Demo Mahasiswa Membuat Indeks Saham Indonesia Terburuk di Asia, Investor Cemas, Rp 1 Triliun Kabur
Bursa saham Indonesia atau Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) melorot lebih dari 1 persen pada Selasa (24/9/2019). Hampir Rp 1 triliun kabur
TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Bursa saham Indonesia atau Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) melorot lebih dari 1 persen pada Selasa (24/9/2019).
Melansir Reuters, aksi jual terjadi seiring kecemasan investor akan perlambatan ekonomi.
Sementara, mayoritas bursa Asia lainnya mencatatkan kenaikan setelah sejumlah pejabat tinggi AS mengonfirmasi perundingan dagang dengan China akan dimulai pada bulan depan.
Sektor finansial dan barang konsumen mengalami penurunan terbesar pada IHSG.
• Rupiah Tertekan Demo Mahasiswa dan Perlambatan Ekonomi Eropa
• 9 Korban Tewas Kerusuhan Wamena Berasal dari Pesisir Selatan Sumbar, Ada yang Satu Keluarga
• Demo Mahasiswa Rusuh Hingga Malam, Massa Dipukul Mundur Hingga Semanbggi, Water Canon Dirusak
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merosot 1,3 persen. Adapun saham PT Astra International Tbk (ASII) anjlok 2,3 persen.
Data yang dihimpun Reuters menunjukkan, IHSG telah melorot 2,2 persen dalam empat sesi setelah bank sentral mengingatkan bahwa perekonomian Indonesia terkena pukulan perlambatan ekonomi global.
Media tersebut memprediksi pertumbuhan 2019 berada di bawah nilai tengah 5-5,4 persen.
Sementara itu, analis DBS memprediksi, pertumbuhan ekonomi negara dengan perekonomian kedua terbesar di Asia Tenggara ini akan mengalami perlambatan.
Alasannya, terjadi penurunan di sejumlah indikator kunci seperti penjualan semen, aktivitas manufaktur, dan pertumbuhan kredit.
Kondisi berbeda terjadi di sejumlah bursa Asia lain yang terangkat sentimen membaiknya hubungan antara AS dengan China terkait perang dagang.
Namun, kenaikan yang terjadi dibatasi oleh data penurunan aktivitas bisnis dari zona Eropa. Padahal, dua minggu sebelumnya, Bank Sentral Eropa mengumumkan kebijakan stimulus.
"Isu perdagangan akan berhadapan langsung dengan stimulus bank sentral dan investor sekali lagi berupaya untuk menebak yang mana yang akan menang," jelas Nick Twidale, director & co-founder Xchainge seperti yang dikutip Reuters.
Dia menambahkan, perkembangan perang dagang diprediksi akan menjadi pusat perhatian investor dalam beberapa sesi mendatang.
Indeks acuan Singapura, salah satu indeks yang paling terekspos perang dagang, mencatatkan kenaikan sebesar 0,4 persen.
Indeks saham Thailand dan Filipina juga menguat karena adanya harapan penurunan suku bunga oleh bank sentral masing-masing pada pekan ini.
Informasi tambahan saja, bank sentral Thailand akan mengadakan pertemuan rutin untuk meninjau kembali kebijakan mereka pada Rabu (25/9/2019).
Menurut analis ING, peluang pelonggaran kebijakan oleh bank sentral Thailand diperkuat setelah data output manufaktur pada Agustus jauh di bawah ekspektasi.
Hampir Rp 1 Triliun Kabur
Pada perdagangan hari ini aksi jual asing atau net sell di pasar reguler tercatat hampir Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 993,94 miliar.
Adapun dalam periode year to date (YTD) aksi jual asing mencapai Rp 15,55 triliun di pasar reguler.
Analis menilai sentimen domestik membuat asing ketakutan.
Mengutip Kontan.co.id, Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menjelaskan investor asing kabur karena khawatir dengan kondisi dalam negeri.
“Adapun hal ini terlihat beberapa waktu belakangan asing sudah mulai keluar dari pasar Indonesia karena tercatat net sell Rp 200 miliar sampai Rp 300 miliar dalam sehari,” jelasnya, Selasa (24/9/2019).
Sebenarnya, sebelum unjuk rasa asing sudah mulai keluar dari pasar Indonesia. Selain karena hari ini ada masalah unjuk rasa, di sepanjang 2019 ini menurut Teguh banyak sekali masalah yang terjadi.
Sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan cukup dalam. Misalnya saja pada bulan Mei 2019 lalu ada masalah demonstrasi pemilihan presiden (pilpres) yang membuat IHSG terkoreksi sampai di level 5.800.
Namun pada Juni sampai Juli IHSG mulai naik.
Kemudian IHSG kembali tertekan karena masalah cukai rokok yang membuat saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terkoreksi cukup dalam.
Alhasil, IHSG masih saja bergerak stagnan. Namun berkaca pada bulan Mei kemarin IHSG mampu naik lagi karena diselamatkan investor lokal yang memanfaatkan momentum ini dengan banyak membeli saham yang murah.
Menurut Teguh dalam beberapa tahun terakhir, minat investor lokal meningkat untuk masuk ke pasar modal. Buktinya sampai saat ini jumlah investor individu sudah tembus 2 juta orang.
Artinya, investor ritel walaupun tidak memborong saham layaknya asing, bisa menyelamatkan IHSG karena orang yang membeli saham banyak.
Di tengah keadaan ini, Teguh mengatakan semua saham baik bluechip, secondliner, ataupun third lliner harganya sudah murah.
“Saham ASII di bawah Rp 7000 per saham yakni di Rp 6.457 kemudian saham BBNI juga sudah di level Rp 7.450 dari sebelumnya di Rp 8.000,” imbuhnya.
Jadi strategi yang paling tepat untuk dilakukan adalah masih wait and see hingga laporan keuangan kuartal III 2019 keluar.
Sebab ada baiknya walaupun semua saham direkomendasikan beli karena harga murah, investor juga perlu memperhatikan fundamental perusahaannya.
Namun Teguh memberi lampu merah pada saham di sektor komoditas karena prospek batubara juga masih belum jelas.
Menurut Teguh bagi investor tidak usah terlalu memperhatikan masalah fluktuasi jangka pendek, jadi Teguh menyarankan beli saja lalu hold.
Sebab saham bluechip yang sebelumnya naik 20%-30% saat ini valuasinya sudah turun jauh. Jadi ada peluang besar untuk cuan di kemudian hari.
Teguh memproyeksikan saham-saham ini, khususnya bluechip kinerjanya bakal kembali positif setelah 2020 di saat banyak program dan masalah politik yang mulai mereda. (Barratut Taqiyyah Rafie/Arfyana Citra Rahayu)
Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Investor mencemaskan ekonomi Indonesia, performa IHSG terburuk di kawasan Asia