HUT 15 Tribun Batam d Hinterland Batam
Semoga Anak Kampung Monggak Bisa Jadi ‘Wartawan Internet’
Andai, tak ada TMMD tahun 2004, 150 KK disini mungkin tak tahu apa itu Batam. Sejak nenek moyang kami, empat generasi kami tahunya Tanjung Pinang,
Harapan Anak Kampung Monggak Bisa Jadi ‘Wartawan Internet’
Pembaca yang budiman.
AHAD, 15 September 2019, hari ini, Tribun Batam, genap berusia 15 tahun. Seumuran siswa kelas III SMP, —ibaratnya—, kami lagi semangat-semangatnya. Berbenah memasuki dekade awal ‘internet of things’.
Seperti institusi lain, kami tengah beradaptasi untuk tetap relevan dengan generasi millenia.
Tuntutannya adalah mengadaptasi konsumsi news text yang beralih ke visual news; video, meme dan infogrhapic.
Terlahir dengan frame surat kabar, 9 tahun terakhir kami mencoba ‘mengubah takdir’, change destiny, sebagai media digital..
dan seperi anak seusia esempe, kami dalam kondisi ‘sangat bersemangat..’
Di tengah tuntutan itu, kami tak lupa bersyukur.
Sabtu (15/9/2019) pagi kemarin, kami berbagi. Kami berbagi paket sembako, buku bacaan, kepada 150-an warga Pasir Panjang, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Batam.

Kampung tua Melayu ini, berjarak sekitar 62 km sebelah timur pusat pemerintahan Kota Batam.
Kampung ini berada diantara semenanjung bulat Tanjung Karupa dan Tanjung Gaukang di Selat Riau.
Ini masih berada di perbatasan Pulau Rempang dan Pulau Galang. Kira-kira 2,3 km sebelum Jembatan 5, atau 5,7 km sebelum eks- Camp Vietnam.
Dari km 54 Trans Barelang (Batam, Rempang,dan Galang), Bus Pemko Batam yang kami tumpangi bersama 17 anggota rombongan, berbelok ke kiri.
Melintasi sekitar 3,1 km pagar kawat berduri BP Batam, perjalanan ini mengelilingi DAM (reservoir) Kampung Monggak.
kondisi jalan ke kampung ini masih semi permanen. Tanah granit yang sudah dikeraskan sejauh 3,1 km.
Jalurnya berkelok, menanjak ke perbukitan, dengan struktur jalan yang sangat labil, rawan longsor, khususnya di musim hujan. Selepas DAM Monggak, sekiar 1,9 km, rombongan melintasi jalan beraspal.
“Jalan tanah keras ini wilayahnya Otorita (BP) Batam, kalau yang sudah diaspal jalannya Pemko Batam,” kata Muhammad Islah (21), warga Pasir Panjang, yang jadi pemandu kami ke hinterland Pulau Batam ini.

Melintasi area perkebunan palawija, sayuran, dan kolam ikan lele, infrastruktur jalan ke kampung ini dibangun di tahun 2004 silam. Warga berterima kasih ke Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 89 Kodim 0316/Batam.
“Andai, tak ada TMMD tahun 2004, 150 KK disini mungkin tak tahu apa itu Batam. Sejak nenek moyang kami, empat generasi kami tahunya Tanjung Pinang, Pulau Penyengat atau Pulau Bintan,” kata M Nasir (47), Ketua RT 002.RW 03, Kelurahan Rempang Cate kepada Tribun.
Untuk ke Pulau Bintan, pulau ibu kota provinsi Kepulauan Riau, cukup naik perahu mesin tempel (pompong) sekitar 1 jam.
Dari aplikasi peta maritim digital, Navionic, jarak ke Tanjung Pinang sekitar 14,5 km.
Sedangkan jarak ke Pulau Batam, nyaris tiga kali lipat, 37 km.,
Jalan akses darat sejau 6,5 km yang dirintis bertahap tentara, pemerintah kota, pemerintah provinsi dan BP Batam, dalam satu dekade terakhir, memang membuka akses sekitar 210 warga Melayu tua di Pasir Panjang.
Sayangnya, utilitas energi listrik masih sangat terbatas. Hingga 74 tahun Indonesia merdeka, warga setemoat belum bisa menyalakan kulkas atau menonton TV di siang hari.
“Malam pun hanya jelang salat magrib hingga jam 10 malam. Setelah itu gelap lagi sampai matahari terbit,” kata Abdul Gani (56), petugas mesin disel listrik Kampung Pasir Panjang.
Untunglah program listrik tenaga surya dari Politeknik Negeri Batam, bisa jadi pelipur lara warga.
Menara BTS di puncak bukit Monggak, sekitar 2,1 km dari Pantai Panjang, juga sedikit membuka akses informasi ke dunia luar. “Kalau dekat Masjid Nurus Sabil, kita bisa nonton YouTube atau baca berita internet Tribun Batam, “ ujar Muhammad Wildan (51), guru SD 002 Sembulang sekaligus guru TPA Arruadah di kampung nelayan itu.
Sejatinya, tahun 2016 lalu, General Manajer Servis Bisnis Unit (SBU) Bright PLN Batam, Fansis Al Zuhari, sudah menjanjikan aliran listrik.
Namun, hingga Agustus 2018, baru enam kampung yang teraliri listrik Tanjung Kertang, Cate, Tebing Tinggi, dan Sungai Aleng.
Lalu Belongkeng di Kelurahan Rempang Cate, Sungai Raya dan Sembulang di Kelurahan Sembulang, dan terbaru sambungan baru di desa Sijantung, Kelurahan Sijantung.

“Kami di Kelurahan Rempang Cate ini, dengan dua kampung di Monggak, Pasir Panjang, dan Pantai Melayu, sampai sekarang masih berdoa dapat jatah listrik.”
Saat seremoni pembagian 200 paket sembako dari Alfamart, 500-an judul buku dari Toko Buku Gramedia, listrik sempat padam.
Namun, tak menghalangi semangat anak-anak usia PAUD /TK dan kelas 1 SD untuk menerima paket buku bacaan.
Mereka yang datang bersama ibu, nenek, dan ayahnya antre menerima buku bacaan yang dibagikan supervisor TB Gramedia Batam, Dimas.
Saat sesi foto, Ketua RT 002 M Nasir, sekaligus kepala kampung pun spontan berseleroh.
“Semoga anak-anak kami dari Kampung Pasir Panjang ini bisa jadi wartawan internet di Tribun Batam,” kata M Nasir, yang sudah generasi ke-empat tinggal di kampung tua di pesisir antara Teluk Tiung dan Selat Riau ini.
Dia mengingat, mendiang kakeknya Usman, di era 1980-an, masih memaksanya untuk sekolah di Pulau Bintan.
Ayahnya, Abubakar, yang kini sudah berusia 75 tahun, masih menyempatkannya sekolah SD. Namun tak tamat, karena kadang di musim angin barat, perahu tak bisa menyeberang ke Bintan.
Kini generasi kelima anak-anak di Pantai Panjang, sudah bisa jalan kaki 1,2 km di SD 002 Sembulang.
“kalau SMP di sembulang juga ada, tapi SMA harus ke Simpang Sembulang dulu naik motor, baru lanjut dengan jemputan bis ke Sijantung,” kata Wildan. (nabella/zil)