DEMO HONG KONG
Remaja 19 Tahun Ditusuk Dekat Lennon Wall Stasiun, Ribuan Demonstran Hong Kong Langsung Bergerak
Demo Hong Kong yang eskalasinya terus meningkat sepertinya bakal kembali terpicu setelah seorang aktivis berusia 19 tahun ditusuk seorang pria
TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Demo Hong Kong yang eskalasinya terus meningkat sepertinya bakal kembali terpicu setelah seorang aktivis berusia 19 tahun ditusuk seorang pria di dekat Lennon Wall dekat stasiun Tai Po, Sabtu (19/10/2019) sore.
Seorang pria menyerahkan dirinya kepada polisi Hong Kong setelah melukai remaja di leher dan perutnya. Namun identitas pria tersebut tidak diketahui.
Seorang juru bicara polisi mengatakan serangan itu terjadi di luar stasiun MTR Pasar Tai Po sekitar pukul 17.42 sore.
Korban, berusia 19 tahun, dilarikan ke Rumah Sakit Prince of Wales dalam keadaan sadar, demikian dilaporkan South China Morning Post, Sabtu malam.
• MotoGP Jepang - Start di Posisi Kedua, Morbidelli Sebut Quartararo Berperan Besar pada Dirinya
• Gempa Magnitudo 5.1 Guncang Maluku Barat Daya, BMKG Sebut Tidak Berpotensi Tsunami
• Mesin Overheat Jadi Penyebab Mobil Lamborghini Raffi Ahmad Terbakar, Tak Ada Korban Jiwa
Foto yang diambil oleh orang yang lewat beredar luas di media sosial dan membuat suasana memanas.
Penusukan ini dikhawatirkan akan menjadi bahan bakar baru bagi demonstran seperti kasus-kasus sebelumnya yang dialami oleh demonstran selama empat bulan aksi.
Ribuan Orang Langsung Bergerak
Benar saja, hanya beberapa jam setelah penusukan itu, lebih dari seribu orang langsung berkumpul di Edinburgh Place, Central, untuk meminta bantuan kemanusiaan internasional.
Meskipun tidak ada jadwal aksi demo, Sabtu malam ini, namun kehebohan yang dipicu oleh aksi penusukan itu telah menjadi bensin yang langsung menyulut massa untuk berkumpul.
Mereka menggunakan cahaya HP dan lilin untuk menyatakan "situasi darurat". Polisi mengatakan bahwa jumlah massa diperkirakan sekitar 1.600 orang, namun media lokal menyebut lebih dari 3.000 orang.
Rapat umum yang dibalut dengan pertemuan doa ini juga terlihat di tempat-tempat lain seperti Tsim Sha Tsui dan langsung dimanfaatkan untuk melakukan protes terhadap pemerintah.
Di antara mereka yang hadir memegang tanda yang mengatakan "polisi tidak menghormati hukum, warga sipil dan jurnalis".
Dia mengkritik pemerintah, dengan mengatakan: "Saya pikir sekarang polisi yang memerintah Hong Kong ... Sangat memalukan cara pemerintah menangani berbagai hal."
"Hatiku hancur melihat Hong Kong datang ke sini dan membuatku sedih setiap kali seseorang terluka," kata pria tersebut.
Polisi sendiri telah membantah tuduhan pelanggaran selama protes dan mengatakan mereka berusaha untuk menjaga hukum dan ketertiban di tengah meningkatnya kekerasan para demonstran radikal, sementara pemerintah dengan kuat mendukung pasukan.

Snow Hang, seorang pria berusia 20-an, juga membawa bendera AS di acara itu sebagai "simbol demokrasi".
Dia mengatakan Hong Kong hanya bisa mengandalkan bantuan Amerika Serikat karena "AS memiliki kekuatan terbesar di dunia, sehingga mereka adalah pilihan terbaik".
Para pendemo Hong Kong saat ini memang terus mengkampanyekan gerakan anti-Chinadan meminta bantuan barat dan asing untuk "membebaskan" Hong Kong dari Beijing, isu yang sudah bergeser dari gerakan awal, menolak RUU ekstradisi.
Pekan lalu, seorang siswa sekolah yang diklaim adalah pendukung pro-demokrasi Hong Kong, ditemukan tewas di sebuah sungai.
Para pendemo menuduh remaja tersebut adalah korban kekerasan polisi, namun kepoilisian membantahnya.
Polisi merilis beberapa video CCTV yang menunjukkan remaja putri itu berada di sekolah beberapa saat sebelum penusukan.
Dari foto dan video yang beredar di media sosial semamenunjukkan korban berpakaian hitam dan mengenakan masker.
Dia merosot ke tanah dan berdarah ketika warga sekitar datang untuk menyelamatkannya.
Wong Siu-kin, seorang pengorganisir komunitas dari kelompok lokal Civic Passion mengatakan, korban sedang membagikan selebaran di dekat Lennon Wall yang didirikan di jalan bawah tanah pejalan kaki dekat stasiun kereta api.
Lennon Wall yang terinsipirasi dari gerakan demokrasi di Republik Ceko, didirikan di banyak tempat di Hong Kong, sebagai tempat penyaluran aspirasi melalui tulisan di kertas stiker warna-warna-warni.
"Dua orang ini tampaknya berdebat karena perbedaan pandangan politik," tulis Wong di Facebook.
“Pria itu tiba-tiba menyerang leher korban dengan pisau. Korban lari tetapi penyerang mengejarnya ke terminal bis terdekatdan kembali menikam perutnya, ” tulis Wong.
Setelah itu, kata Wong, penyerang kemudian melompat ke dalam taksi dan melarikan diri dari tempat kejadian.
Polisi belum mengkonfirmasi tentang pernyataan Wang, namun media sosial sudah dipenuhi oleh berbagai umpatan yang menuduh penyerang adalah kelompok pro-Beijing.
Bulan lalu, Inspektur Fong Chi-kin mengatakan polisi telah menangkap 57 orang yang terlibat dalam 40 kasus kriminal terkait dengan Lennon Walls.
Seorang yang bekerja pemandu wisata ditangkap karena menikam jurnalis dan dua korban lainnya di Lennon Wall di Tseung Kwan O pada Agustus lalu.
Meskipun kalanganb aktivis Hong Kong menuduhnya bagian dari kelompok pro-Beijing, namun polisi menegaskan, pria itu melakukan aksi sendirian.
Ia marah karena aksi demo yang terjadi sejak Juni lalu menghandcurkan pekerjaannya karena pariwisata Hong Kong jeblok hingga 74 persen saat liburan musim panas.
"Sebagian besar kasus melibatkan kekerasan, seperti pertempuran di tempat-tempat umum, penyerangan dan melukai," kata Fong. "Jadi, kami menilai bahwa tempat-tempat ini memiliki risiko keamanan yang relatif lebih tinggi."
Kelompok pro-Beijing yang dituduh pendemo adalah anggota Triad --kelompok kriminal terkenal di Hong Kong. Kelompok yang dikenal sebagai "pasukan putih" ini juga dituduh menyerang puluhan demonstran, Juni lalu, dan mengacaukan aksi demo dengan menembakkan kembang api ke arah massa.
Polisi Hong Kong di halaman Facebook resmi mengutuk keras segala tindakan kekerasan "terlepas dari motif atau latar belakang".
“Kami akan menangani setiap kasus dengan serius dan melakukan investigasi secara aktif,” tulis postingan itu yang diduga uyntuk menenangkan kelompok radikal.
Lennon Walls telah muncul di beberapa lokasi di seluruh Hong Kong sejak Juli sebagai bagian dari aksi perlawanan terhadap pemerintah eksekutif Hong Kong.
Lennon Wall di luar stasiun kereta Pasar Tai Po adalah salah satu yang terbesar di kota itu.
Sementara itu, kelompok demonstran mengatakan bahwa mereka akan melakukan aksi kembali pada Hari Minggu meskipun polisi telah mengeluarkan larangan aksi.