Tukang Gali Kubur Jadi Kepala Desa, Kalahkan Suara Petahana yang Sudah Popular
Nasib memang tidak ada yang tahu, berkat keiklasannya menolong orang, Mujiadi tukang gali kubur menjadi kepala desa.
TRIBUNBATAM.id - Nasib memang tidak ada yang tahu, berkat keiklasannya menolong orang, Mujiadi tukang gali kubur menjadi kepala desa.
Bahkan ia mengalahkan Kades petahana yang sangat populer didusun tersebut.
Nama Mujiadi (50) mendadak tenar seusai dilantik menjadi Kepala Desa (Kades) Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
• Perampokan di Indomaret, Karyawan Sempat Lempar Kursi, Kemudian Pelaku Bacok dan Ikat Korban
• Truk Tabrak Ruko, Tiga Orang Tewas, Bayi 1 Tahun Selamat dan Duduk di Tengah Reruntuhan
• VIDEO - Vanessa Angel Ungkap Inisial Nama Suaminya
Bapak dua anak ini viral karena kebiasaannya menggali kubur saat ada orang meninggal di desanya dan sekarang terpilih menjadi kades.
Mujiadi terlihat santai di ruang kerjanya Kantor Desa Pagerwojo, Rabu (18/12/2019) siang.
Pria bertubuh kurus tinggi ini tampak rapi mengenakan kemeja lengan panjang warna putih dipadu celana kain warna hitam dan sepatu pantofel.
"Monggo, silakan duduk," kata Muji, panggilan akrab Mujiadi saat menerima Surya yang datang menemuinya untuk wawancara kisah suksesnya menjadi kepala desa di kantornya.
• Duel Siswa SMAN 4 Sarolangun Berakhir Tragis, Bermula Saling Ejek Dipertandingan Sekolah
Lulusan STM Negeri (sekarang SMKN 1 Kota Blitar) itu mengaku, secara pribadi awalnya tidak punya niat untuk maju di ajang pemilihan kepala desa (Pilkades).
Dorongan itu justru muncul dari warga di tempat tinggalnya, Dusun Krajan, Desa Pagerwojo.
Dorongan agar dirinya maju di pilkades berawal dari bercandaan saat dia bersama warga lainnya sedang takziah menggali kubur untuk orang meninggal di tempat pemakaman umum di desanya.
"Itu mulainya sekitar dua tahun sebelum pemilihan (kepala desa). Sambil menggali kubur di pemakaman, warga guyonan menyuruh saya maju di Pilkades. Warga bilang, kowe ae majuo, dadi dadi (kamu saja maju Pilkades, jadi jadi," ujar Muji menirukan omongan warga kala itu.
Guyonan itu terus berulang setiap kali Muji bersama warga sedang menggali kubur untuk orang meninggal di desanya.
Awalnya, Muji tetap tidak tergiur untuk mendaftar ikut Pilkades.
Tetapi, dorongan warga agar dia maju semakin kuat.
Muji pun akhirnya mendaftar sebagai salah satu calon di Pilkades Pagerwojo.
"Saya sudah bilang ke warga, aku iki wong tani, ora iso ngomong di depan wong akeh (aku ini orang tani, tidak bisa bicara di depan orang banyak). Saya pernah disuruh bicara di depan jamaah yasin saja gelagapan. Sudah pegang mik, tapi suaranya tidak keluar," kenangnya.
Namun nasib bicara lain, Muji akhirnya menang di Pilkades Pagerwojo.
Dia berhasil mengalahkan tiga calon lain di Pilkades Pagerwojo, termasuk petahana.
Ketiga calon lain, yaitu, Eko Suparno (kades dongkol), Sugito, dan Slamet (kades petahana).
Muji memperoleh 1.284 suara hanya unggul 82 suara dari calon petahana, Slamet yang mendapat 1.202 suara.
Sedang dua calon lain, yaitu Eko Suparno mendapat 827 suara dan Sugito memperoleh sekitar 250 suara.
Desa Pagerwojo memiliki empat dusun, yaitu, Krajan, Dawung, Tegalrejo, dan Jirakkerep.
Jumlah total hak pilih di Pilkades Pagerwojo sekitar 5.700 orang.
Muji menang mutlak di dua dusun, yaitu, Krajan dan Tegalrejo.
Muji mengaku tidak mengeluarkan biaya banyak untuk maju di Pilkades.
Menurutnya, nominal uang yang bisa dihitung hanya untuk biaya cek kesehatan sebesar Rp 900.000.
Lainnya, berupa suguhan makanan saat ada tamu yang datang ke rumahnya jelang pemilihan.
"Selama dua bulan sebelum pemilihan rumah saya selalu penuh tamu. Masak ada tamu tidak disuguhi jajan dan minum. Yang untuk itu saya tidak bisa menghitung jumlah nominalnya," katanya.
Modal utama Muji maju di Pilkades hanya kebiasannya kerja sosial di masyarakat.
Muji memang terkenal ringan tangan di desanya, terutama soal kebiasaannya membantu menggali kubur saat ada orang meninggal.
Kebiasaan itu yang membuat Muji dikenal oleh warga dan mengantarkannya terpilih menjadi kepala desa.
Malah warga menjuluki Muji sebagai tukang menggali kubur saat ada orang meninggal di desanya.
Kebiasaan Muji membantu menggali kubur saat ada orang meninggal di desanya sudah berlangsung sejak 2003.
Awalnya, hanya di dusun tempat tinggalnya, kemudian kebiasaan itu juga dilakukan saat ada orang meninggal di dusun lain di desanya.
"Yang paling utama di Dusun Krajan dan Dusun Tegalrejo. Hampir 80 persen orang kenal saya, karena saya sering ikut menggali kubur kalau ada orang meninggal," ungkapnya.
Kebiasaan itu dilakukan Muji murni karena sosial tanpa mengharap bayaran.
Saat ada orang meninggal, dia hanya sebentar takziah ke rumah duka.
Setelah itu, dia pergi ke lokasi pemakaman untuk membantu menggali kubur.
"Pikir saya dari pada duduk-duduk di rumah duka, lebih baik bantu menggali kubur di pemakaman. Saya petani, sudah biasa mencangkul," ujarnya.
Muji sendiri merupakan petani tulen.
Dia menggarap lahan yang luasnya lebih dua hektare di empat lokasi di desanya.
Lahan itu sebagian merupakan tanah bengkok yang dia sewa dari desa.
Lahan itu berupa sawah dan tegalan.
Lahan itu dia tanami jeruk, palawija, padi, dan sebagian lagi ditanami pohon turi.
"Kalau pekerjaan saya ya tani. Kalau istri berdagang sayur di pasar. Istri saya melayani penjual sayur keliling di pasar," katanya.
Muji memiliki dua anak.
Anak pertama perempuan dan sekarang kuliah semester tiga jurusan peternakan di Universitas Brawijaya (UB), sedang anak keduanya laki-laki masih TK A.
"Target saya setelah menjadi Kades, saya ingin menghidupkan BUMDes. Saya ingin menciptakan lapangan kerja untuk anak muda yang masih menganggur. Saya juga ingin mengembangkan pertanian di desa ini," ucapnya optimistis.
Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Tukang Gali Kubur Terpilih Jadi Kades, Berawal Canda Warga 2 Tahun Lalu Disuruh Maju Tiap Gali KubuR