HUMAN INTEREST
Demi Masa Depan Anak, Selama 7 Tahun, Tiap Hari Fatima Bersihkan Jalan Sejauh 3 Km di Batam
Meski tak muda lagi, Siti Fatima (51) tetap semangat bekerja menjadi seorang penyapu jalanan di Batam. Profesi itu sudah dilakoni selama 7 tahun.
Penulis: Beres Lumbantobing |
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Meski tak muda lagi, Siti Fatima (50) tetap semangat bekerja menjadi seorang penyapu jalanan di Batam.
Wanita asal Pacitan, Jawa Timur ini ikut menjaga keindahan Kota Batam dengan membersihkan jalanan di Batam.
Kini Siti Fatima, Tenaga Harian Lepas (THL) yang dipekerjakan Pemerintah Kota (Pemko Batam) terus bekerja untuk membersihkan setiap sudut kota.
Siti telah menjadi petugas kebersihan sejak 7 tahun lalu.
Ia membersihkan sampah di sepanjang jalan raya, trotoar dari simpang lampu merah Masjid Raya Batam Center sampai lampu merah May Mart sampai jalan Engku Putri.
Sedikitnya panjang jalan yang harus dibersihkan oleh Siti sejauh 3 kilometer (km).
“Dari simpang lampu merah masjid ke simpang lampu merah May Mart itu ada sepanjang 3 km kiri dan kanan jalan,” kata Siti, Rabu (18/9).
Menjalani pekerjaan sebagai petugas kebersihan kota, Siti harus bekerja dari pagi hingga siang hari.
Siti menyebutkan jadwal pekerjaan yang harus dilakukan, Senin sampai Kamis bekerja pukul 06.00 WIB s/d 02.00 WIB. Sedangkan Jumat dan Sabtu 06.00 WIB s/d 01.00 WIB dan Minggu pukul 06.00 WIB hingga jam 09.00 WIB.
• Setelah Sepatu, Syahrini Kembali Tiru Gaya Luna Maya Soal Tas, dengan Cara Pemakaian Berbeda
Tidak hanya itu, untuk dapat menyelesaikan pekerjaan itu, Siti menjelaskan perlu menggunakan teknik agar prosesnya cepat selesai.
“Sebenarnya pekerjaan ini penuh risiko, menyapu jalanan yang penuh kendaraan mengingatkan saya harus penuh kewaspadaan,” ujarnya.
Saat melakukan pekerjaan itu, Siti mengaku kewalahan ketika musim hujan, angin dan musim gugur. Ia harus bertarung dengan ribuan daun yang berjatuhan.
Tapi walau bagaimana pun, sambung Siti, ia harus tetap menekuni pekerjaan tersebut. Sebab, ia harus menanggung kebutuhan 2 orang anak yang sedang sekolah di tingkat SMP dan perkuliahan.
Saat menceritakan kisahnya, tampak dari raut wajah Siti sebuah kesedihan yang mendalam.
Siti kelahiran tahun 1969 itupun menceritakan kisah hidup yang ia lalui, dahulu tumbuh dewasa hingga menikah di Pacitan, Jawa Timur.
Kemudian menikah dan memiliki anak 2, namun nasib berkata lain pada usia 30 tahun suaminya meninggal sehingga harus berjuang untuk melanjutkan hidupnya.
Dengan menyandang status janda akhirnya Siti bertemu dengan Iwan (63) seorang duda asal Batam yang memiliki anak dua.
Kemudian mereka putuskan untuk menikah, saat ini dikarunia dua anak.
“Saya ikut suami di Batam. Hal itulah awal mula saya di Batam hingga bekerja sebagai petugas kebersihan,” ungkap Siti menceritakan kisah perjalanan hidupnya.
Setelah semua proses itu ia lalui, kini Siti Fatima kembali bersemangat.
“Bulan Desember mendatang, anak saya yang pertama akan lulus kuliah dari kampus UIB yang dibiayai oleh beasiswa, ia bersemangat mau lanjut pasca sarjana,” beber Siti dengan nada gemercik penuh harapan.
Yang penting mereka nantinya tidak seperti saya, “Saya bertarung hidup semua hanya untuk mereka,” kata Siti.
Siti pun kini menjadi tulang punggung keluarga. Bagaimana tidak, suami Siti (Iwan) telah di PHK dari pekerjaannya lantaran faktor usia.
“Gak ada pekerjaan lagi, kerjanya hanya ngantar anak ke sekolah, setelah itu mengantar dan menjemput saya dari pekerjaan,” katanya.
Bermodalkan gaji THL di bawah UMK, Siti harus memenuhi semua kebutuhan keluarga hingga biaya rokok suaminya.
Ia kini harus tinggal mengontrak di sebuah rumah di Cendana perumahan Bukit Raya, Batam Center. (tribunbatam.id/beres lumbantobing)