Staf 13 Rumah Sakit Hong Kong Demo Duduk, Kutuk Tindakan Keras Polisi Tembak Mata Demonstran

Lebih dari 1.000 staf 13 rumah sakit umum di Hong Kong menggelar demonstrasi duduk di tempat kerja, Selasa (13/8/2019), memprotes tindakan polisi

South China Morning Post/Nora Tam
Seluruh staf rumah sakit Queen Elizabeth Hong Kong mengfelar aksi protes terhadap polisi setelah seorang pendemo terluka di bagian mata. Aksi demo duduk ini dilakukan oleh 13 rumah sakit pada jam makan siang, Selasa (13/8/2019). 

TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Aksi demo Hong Kong meluas setelah lebih dari 1.000 staf perawat kesehatan dari 13 rumah sakit umum di Hong Kong menggelar demonstrasi duduk di tempat kerja, Selasa (13/8/2019).

Para staf medis, termasuk dokter, mengutuk penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh polisi dalam demonstrasi anti-pemerintah, Minggu (11/8/2019), sehingga mengakibatkan seorang demonstran mendapat luka di bagian matanya.

Para dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya memilih jam makan siang mereka untuk aksi protes tersebut, namkun tidak mengganggu pelayanan.

Dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post, aksi demo juga dilakukan oleh kantor pusat Otoritas Rumah Sakit, yang mengelola seluruh rumah sakit umum kota.

Ribuan Demonstran di Bandara Mulai Menyebalkan Halangi Penumpang: Kalian Merusak Reputasi Hong Kong

Menangis, Carrie Lam Minta Demo Dihentikan: Apakah Kita Akan Bawa Hong Kong ke Jurang Kematian?

Demo di Hong Kong Sampai ke Bandara, Kemenlu: WNI Dalam Kondisi Aman

Di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Yau Ma Tei, dokter, perawat, dan staf rumah sakit berkumpul di lobi salah satu blok.

Umumnya mereka berseragam, mengenakan topeng hitam serta menutup mata kanan sebagai tanda protes sambil memegang plakat bertuliskan "Polisi Hong Kong ingin bunuh warga Hong Kong".

Luka yang dialami seorang demonstran wanita tersebut terjadi saat bentrokan di di Tsim Sha Tsui, Minggu lalu, diduga akibat tembakan peluru kacang oleh polisi.

Perempuan itu dirawat di Rumah Sakit Queen Elizabeth dan sebuah sumber mengatakan kondisinya stabil.

Wong Lok-yu, seorang dokter yang bersama-sama mengorganisir rapat umum di Rumah Sakit Queen Elizabeth, mengatakan: “Kami sekarang sedang memasuki krisis kemanusiaan, dan seseorang, cepat atau lambat akan mati. Lebih banyak orang terluka oleh polisi."

Profesor Yuen Kwok-yung, seorang ahli penyakit menular yang terkenal dari Universitas Hong Kong juga ikut dalam aksi di Rumah Sakit Queen Mary di Pok Fu Lam.

Ia mengatakan, pekerja perawatan kesehatan "sangat sedih" oleh cedera dan bunuh diri orang-orang di dua bulan terakhir.

"Serangan brutal tidak akan mengembalikan Hong Kong ke situasi semula, Itu hanya akan menimbulkan lebih banyak kekerasan dan kebencian,” kata Yuen yang menyerukan kebenaran dan cinta.

Dia mengatakan, kebenaran bisa membiarkan orang menyelesaikan perbedaan pendapat mereka, dan cinta akan memberi orang kemampuan untuk memaafkan luka fisik dan mental yang dilakukan oleh orang lain.

Seorang juru bicara Otoritas Rumah Sakit mengatakan bahwa mereka memahami anggota staf ingin mengungkapkan pendapat mereka.

"Rumah sakit umum bukan tempat yang tepat untuk pertemuan seperti itu karena dapat mempengaruhi operasi dan layanan pasien dari fasilitas perawatan kesehatan," katanya, " Namun aksi ini tidak mengganggu pelayanan dan semuanya berjalan lancar."

Siapkan Demo Besar-besaran

Petugas mengevakuasi seorang wanita yang terluka di bagian mata akibat demo Minggu (AFP)

Sementara itu, Front Hak Asasi Manusia Sipil, yang mengorganisasi dua pawai besar melawan RUU ekstradisi dan berhasil mengumpulkan 2 juta orang di awal Juni lalu, akan kembali ke jalan dan akan menggelar pawai besar lain pada Minggu depan.

Hingga saat ini, aksi tersebut masih menunggu persetujuan polisi.

Aksi tersebut dimulai di Victoria Park di Causeway Bay pukul 3 sore dan berakhir di Chater Road di Central.

Polisi melarang beberapa pawai selama dua pekan terakhir dengan alasan keamanan, karena banyak kelompok protes betindak anarkis, mengganggu ketertiban umun  dan berbenturan dengan kepolisian

Ketua Front HAM Jimmy Sham Tsz-kit menekankan, pawai yang akan mereka gelar merupakan aksi damai dan meminta polisi untuk tidak melarangnya.

"Saya tidak bisa melihat alasan bagi polisi untuk melarang pawai damai kami. Jika bahkan pawai tidak diperbolehkan, bagaimana warga akan menyuarakan pendapat mereka? katanya.

Dia berharap setidaknya 300.000 orang ikut dalam pawai tersebut, tetapi berharap penduduk kota untuk ambil bagian.

“Semua protes terjadi karena Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor menolak untuk mendengarkan suara publik. Sekarang, dia memanggil kita perusuh,” kata Sham.

Pawai hari Minggu akan mendesak pemerintah untuk menghentikan "kebrutalan polisi" dan menyelidiki "kolusi antara pasukan dan triad".

Ada lima tuntutan lainnya, termasuk penarikan penuh RUU ekstradisi dan penyelidikan independen terhadap dugaan penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh pasukan polisi.

Penyelenggara demo lain yang juga berencana menggelar kegiatan di Kwai Tsing pada hari Minggu, menyatakan menunda aksi seminggu lagi. 

Polisi sendiri mengatakan kepada penyelenggara pawai lain di Hung Hom, Sabtu depan, bahwa mereka tidak mungkin untuk mendapatkan lampu hijau.

Pasalnya, aksi demonstrasi dalam dua bulan terakhir sudah berubah pada isu politik yang lebih sensitif dan melakukan provokasi pada aparat keamanan untuk betindak represif.

Polisi mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan tindakan keras jika pendemo berhenti menyerang kantor polisi dan memblokade stasiun serta melakukan perusakan.

Blokade Bandara 

Para demonstran Hong Kong menghalangi celon penumpang di Bandara Internasional Hong Kong, Selasa (13/8/2019).
Para demonstran Hong Kong menghalangi celon penumpang di Bandara Internasional Hong Kong, Selasa (13/8/2019). (South China Morning Post)

Wanita korban kerusuhan yang terluka menjadi alat baru bagi pendemo untuk menyudutkan polisi dalam dua hari terakhir di Bandara Internasional Hong Kong.

Setelah membatalkan seluruh penerbangan, Senin sore, para pengunjuk rasa anti-pemerintah kembali ke Bandara Internasional Hong Kong, Selasa (13/8/2019) siang. Aksi mereka bahkan membuat kesal penumpang pesawat.

Jika sehari sebelumnya para penumpang masih bisa mengakses area keberangkatan, kini para pendemo melakukan aksi duduk dan menghalangi para penumpang.

Ratusan demonstran menempati area di sekitar gang-gang check-in mulai pukul 14:30 dan gerbang keberangkatan dalam eskalasi protes mereka, sementara sekitar 1.000 orang tetap berada di bagian kedatangan.

 

Mereka meneriakkan "Stand with Hong Kong, stand for freedom" di antara parea penumpang yang kesal karena jalannya menuju aral keberangkatan pesawat dihalang-halangi.

Seorang wanita terlihat marah sat berusaha menerobos pemrotes menuju gerbang keberangkatan Terminal 1.

Wanita itu marah karena jalannya diblokir oleh pengunjuk rasa sampai akhirnya staf bandara masuk dan membantu wanita itu.

"Kami membayar uang ke negara Anda, tetapi Anda melakukan ini kepada kami ... Kami tidak akan pernah datang ke sini lagi!" teriak wanita itu kesal.

Penumpang lain mengatakan bahwa jika tujuan para demonstran ingin mendapat simpati internasional, cara yang dilakukan justru akan mengesankan sebaliknya, "Kalian hanya merusak reputasi Hong Kong," katanya kesal.

Otoritas Bandara mengatakan, sejumlah pesawat yang dibatalkan pada Senin, diterbangkan pada malam hingga pagi, saat pendemo pulang.

Selain menduduki bandara, demonstran sepertinya ingin memboikot seluruh penerbangan karena stasiun MRT menuju bandara juga diblokir oleh mereka.

Hong Kong Menuju Jurang Kematian

Pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor kembali memperingatkan para demonstran bahwa mereka mendorong kota itu “ke dalam jurang kematian”.

Carrie Lam Cheng Yuet-ngor kembali tampil di depan media, Selasa (13/8/2019) dan sambil menangis mengatakan bahwa aksi massa yang menduduki Bandara Internasional Hong Kong, hanya akan menghancurkan korta itu.

Carrie Lam yang diperangi pendemo dalam dua setengah bulan ini mengatakan, pembatalan semua penerbangan, Senin, pengepungan kantor polisi dan memblokade jalan-jalan umum, membuat kota itu tidak lagi aman dalam persepsi dunia internasional.

Carrie Lam berbicara di depan media menjelang pembentukan kembali kabinet Dewan Eksekutif: “Hong Kong terluka parah. Butuh waktu lama untuk pulih," katanya seperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post.

Dia bertanya kepada pengunjuk rasa, apakah mereka ingin "mendorong Hong Kong ke jurang kematian?"

Dalam seruan langsung kepada demonstran, dia berkata: "Mari kita mengesampingkan perbedaan dan menghabiskan satu menit untuk melihat kota dan rumah kita. Bisakah kita menahan diri untuk tidak mendorongnya ke dalam jurang di mana semuanya akan binasa?"

Carrie Lam mengatakan, tidak ada yang diuntungkan dalam aksi selama ini karena yang dilakukan demonstran hanyalah menentang supremasi hukum.

Carrie Lam (SCMP)

"Kita perlu menentang kekerasan dan mempertahankan supremasi hukum ... Ketika semua ini tenang, kita akan mulai melakukan dialog yang tulus dan membangun kembali keharmonisan Hong Kong," katanya.

Lam mengatakan dia khawatir dengan citra internasional kota itu.

"Dari apa yang terjadi dalam seminggu terakhir, saya khawatir reputasi Hong Kong yang dikenal aman dan menghormati aturan hukum, berubah ke dalam (situasi) yang sangat berbahaya," katanya. "Hong Kong adalah kota yang terbuka, bebas, inklusif, dan stabil secara ekonomi. Kini semuanya menderita," katanya.

"Tidak perlu bagi saya untuk menguraikan betapa pentingnya bandara internasional bagi Hong Kong. Setiap hari, banyak penduduk keluar dan kembali ke kota, banyak turis dan pebisnis menggunakan transportasi ini."

Menanggapi wartawan, Carrie Lam mengesampingkan pertanyaan tentang apakah dia akan mengundurkan diri.

"Saya, sebagai kepala eksekutif akan bertanggung jawab untuk membangun kembali ekonomi Hong Kong, untuk terlibat seluas mungkin, untuk mendengarkan sebanyak mungkin keluhan rakyat saya, dan mencoba membantu Hong Kong bergerak maju," katanya.

 "Itu adalah komitmen politik saya yang sangat serius dan tanggung jawab saya kepada orang-orang Hong Kong pada saat ini."

Ditanya apakah dia akan mengunjungi wanita yang terluka di bagian mata akibat tertembak oleh operasi pembersihan polisi pada hari Minggu, Lam mengatakan: "Ketika itu memberi kenyamanan, saya akan melakukannya."

"Saya sedih tentang siapa pun yang terluka selama protes dan tindak kekerasan. Saya berharap mereka segera sembuh, ”tambahnya.

"Khusus untuk wanita muda ini, saya memohon padanya untuk melapor ke polisi agar kita bisa mengetahui kebenaran yang terjadi," katanya.
Penumpukan penumpang di Bandara Hong Kong (SCMP)
 
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved