15 TAHUN TSUNAMI ACEH

Kisah Tsunami Aceh 2004 - Selamat dari Gelombang Tsunami, Bertemu Ular Raksasa di Atas Pohon

Saya dan ibu berpegangan di dalam air dan dibawa arus ke sana-sini. Tiba-tiba hanyut sebatang sebatang pohon besar ke dekat kami

Editor: Mairi Nandarson
SERAMBINEWS.COM/IST
Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh saat bencana tsunami terjadi 26 Desember 2004 

Saya sempat melihat bangunan-bangunan roboh diterjang air itu.

Transfer Liga Inggris - MU Akan Jual 2 Pemain Senior, Marcos Rojo dan Nemanja Matic, Ini Sebabnya

Transfer Liga Inggris - Jose Mourinho Ingin Kembalikan Gareth Bale ke Spurs, Eriksen ke Madrid?

Begitu juga pohon-pohon. Saya mendengar suara air memamah apa saja yang ada di depannya saat mengalir.

Tampaknya, meskipun setinggi 1 meter air tersebut cukup bertenaga. Saat panik itu saya berpikir dunia kiamat.

Saya intruksikan kepada Azwar agar segera memberhentikan sepeda motor, menurunkan ibu dan Marniah.

Setelah Azwar memakirkan adik Marniah berpegangan hendak berlari ke Asrama PGSD.

Berhubung kondisi adik dan ibu sudah sangat lemah, ketakutan, dan trauma, mereka tidak sanggup berlari lagi.

Mereka segera saya angkat ke atas beton setinggi satu setengah meter yang ada di samping lapangan bola dekat Asrama PGSD.

Sementara Azwar saya lihat sudah berada di ujung tiang listrik yang ada di pinggir jalan lingkar kampus. Dia sekitar lima meter dengan tembok.

Saya terus mengawasi posisi air. Sudah sangat dekat, dan semakin dekat, tinggal sekitar sepuluh meter di belakang kami.

Pada saat yang paling kritis itu, ibu berucap, "Bertasbih Nak, dan serahkan diri kepada Allah swt, kita ini lemah, Lahaula walakuata illabillah. Saat kami bertasbih air sudah menghantam kami dari depan dan belakang. Tembok tempat kami berdiri pecah dan roboh. Kami bertiga terangkat ke atas, lalu jatuh ke dalam air, lantas kami terpisah ditelan gelombang.

Saya merasakan langsung digulung-gulung air hitam itu. Saat digulung-gulung air saya sempat menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan.

Sementara tas dokumen tidak terlepas di tangan kiri.

Saat itu saya pasrah kepada Allah swt. Saya berpikir bagaimana sakitnya ditarik nyawa.

Dalam hati terus berzikir kepada Yang Maha Kuasa. Secara fisik saya merasakan kesakitan yang luar biasa oleh hantaman-hantaman kayu, seng, beton, dan sebagainya.

Dalam air itu saya sempat berpikir ke mana ibu dan adik-adik saya yang tadinya bersama saya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved