Densus 88 Tangkap 5 Terduga Teroris, Ada yang Terindikasi Pernah Ikut Perang Bersama ISIS

Dari sepuluh orang yang ditangkap itu, empat orang di antaranya terkait dengan jaringan pelaku bom bunuh di Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019) pagi.

Editor: Eko Setiawan
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Anggota Densus 88 

TRIBUNBATAM.id - Selama lima pekan terakhir setidaknya ada 10 terduga teroris yang diamankan pihak kepolisian. 

Diantara Mereka ada yang pernah tergabung dalam jaringan ISIS.

Polisi menangkap sepuluh terduga teroris selama kurun waktu sepekan terakhir. 

"Lima orang (ditangkap) di Riau, satu di Bekasi, tiga di Banten, dan satu di Jateng (Jawa Tengah)," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat menghadiri HUT Korp Brigade Mobil (Brimob) Polri di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Kamis (14/11/2019).

Cinta Terlarang Perwira Polisi Dengan Bos Ayam Geprek, Ketahuan Dari Pesan WA, Temukan Foto Mesra

Pemkab Bintan Kembali Raih Penghargaan Kabupaten Sehat Swasti Saba 2019

Jumlah tersebut di luar dari penangkapan istri pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, yang saat ini sedang menjalani pemeriksaan.

 

"Tiga orang ditangkap di Banten, satu di Jateng. Dugaan sementara keterlibatan tiga orang ini adalah jaringan JAD (Jamaah Ansharut Daulah) Banten," tutur Dedi.

Sedangkan satu pelaku di Jawa Tengah masih dilakukan pengembangan oleh Densus 88.

BERITA PERSIB - Sempat Diejek Lupa Cara Menang, Direktur Persib Ungkap Rahasia Sukses Maung Bandung

 

Keempat orang tersangka itu, Dedi menjelaskan, merupakan tersangka yang sudah pernah mengikuti aidat atau latihan militer.

"Serta sudah pernah ikut perang bersama ISIS di Suriah. Saat ini sedang dikembangkan oleh tim Densus," kata Dedi.

Sementara itu, terkait adanya kemungkinan pelaku bom bunuh diri di Medan melakukan aksinya tak sendiri, Dedi mengatakan hal itu masih terus dilakukan pengembangan.

 

"Kalau dari rekaman CCTV, pelakunya adalah tunggal tapi apakah ini terstruktur atau nonstruktur, masih terus dikembangkan," tutur Dedi.

Eks ISIS Jadi Dilema Indonesia.

Warga negara Indonesia yang sempat lari dan mendukung ISIS kini akan dipulangkan kembali ke Indonesia.

Tentunya ini menjadi kendala sendiri bagi pemerintah Indonesia.

Pengamat Intelijen Dynno Chressbon mengatakan Pemerintah Indonesia tidak akan bisa menghukum bekas anggota ISIS yang dikirim kembali ke Indonesia jika mereka tidak terbukti melanggar KUHP di Indonesia.

Pengamat Intelijen Dynno Chressbon
Pengamat Intelijen Dynno Chressbon (Warta Kota/Achmad Subechi)

"Tanggal 11 November ini Pemerintah Turki mengumumkan akan mendeportasi tahanan ISIS yang ditangkap," jelas Dynno.

Menurut Dynno pemulangan warga Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS ini nantinya akan membawa masalah baru bagi negara Indonesia.

"Jadi Indonesia mendapatkan ancaman baru," kata Dynno.

Jika pemerintah Turki memaksa Pemerintah Indonesia untuk menerima kembali warga negara Indonesia yang telah ditahan di kamp-kamp penahanan ISIS akan membawa masalah bagi Indonesia.

"Apabila pemerintah Turki benar-benar memaksa otoritas keamanan Indonesia untuk menerima pulang tahanan mereka, tahanan ISIS yang masih ada di kamp-kamp penahanan di Turki," tambahnya.

"Apabila pulang, Indonesia tidak punya kemampuan untuk menahan serangan terbaru," kata Dynno.

Kemudian Dynno menjawab pertanyaan apakah para tahanan ISIS yang dipulangkan dari Turki tersebut akan dipulangkan sebagai narapidana.

Dynno mengatakan status para warga yang dipulangkan akan tergantung rekam jejak mereka saat menjadi anggota ISIS, apakah terlibat secara langsung atau tidak langsung.

"Tergantung dari dokumennya apakah mereka di sana terlibat secara langsung atau tidak langsung," kata Dynno.

Dynno mengatakan saat ini sudah ada 500 tahanan yang pulang dan tidak bisa ditahan karena mereka tidak melanggar hukum KUHP di Indonesia.

"Kan ada 500 yang sudah pulang dan tidak bisa ditahan karena bentuk kejahatannya tidak melanggar hukum KUHP di Indonesia," tambah Dynno.

ISIS di Tangan Pemimpin Baru

Pengamat Intelijen Dynno Chressbon mengatakan bergantinya pemimpin ISIS akan membawa perubahan besar terhadap pola serangan terorisme di Indonesia.

Seperti yang telah diketahui, Abu Bakr al-Baghdadi pemimpin ISIS telah tewas bunuh diri pada 26 Oktober 2019, saat diserbu oleh tentara Amerika Serikat. Posisi Abu Bakr al-Baghdadi sebagai pemimpin ISIS kemudian digantikan oleh al-Quraishi yang memiliki latar belakang militer.

Pengamat Intelijen Dynno Chressbon (kiri) dan Mantan Pemimpin ISIS yang Tewas saat Serangan Militer Amerika Serikat Abu Bakr al-Baghdadi (kanan)
Pengamat Intelijen Dynno Chressbon (kiri) dan Mantan Pemimpin ISIS yang Tewas saat Serangan Militer Amerika Serikat Abu Bakr al-Baghdadi (kanan) (Warta Kota/Achmad Subechi dan Skynews)

Latar belakang al-Quraishi yang berasal dari badan militer akan membawa perubahan terhadap pola serangan teror di Indonesia.

Dilansir dari laporan wartawan Warta Kota Achmad Subechi, Dynno mulanya menjawab pertanyaan apakah kejadian teror yang terjadi di Medan adalah bentuk pamer kekuatan al-Quraishi yang telah menjadi pemimpin baru kelompok teror ISIS.

Dynno mengiyakan pernyataan tersebut .

Menurutnya adanya serangan ke instansi kepolisian adalah bentuk ketaatan atau baiat kelompok teror di Indonesia kepada pemimpin baru ISIS al-Quraishi.

"Ya menurut saya bahwa ini menunjukkan kemampuan mereka untuk membaiat kepada pemimpin baru ISIS yaitu al-Quraishi," kata Dynno.

 Setelah Bom di Polrestabes Medan, Polda Kalbar Perketat Pengamanan: Ojol Tak Dapat Masuk ke Markas

Pemimpin baru ISIS tersebut menurut Dynno lebih militan dibandingkan al-Baghdadi.

"Dan al-Quraishi lebih militan dari al-Baghdadi," kata dia.

Dynno kemudian menjelaskan alasan al-Quraishi lebih militan dibandingkan al-Baghdadi.

Menurut keterangan Dynno, sifat keras al-Quraishi disebabkan dirinya merupakan mantan dari kolonel pasukan elit dari pasukan elit bekas kepmimpinan Saddam Hussein di Iraq.

"Karena latar belakang al-Quraishi adalah kolonel pasukan elit dari pasukan elitnya eks kepemimpinan Saddam Hussein di Iraq," terang Dynno.

Al-Quraishi dan al Baghdadi memiliki latar belakang yang berbeda.

Kedua pemimpin ISIS tersebut memiliki spesialisasinya masing-masing.

Berdasarkan penjelasan Dynno, al-Baghdadi adalah pemimpin ISIS yang datang dari kelompok penyebar ideologi terrorisme.

Dynno juga mengatakan al-Baghdadi pernah beberapa kali ditangkap karena serangan ideologi di Iraq.

"Sedangkan al-Baghdadi adalah pemimpin yang datang dari kelompok ideologi yang pernah ditangkap dalam beberapa kali serangan ideologis di Iraq," terang Dynno.

Dynno mengatakan pemimpin baru ISIS ini akan membawa perubahan besar terhadap pola serangan kelompok teror di Indonesia.

Latar belakang militer militer al-Quraishi dianggap merupakan hal utama yang menyebabkan berubahnya pola serangan teror di Indonesia.

"Kalau ini baru, yaitu barunya adalah dia pemimpin dengan latar belakang pola serangan militer," kata Dynno.

Pengamat Intelijen tersebut mengatakan intensitas serangan teror di Indonesia akan berfokus untuk menyerang badan yang menjaga pertahanan dan keamanan di Indonesia seperti polisi, TNI dan BIN.

"Jadi intensitas serangan militer, menembus barikade pertahanan baik dari aparat kepolisian, TNI dan Badan Intelijen akan meningkat," terang Dynno.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Polisi Tangkap Lima Terduga Teroris Terkait JAD, Pernah Ikut Perang Bersama ISIS di Suriah, https://wartakota.tribunnews.com/2019/11/14/polisi-tangkap-lima-terduga-teroris-terkait-jad-pernah-ikut-perang-bersama-isis-di-suriah.
Penulis: Vini Rizki Amelia
Editor: Ika Chandra Viyatakarti

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved