Saat Padamkan Api di Rawa Kering, Petugas Temukan Sarang Belasan Ekor Ular yang Sudah Hangus
Yang membuat petugas heran, lahan seluas 500 meter persegi itu ternyata dihuni banyak satwa liar, bahkan diduga sebagai sarang ular.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan ke semak belukar, sebab bisa memantik mati yang sangat besar.
Ia berharap warga menumbuhkan kepedulian terhadap alam dan mengedepankan ras gotong royong dalam menangani Karhutla yang terjadi di daerah masing-masing.
Auman Harimau di Tengah Malam
Sudah dua bulan lebih bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kabupaten Pelalawan Riau berlangsung.
Selama itu juga para petugas pemadaman kebakaran berjibaku dengan api di lokasi Karhutla.
Banyak kisah yang dirasakan para personil gabungan setiap terjun ke areal yang dilalap api baik personil TNI, Polri, BPBD, Satpol PP dan Damkar, MPA, tim rayon kecamatan, Manggala Agni, serta Regdam perusahaan.
Mulai dari cerita kesialan seperti terjatuh ataupun terjerembab dalam gambut yang akhirnya dijadikan bahan tertawaan untuk menghibur, di tengah kesibukan berperang dengan api.
Ada kisah yang lebih horor lagi yakni bertemu dengan harimau sumatera hingga ular paling beracun di dunia, king cobra.
"Ceritanya minggu lalu, waktu kami melakukan pemadaman di Desa Tambak. Lahan yang terbakar merupakan semak belukar dan hutan yang berseberangan dengan kebun warga," kata Camat Langgam, Robby Ardelino.
Titik api terdeteksi di Desa Tambak Kecamatan Langgam yang melalap lahan gambut.
Langsung dengan cepat tim rayon kecamatan dari unsur pemerintahan, TNI, Polri, MPA dan dibantu perusahaan terjun ke lokasi untuk melakukan operasi pemadaman.
Pemadaman dilanjutkan keesokan harinya karena api belum bisa dikuasai, dibantu oleh satgas udara menggunakan helikopter Water Bombing (WB).
Awalnya beberapa petugas gabungan menemukan jejak mirip bekas kaki harimau di tanah bekas terbakar.
Kemudian informasi itu disampaikan ke tim lain yang sibuk memadamkan api, hingga dipastikan jika jejak itu milik "si Belang".
Lantaran persediaan air di lokasi sangat terbatas, personil melangsir air dari sungai menggunakan mobil tengki.