnya.
Bobby Tang, seorang staf di sebuah toko Gucci di distrik perbelanjaan Causeway Bay, tempat demo besar muncul untuk pertama kalinya, 6 Juni, mendukung gerakan sipil.

Dia mengatakan, pemerintah telah gagal menanggapi setiap tuntutan pendemo yang pada awalnya hanya fokus pada penarikan RUU ekstradisi yang kontroversial, tetapi kini berubah menjadi perjuangan pro-demokrasi yang jauh lebih luas.
Meski demikian, Tang juga khawatir tentang nasib pekerjaannya di ritel grup barangt mewah Perancis irtu.
Sebelum protes, toko memiliki satu klien per menit, tetapi sekarang 3-4 per jam dan penjualan harian turun bebas dari HK $ 100.000 menjadi seperlimanya saja.
"Jika protes berlangsung hingga Oktober, saya khawatir jika saya bisa mendapatkan apapun untuk menyambut Natal tahun ini," katanya.
Pusat perbelanjaan tempatnya bekerja sering digunakan oleh pengunjuk rasa untuk istirahat sehingga kawaswan ritel mewah itu lebih terlihat menakutkan.
Para pengunjuk rasa memang tidak mengganggu aktivitas bisnis, namun pada satu kesempatan mal bisa berubah menjadi medan pertempuran.
Ketika polisi mencoba membubarkan kerumunan di distrik kelas pekerja Sha Tin pada 14 Juli, mereka mengejar para pendemo yang kabur ke pusat perbelanjaan yang dikelola oleh Sun Hung Kai Properties.
Pertempuran telah membuat lantai mal yang biasanya licin mengkilat menjadi kotor oleh ceceran darah pendemo yang terluka.
Buruknya lagi, gambar-gambar itu cepat menyebar ke seluruh dunia.
Pariwisata, terutama dari China daratan, telah menurun tajam. Inggris, Jepang, Singapura, dan lainnya telah mengeluarkan peringatan perjalanan kepada warganya.
Federasi Serikat Pekerja Hong Kong mengatakan tingkat hunian hotel turun 20 persen pada Juni dibanding bulan yang sama tahun lalu dan mungkin 40 persen pada Juli ini.
Seorang manajer tur lokal yang hanya memberikan nama keluarganya Yu mengatakan, dua pertiga dari klien daratannya telah membatalkan pemesanan perjalanan.
Fitch Ratings mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Selasa bahwa kerusuhan dapat merusak kepercayaan bisnis dan kualitas tata kelola pemerintahan.
Klinik kesehatan dan kecantikan raksasa Watsons, seperti dilansir South China Morning Post mengatakan, ini adalah periode bisnis yang paling buruk di Hong Kong.
Jalan-jalan kota telah sering diambil alih oleh pasukan pengunjuk rasa yang marah, kadang-kadang menjadi tempat pertempuran dengan polisi anti huru-hara, menurut direktur pelaksana Diane Cheung.

"Juli ini penjualan kami turun dua digit dari periode yang sama tahun lalu," katanya kepada wartawan pada hari Senin setelah acara peluncuran produk.
Asosiasi Manajemen Ritel Hong Kong dua minggu lalu mengeluarkan perkiraan bahwa total penjualan ritel kota akan turun dua digit tahun ini, padahal sebelumnya diperkirakan tumbuh satu digit.
Juni hingga Agustus adalah bulan yang sangat menentukan dalam perdagangan Hong Kong karena masa liburan musim panas yang diharapkan bisa mendulang omset.
Namun apa boleh buat, citra Hongkong telah berubah tajam karena demo yang tak jelas ujungnya telah mengubah citra kota itu sebagai tujuan wisata belanja kelas dunia yang aman.
Hong Kong memiliki hampir 8.000 toko rietl dan semuanya membayangkan Juni hingga Agustus ini sebagai musim yang suram.
Lemahnya pertumbuhan ekonomi di China daratan akibat perang dagang AS vs China juga devaluasi yuan terhadap dolar Hong Kong menambah buruk kondisi itu karena harga barang akan naik.
Menurut SCMP, turis asal China daratan menghasilkan 40 persen dari penjualan ritel Hong Kong.