Aktivis Lingkungan Riyanni Djangkaru Tercengang, Instalasi Gabion Jakarta dari Terumbu Karang

Aktivis lingkungan Riyanni Djangkaru temukan fakta instalasi gabion gunakan karang yang dulindungi

Kolase Tribunnews.com Kompas.com
Riyanni Djangkaru kritisi instalasi Gabion yang dianggap langgar Undang-undang 

TRIBUNBATAM.id - Mantan Presenter Jejak Petualang sekaligus aktivis lingkungan Riyanni Djangkaru menemukan fakta mencengangkan soal instalasi gabion yang dipasang di kawasan Bundaran HI Jakarta.

Unsur dari bahan-bahan yang digunakan instalasi tersebut ternyata merupakan karang yang dilindungi.

Hal itu diungkapkan Riyanni melalui akun Instagramnya @r_djangkaru pada Sabtu (24/8/2019) seperti dikutip Wartakotalive.

Riyanni menjelaskan jika saat itu ia penasaran dengan instalasi gabion yang belakangan viral di media sosial.

Akhirnya ia pun memutuskan bersama rekannya untuk meninjau lebih dekat instalasi tersebut.

Pasalnya kata Riyanni, ia mendapatkan informasi dari What’s App group tentang penggunaan bahan dari instalasi tersebut merupakan beberapa batu karang.

“Diawali dgn pertanyaan @adham di sebuah Whatsapp group beberapa hari lalu tentang batuan yang digunakan untuk instalasi tsb, rasanya perlu untuk mengkroscek lebih lanjut sebelum akhirnya mengunggahnya disini,” tulis Riyanni disertai dengan foto-foto gabion.

Awalnya kata Riyanni, ia cukup terkesan dengan berbagai jenis tumbuhan anti polutan yang dipilih untuk menghiasi instalasi tersebut.

Hal itu menurutnya bisa menjadi inspirasi warga DKI untuk menanam hal yang sama di pekarangan rumah.

Namun betapa kagetnya saat ia mencoba melihat lebih dekat instalasi yang menghabiskan APBD sebesar Rp150 juta itu.

“Tumpukan karang- karang keras yang sudah mati. Ada karang otak dan berbagai jenis batuan karang lain yang amat mudah dikenali . Kami menjadi bingung, memandang satu sama lain dalam kebisuan,” kata Riyanni.

Pasalnya kata Riyanni terumbu karang tersebut dilindungi penuh oleh Undang-undang mulai dari UU 5/1990 hingga UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil.

“Sebagai bagian dari pelaksanaan peraturan-peraturan ini adalah peran pemerintah daerah dan juga masyarakat dalam mendukung kegiatan konservasi terumbu karang,” jelas Riyanni.

Co-founder dan CEO PT Divemag Indonesia itu bertanya-tanya seberapa urgensi dari penggunaan satwa dilindungi hanya untuk keindahan kota.

“Apakah penggunaan karang yang sudah mati ini dpt dianggap seakan “menyepelekan “ usaha konservasi yang sudah, sedang dan akan dilakukan?” kata Riyanni.

Aktivis lingkungan itu juga bertanya-tanya darimana karang-karang mati dalam jumlah banyak tersebut.

Menurutnya penggunaan satwa dilindungi hanya untuk alasan keindahan merupakan tindakan yang gegabah.

“Ekspresi seni adalah persoalan selera, tp penggunaan bahan yang dilindungi Undang-undang sebagai bagian dari sebuah pesan,mohon maaf, menurut saya gegabah,” kata Riyanni.

Unggahan Riyanni pun kemudian viral dan mendapatkan tanggapan dari Pemprov DKI Jakarta.

Melalui akun Instagram @DKIJakarta Pemprov DKI ikut berkomentar dalam unggahan Riyanni.

“Terima kasih masukannya, akan ditindaklanjuti oleh @kehutanandki,” tulis @DKIJakarta.

Di Insta Storynya Riyanni pun mengungkapkan jika Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati  langsung menghubunginya untuk mengklarifikasi hal tersebut.

Kata Riyanni, Pemprov DKI Jakarta ternyata tidak mengetahui asal dan usul dari terumbu karang tersebut.

“Beliau mengatakan hal yang disampaikan saya ialah hal yang positif. Beliau juga mengatakan bahwa ia tidak mengetahui bahwa yang dipakai ialah batu karang, karena batu tersebut dikirim oleh toko batu yang menyuplai pembangunan instalasi ini,” kata Riyanni menjelaskan klarifikasi Suzi.

Oleh karenanya kata Riyanni, Suzi pun mengajak dirinya untuk berdiskusi lebih lanjut untuk solusi dari permasalahan tersebut.

“Saya menjawab saya kurang tahu dengan bagaimana sistem atau birokrasi terkait situasi ini, yang pastinya adanya Focus Group Discussion dengan para peneliti karang, ahli hukum, di bidang lingkungan atau misalnya dengan KKP harusnya dapat membantu pihak DKI untuk bisa membentuk SOP atau rambu-rambu yang kelak dapat diaplikasikan dalam hal ini penataan lanskap instalasi dan sebagainya,” jelas Riyanni.

Riyanni Djankaru menjelaskan klarifikasi Dinas Kehutanan DKI
Riyanni Djankaru menjelaskan klarifikasi Dinas Kehutanan DKI (Instagram @R_Djangkaru)

Setelah Dinilai Miring Diungkap oleh Anies Baswedan bahwa Bebatuan Gabion Dirancang Dinas Terkait

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaruh tumpukan bebatuan gabion sebagai pengganti ornamen bambu getah getih di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Keberadaan bebatuan yang dilengkapi oleh tanaman itu diyakini untuk mempercantik ruas Jalan Thamrin, sebagai jantung kota DKI.

“Tentulah, bebatuan itu untuk mempercantik, memang, untuk apa lagi?” kata Anies kepada wartawan di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat pada Kamis (22/8/2019).

Menurut Anies Baswedan, rancangan instalasi itu dilakukan oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta sebagai implementasi dari penataan taman kota.

Hal ini, kata dia, serupa dengan penataan taman yang dilakukan DKI di sejumlah taman di wilayah setempat.

“Sudah beberapa hari (bebatuan gabion) dan biasa saja."

"Itu bagian dari tata taman kota, seperti juga penataan taman-taman yang lain."

"Normal-normal saja cuman karena tempatnya di Bundaran HI, ramai pula karena ini Jakarta,” ujarnya.

“Itu, rancangannya dari dinas pertamanan."

"Namanya kan nanti Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta."

"Jadi, rancangan begitu sama seperti taman-taman yang lain,” katanya.

 

Q hal berbeda di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat.

Tiga buah susunan batu tampak berdiri kokoh di atas lokasi bekas instalasi anyaman bambu alias getah getih, yang sebelumnya dibongkar karena termakan umur.

Susunan batu itu bernama Instalasi Gabion.

Terdiri dari bebatuan yang ditumpuk ke atas, dipagari kawat atau biasa disebut beronjong, lengkap dengan hiasan tanaman dan bunga berwarna putih dan merah pada bagian atas.

Sementara, di sekitarnya ditanami tanaman-tanaman hijau berjenis Sansivieira, bougenville, palem kol, tapak dara, lolipop, dan alang-alang sebagai estetikanya.

Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, komposisi tersebut sengaja dipilih sebagai cermin dari suasana alam di tengah kota.

Tiga pilar diibaratkan perwakilan dari tiga unsur, yakni tanah, air, dan udara.

Tanaman di sekitar instalasi mencerminkan bebas polusi.

"Itu kan kita mengambil supaya natural masuk ke dalam kota."

"Kemudian tiga pilar karena tanah, air, udara untuk penyelarasan lingkungan."

"Di bawahnya kita kasih tanaman sebagai contoh bebas polusi," ungkap Suzi saat dikonfirmasi, Rabu (21/8/2019).

Biaya tiga susunan batu-batu lengkap dengan tanaman yang menghiasi, dikatakan mencapai Rp150 juta.

Pembiayaannya diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI.

"Kurang lebih Rp 150 juta," jelas dia.

Ditanya seberapa kuat instalasi itu bisa bertahan, Suzi mengklaim satu hingga dua tahun.

Namun, pihaknya tak menutup kemungkinan bakal mengganti instalasi itu secara berkala dengan model yang lebih unik lagi.

Alasannya supaya warga Ibu Kota yang melintas, tidak bosan dan mendapatkan suasana lebih baru.

"Kuat, kan dari batu. Tergantung sampai ada yang menggantikan, karena itu sifatnya dekoratif," terang Suzi.

Sebelum pemasangan instalasi bebatuan bernama Gabion ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat memasang anyaman bambu atau biasa disebut getah getih di lokasi yang sama.

Namun, instalasi seharga Rp 550 juta itu kemudian dibongkar karena termakan umur.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati membenarkan instalasi anyaman bambu bernama Getah Getih, telah dibongkar.

Pihaknya membongkar Getah Getih yang dipajang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat.

Pembongkaran bambu seharga Rp 550 Juta itu dilakukan pada Rabu (17/7/2019) malam hingga Kamis (18/7/2019) dini hari.

Alasan pembongkaran, kata Suzi, karena anyaman bambu itu sudah mulai keropos.

Ia khawatir anyaman bambu karya seniman Joko Avianto itu ambruk dihantam angin karena tak lagi kokoh.

"Iya, dilakukan pembongkaran karena bambunya sudah mulai rapuh karena cuaca," ujar Suzi saat dikonfirmasi, Kamis (18/7/2019).

"Sehingga jalinan bambu sudah mulai jatuh, khawatir roboh," imbuhnya.

Pantauan Wartakotalive di lokasi, lahan bekas anyaman bambu tersebut kini sudah ditanami berbagai macam tanaman.

Terlihat beberapa petugas dari Dinas Kehutanan mulai melakukan perawatan berbagai macam tanaman.

Ada pula petugas yang terlihat menyirami taman berukuran kecil di atas trotoar tersebut.

"Sementara ditanam border semak, ground cover sambil menunggu instalasi lainnya," kata Suzi.

Video pembongkaran itu viral setelah diunggah di media sosial instagram @jktinfo, Kamis (18/7/2019).

Pada video tersebut terlihat pulahan petugas merobohkan anyaman bambu dengan cara manual.

Mereka mengikatnya dengan tali, lalu ditarik hingga istalasi anyaman bambu itu roboh.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memamerkan keindahan seni instalasi bambu yang bercita rasa tinggi.

Hal itu dilakukan untuk menyambut Asian Games 2018.

Berikut ini penuturan Anies Baswedan melalui akun pribadinya di media sosial.

Getah Getih.

Inilah bambu Indonesia.

Ditanam di pedesaan, dirawat dan dipanen oleh petani kecil, dijajakan oleh pedagang mikro.

Kini, membentang di area tanah -salah satu- paling mahal di Republik ini.

Dari imajinasi, kreasi dan lewat tangan terampil anak bangsa, Joko Avianto, bambu murah dari desa ini menjadi karya seni yang tak terupiahkan nilainya.

Keindahan yang menjulang dan membanggakan.

Bentangan dan balutan bambu ini jadi pengirim pesan.

Di tengah deretan beton tinggi yang cakarnya menggenggam tanah ibu kota, hadir karya bambu yang lembut, sederhana tapi kompleks.

Sebuah material trasidisional yang dibalut ilmu, kreativitas dan kemodernan.

Dengan rasa cinta dan kreativitas, bambu yg dianggap tak bernilai menjadi karya seni yang tak ternilai.

Bambu ini membentuk pesona seni yang menggerakkan.

Membahanakan pesan dahsyat tentang bangsa kita.

Pesan tentang kokoh tapi lentur, tegak tapi liat, kecil tapi raksasa, ribuan tapi menyatu, satuan tapi tak terserak.

Itulah kita, bangsa Indonesia tercinta: 262 juta anak bangsa, 400-an suku bangsa, dan bercakap dalam 700-an bahasa.

Sebuah bangsa yang dahsyat!

Di sini, dari gagasan, ribuan bambu ini membentuk sebuah kesatuan dan persatuan.

Dari gagasan, jutaan anak bangsa ini membentuk kesatuan dan persatuan.

Mari kita sambut kembali saudara-saudara se-Asia dengan pesan persatuan, dengan kehangatan Indonesia, dan dengan kebanggaan bernegara.

Jakarta, 15 Agustus 2018

 

Anies Baswedan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan instalasi bambu Getah Getih karya seniman Joko Avianto itu pada Kamis 16 Agustus 2018 sore.

Karya yang berasal dari 100 persen bambu ini, dibuat dari 1.600 batang bambu jenis awitali dan betung, dan dibuat selama satu minggu, serta dililit dan dilipat sesuai desain yang diinginkan.

Joko Avianto menciptakan karya seni instalasi yang berjudul 'Getah Getih' yang berarti 'Merah Putih'. Di sekeliling karya instalasinya dihias taman-taman penuh bunga.

"Tentu ajakan ini memberikan tantangan pada saya, untuk membuat karya seni di lingkaran Bundaran HI."

"Bagi seorang pematung, ini jadi kesempatan yang besar bagi saya," kata Joko Avianto.

Anies Baswedan mengatakan, pemasangan instalasi bambu merupakan ciri khas Indonesia.

Dia yakin karya tersebut dapat menarik atlet dan wisatawan Asian Games 2018.

"Saya katakan kepada Pak Joko, bikin kami Indonesia dengan bambu."

"Kami merasa bangga. Prosesnya cukup singkat dan kado karya luar biasa," ungkap Anies Baswedan.

Untuk mendatangkan karya seni ini, Pemrov DKI Jakarta harus merogoh kocek sebesar Rp 550 juta.

"Konsorsium BUMD harganya Rp 550 juta," jelas Anies Baswedan.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Aktivis Lingkungan Riyanni Djangkaru Temukan Fakta Instalasi Gabion dari Terumbu Karang, https://wartakota.tribunnews.com/2019/08/25/aktivis-lingkungan-riyanni-djangkaru-temukan-fakta-instalasi-gabion-dari-terumbu-karang?page=all.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved