BATAM TERKINI
Perang Dagang Amerika vs China, Batam Dapat Apa? Abidin Hasibuan Beberkan Masalah Investasi
Perang dagang As vs China, Batam dapat apa? Dewan Kehormatan Apindo Kepri Abidin Hasibuan beberkan persoalan yang harus dibenahi.
Penulis: Agus Tri Harsanto | Editor: Agus Tri Harsanto
TRIBUNBATAM.id - Perang dagang As vs China, Batam dapat apa? Dewan Kehormatan Apindo Kepri Abidin Hasibuan beberkan persoalan yang harus dibenahi.
Ekonomi dunia sedang tidak menentu imbas perang dagang Amerika Serikat vs China.
Terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan beberapa perusahaan besar AS untuk melepas China dari aktivitas bisnis mereka, dan kemudian mencari alternatif selain Negeri Tirai Bambu itu.
Jika seruan Trump terlaksana, perang dagang AS vs China menjadi peluang bagi negara-negara berkembang untuk menggaet investasi, termasuk Indonesia dalam hal ini Batam.
• Imbas Perang Dagang, Donald Trump Perintahkan Perusahaan AS Keluar Dari Cina
Sejak pembentukan awal, Batam didesain menjadi kota industri, namun kini sedang mengalami resesi.
Perusahaan manufactur yang awalnya jadi primadona pilih hengkang dari Batam ke negara lain.
Dewan Kehormatan Apindo Kepri Abidin Hasibuan memandang perang dagang AS vs China menjadi momentum kebangkitan ekonomi Batam.
Namun banyak yang harus dibenahi sehingga Batam tidak kehilangan momentum.
"Sebenarnya ini momentum bagus bagi Batam. Tergantung kita bisa memanfaatkan momentum atau tidak. Banyak hal yang harus dibenahi di Batam," ujar Abidin Hasibuan kepada TRIBUNBATAM.id, Senin (26/8/2019).
Poin penting dari perubahan yakni kejelasan status Batam.
Abidin menegaskan status Batam free trade zone (FTZ) harus tetap dipertahankan.
Menurutnya Batam kini kalah bersaing dengan negara lain seperti Vietnam, Kamboja, Thailand, bahkan Sri Lanka juga getol menarik investasi.
Abidin juga berharap semua elemen bersatu untuk mengembalikan kejayaan investasi di Batam.
"Jangan ada lagi demo-demo. Sekarang sudah tidak jaman demo-demo. Kita harus bersama-sama bangkitkan investasi," tegas Abidin Hasibuan.
Masuknya investasi akan menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran di Batam.
Ia mengingatkan jangan sampai terbawa arus kepentingan kelompok tertentu sehingga Batam akan hancur.
PT Foster Hengkang
Batam yang semestinya mampu mengambil momentum Perang Dagang Amerika vs China, justru pamornya meredup.
PT Foster Electronic Indonesia menghentikan operasinya di Batam tepatnya di kawasan Batamindo Mukakuning setelah selama 28 tahun berada di Batam.
Perusahaaan ini dikabarkan akan pindah ke Myanmar.
Saat dikonformasi, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudi Sakyakirti menegaskan, PT Foster Electronic Indonesia telah menyelesaikan kewajibannya dengan pekerja.
Hak-hak karyawan yang jumlahnya mencapai ribuan orang itu, telah dibayarkan.
Perusahaan yang terletak di Kawasan Industri Batamindo, Mukakuning, Batam, Kepri ini, memutuskan untuk menghentikan operasional perusahaannya di Batam.
Dan sejak beberapa bulan lalu, perusahaan yang memproduksi pengeras suara ini, diketahui sudah berhenti beroperasi.
"Pekerjanya kebanyakan kontrak. Tapi sudah selesai (pembayaran pesangon karyawan). Tak ada masalah," kata Rudi, Senin (19/8).
Terpisah, Manager Admin dan General Affair Batamindo, Tjaw Hioeng mengatakan, PT Foster tidak tutup.
Hingga saat ini pihak perusahaan tetap melaporkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)-nya melalui sistem online di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Pihak perusahaan sudah konfirmasi akan memindahkan pabrik usahanya yang ada di Batam ke SEZ Thilawa, Myanmar. Dan rata-rata kewajiban dengan pekerja yang diputus kerja, sudah selesai.
"Mereka stop operasi sejak Januari 2019 dan keputusan tutup dari kantor pusat masih belum diumumkan. Saat ini jumlah karyawan tinggal 7 orang untuk urusan administrasi," kata Ayung, sapaannya.
Diketahui, PT Foster Electronic Indonesia beroperasi sejak Maret 1991 di Batam. Adapun jumlah karyawan perusahaan hingga 2018, tercatat sebanyak 1.166 orang dan proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berjalan dengan lancar.
Sementara itu, soal pindahnya PT Foster ke negara lain, Ayung menyebut, faktor kenyamanan dalam berinvestasi termasuk pertimbangan investor di suatu negara pilihannya.
Bagi PMA (Penanaman Modal Asing), jika sudah tidak nyaman, pilihannya adalah relokasi ke tempat yang aman dan nyaman. Relokasi itu butuh waktu sekitar 3-5 tahun.
HKI sangat prihatin dengan berhenti beroperasinya Foster di Batam. Diketahui, perusahaan itu sudah memulai usahanya di Batam sejak Maret 1991.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam juga menanggapi perihal tutupnya PT Foster di Batam.
Upah di Myanmar
Ketua Apindo Kota Batam, Rafki Rasyid, mengatakan, Apindo sudah sering mengingatkan kepada pihak terkait, terutama para elit serikat pekerja/buruh, aksi demonstrasi yang terlalu sering dilakukan di Batam, bisa membuat investor menjadi tidak nyaman.
"Ada kekhawatiran proses produksi akan terganggu dan adanya kekhawatiran terhadap keamanan aset aset yang mereka miliki di Batam," kata Rafki.
Akibatnya, mereka mencari tempat lain sebagai alternatif investasinya. Salah satunya PT Foster. Pihak perusahaan memilih Myanmar sebagai negara tempat merelokasi investasinya.
"Ketika kita bandingkan antara Myanmar dengan Batam, maka Batam kalah jauh dari sisi daya saingnya," ujarnya.
Terutama di bidang ketenagakerjaan. Upah minimum di Myanmar hanya 100 dolar Amerika. Sementara upah minimum di Batam sudah mencapai 270 dolar Amerika.
"Parahnya upah minimum di Batam, naik rata-rata 8 persen setiap tahunnya. Kenaikan ini tidak sebanding dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja mikro setiap tahunnya," kata Rafki.
Ia menyebut, produtivitas tenaga kerja mikro naik rata-rata hanya 1 persen setiap tahunnya. Bahkan kadang-kadang stagnan.
Akibatnya, ini menjadi beban yang semakin berat. Terutama untuk perusahaan-perusahaan padat karya, seperti PT Foster dan PT Unisem.
"Anehnya walaupun upah di Batam sudah sangat tinggi, frekuensi demonstrasi juga semakin tinggi. Ada saja hal yang dituntut serikat pekerja/buruh untuk bisa turun ke jalan," ujarnya.
Mestinya untuk daerah investasi seperti Batam, demonstransi jangan sampai terjadi. Persoalan hubungan industrial bisa diselesaikan lewat meja perundingan atau pengadilan.
"Namun anehnya di Batam, pengadilan pun didemo serikat pekerja/buruh. Ini tentunya memberikan citra negatif di mata investor," kata Rafki.
Apindo berharap semua pihak mendukung iklim investasi di Batam. Tidak hanya memikirkan kepentingan kelompok masing-masing, tetapi juga memikirkan kepentingan bersama.
"Bagaimana memupuk Batam sebagai daerah tujuan investasi yang dipandang nyaman, aman dan menguntungkan oleh investor untuk menanamkan modalnya," ujarnya.
Trump Guncang Bursa
Perang dagang AS dan China tak kunjung berakhir, bahkan tampaknya tambah panas.
Padahal sejumlah pertemuan telah digelar untuk merundingkan berbagai aturan dan tarif bagi produk kedua negara terbesar di dunia itu.
Bahkan setelah pertemuan itu, sikap keras presiden AS Ddnald Trump malah makin menjadi.
Presiden Amerika Serikat ( AS), Donald Trump mengunggah sejumlah postingan kontroversial terkait perang dagang AS- China, di jejaring sosial Twitter, Jumat (23/8/2019) pagi waktu setempat.
Kicauannya membuat geger bursa saham di AS.
Bukan argumen biasa, kini Trump justru secara langsung "memerintahkan" beberapa perusahaan besar AS untuk melepas China dari aktivitas bisnis mereka, dan kemudian mencari alternatif selain Negeri Tirai Bambu itu.
"Saya memerintahkan sejumlah perusahaan-perusahaan besar AS untuk segera mulai mencari pengganti China, termasuk memindahkan perusahaan-perusahaan kalian ke AS dan membuat produk-produk kalian di sini," kata Trump di sebuah postingan.
Trump mengatakan begitu lantaran kesal dengan China yang menurutnya telah mencuri hak-hak kekayaan intelektual AS yang nilainya diklaim mencapai ratusan miliar dollar AS.
Secara lebih tertuju, Trump juga memerintahkan beberapa perusahaan logistik besar, seperti FedEx, Amazon, UPS, dan Post Office, memusnahkan produk medis berbahan Fentanyl yang berasal dari China dan diimpor ke AS.
Trump berkata demikian lantaran Fentanyl disebut membunuh sekitar 100.000 orang Amerika setiap tahunnya, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari FastCompany, Sabtu (24/8/2019).
Sebelumnya, Donald Trump mencanangkan kebijakan eksekutif untuk melarang penggunaan teknologi dari perusahaan China di negara Adikuasa secara menyeluruh.
Kebijakan ini dikatakan bakal absolut, menggunakan “International Emergency Economic Powers Act”.
Dengan begitu, Donald Trump tak memerlukan persetujuan legislatif.
Hal ini menyusul isu bahwa beberapa perusahaan China, dua di antaranya Huawei dan ZTE, diduga kuat menjadi mata-mata di Amerika Serikat.
Kendati begitu, ada pertimbangan lain yang menyulitkan rencana Donald Trump.
Pasalnya, Amerika Serikat berencana segera menggelar jaringan internet 5G.
Huawei dan ZTE merupakan dua perusahaan China yang menyediakan teknologi tersebut.
Jika diblokir di Amerika Serikat, ini akan mempersulit implementasi jaringan generasi kelima di sana.
Terlepas dari itu, belum bisa dipastikan apakah unggahan dari Trump ini memang bakal benar-benar dilakukan oleh para perusahaan-perusahaan AS yang disebut olehnya atau tidak.
Berkat tweet yang dilontarkan Trump, bursa saham AS jadi geger.
Sejumlah harga saham perusahaan yang disebut olehnya, seperti UPS, Amazon, hingga FedEx, anjlok bersamaan.
Pada saat penutupan bursa saham hari Jumat (23/8/2019), harga saham UPS (UPS) anjlok 3,42 persen, harga saham Amazon (AMZN) juga anjlok sekitar 3,10 persen, sementara harga saham FedEx (FDX) merosot 3,88 persen.
Tidak hanya itu, sejumlah bursa saham gabungan, seperti DowJones (DJI), Nasdaq (IXIC), dan S&P500 (INX), juga masing-masing anjlok sebesar 2,37 persen, 3,00 persen, dan 2,59 persen pada saat penutupan bursa saham di hari yang sama.(*)
