HUT TNI ke 74, Inilah Kehebatan Kopassus Tumpas Mbah Suro, Dukun Sakti Simpatisan PKI

HUT TNI ke 74, begini kisah kisah kehebatan Kopassus menaklukkan Mbah Suro, dukun simpatisan PKI yang kebal tembakan dan senjata tajam

TribunJambi
Taktik Jitu Kopassus Lumpuhkan Dukun PKI Mbah Suro di Padepokannya, Dikenal Sakti dan Kebal Senpi 

HUT TNI ke 74, begini kisah kisah kehebatan Kopassus menaklukkan Mbah Suro, dukun simpatisan PKI yang kebal tembakan dan senjata tajam

TRIBUNBATAM.id - Sabtu (5/10/2019) bertepatan dengan HUT TNI ke-74, terkenang kisah kehebatan prajurit Kopassus yang menaklukkan Mbah Suro, dukun simpatisan PKI.
Mbah Suro terkenal sakti karena kebal tembakan dan senjata tajam.
Kisah perburuan Kopassus menumpas Mbah Suro dilakukan tak lama setelah peristiwa genting Gerakan 30 September atau G30 S PKI.

Buntut dari pembunuhan sejumah jenderal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah dilakukannya operasi penumpasan PKI secara besar-besaran.

Ketika itu Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sempat menghadapi simpatisan PKI yang dikenal kebal senjata.

Kisah ini dikutip dari buku "Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando" karya Hendro Subroto.

Berkobarnya tragedi G30S/PKI yang menculik para jenderal pada 30 September 1965, memang berbuntut panjang.

Satu di antaranya adalah perburuan terhadap mereka yang dianggap sebagai anggota maupun simpatisan PKI.

Perburuan, dan penangkapan itu dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia yang diduga sebagai basis PKI.

Saat itu pada 1967, perburuan terhadap simpatisan dan anggota PKI dilakukan di kawasan yang terletak antara wilayah Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng) dan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Jatim).

Tepatnya, di Desa Ninggil.

Nama asli Mbah Suro adalah Mulyono Surodihadjo.

Mbah Suro merupakan seorang mantan lurah yang dibebastugaskan akibat kesalahannya sendiri.

Setelah lengser sebagai lurah, Mbah Suro membuka praktik sebagai dukun yang mengobati orang sakit.

Namun, belakangan beredar kabar kalau Mbah Suro juga dikenal sebagai dukun kebal, hingga ia disebut sebagai Mbah Suro atau Pendito Gunung Kendheng.

Pergantian nama baru menjadi Mbah Suro juga diikuti dengan perubahan penampilannya.

Salah satunya adalah memelihara kumis tebal, dan rambut panjang.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved