Staf Khusus BUMN: Yang Tolak Ahok BTP Jadi Bos BUMN Takut Birokrasi Dibersihkan kayak di Jakarta
Staf Khusus BUMN, Arya Sinulingga angkat bicara terkait penolakan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama itu.
TRIBUNBATAM.id- Pro dan kontra terkait rencana Ahok BTP menjadi pimpinan BUMN terus bergulir.
Dikabarkan sejumlah pihak dari internal BUMN pun ada yang telah menyatakan sikap menolak Ahok BTP jadi Bos BUMN.
Staf Khusus BUMN, Arya Sinulingga angkat bicara terkait penolakan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama itu.
Diketahui, kabar terpilihnya Ahok untuk memimpin satu perusahaan BUMN menimbulkan penolakan, di antaranya dari serikat pekerja Pertamina.
Arya menganggap penolakan Ahok sebagai bentuk rasa khawatir kepada Ahok yang nantinya akan membersihkan birokrasi seperti saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Arya menegaskan bahwa BUMN harusnya menjadi perusahaan yang dijalankan atas dasar profesionalitas dan tak mengaitkan perkara lainnya.
"BUMN kalau kita lihat adalah tempat yang memang lepas daripada itu gitu, fokus kepada profesionalitas," ujar Arya.
Arya kemudian menyebut ada dua kemungkinan jika sampai pihak internal BUMN menolak Ahok.
Di antaranya karena tak ingin Ahok membersihkan birokrasi seperti saat dirinya memimpin Pemprov DKI Jakarta.
"Jadi kalau ada penolakan dari kawan-kawan karyawan BUMN di tempat tertentu di BUMN itu, bisa dua nih yang kita lihat," terang Arya.
"Pertama, mereka takut terhadap masuknya Pak Ahok di dalam BUMN, takut terjadi seperti di DKI bagaimana Pak Ahok itu melakukan pembersihan terhadap birokrasi," sambungnya.
• Fifi Lety Dulu Sebut Perselingkuhan Veronica Tan, Kini Adik Ahok BTP Ketahuan Dukung Penampilan Vero
• Setelah BTP Ahok, Giliran Sandiaga Uno Dikabarkan Jadi Dirut PLN
• Dari Pada Ahok, Dahlan Iskan Usulkan Sosok Ini Lebih Layak Jadi Bos BUMN: Orangnya Gak Populer
Kemungkinan berikutnya adalah adanya unsur politik dari pihak yang tidak menyukai Ahok, sehingga menolaknya.
Arya mengaku heran jika sampai dugaannya benar di mana pihak internal BUMN melibatkan pandangan politiknya dalam memilih pemimpin.
"Kedua, ini jangan-jangan politik gitu loh," kata Arya.
"Nah kalau politik, ini lucu banget, kenapa sampai kawan-kawan di BUMN bermain-main politik," tuturnya.