TANJUNGPINANG HARI INI
Dinilai Tidak Transparan, Gabungan Mahasiswa Demo Kantor Bulog Sub Divre Tanjungpinang
Kordinator aksi demo, Erik Ramtona menyampaikan, pihak Bulog Sub Divre Tanjungpinang telah gagal dalam mengendalikan beras.
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Kepulauan melakukan aksi demo di Kantor Bulog Sub Divre Tanjungpinang, Jumat (3/01/2020).
Membawa satu unit mobil kendaraan bak terbuka berwarna putih, mahasiswa terlihat memasang baleho yang bertuliskan Bulog Sakti?
Mahasiswa menilai Bulog tidak transparan dalam mengelola operasionalnya. Negara menurut mahasiswa ini diduga mengalami kerugian.
Kordinator Aksi, Erik Ramtona menyampaikan, pihak Bulog telah gagal dalam pengendalian beras.
Dalam undang-undang Kementrian Pertanian, ada jangka waktu 3 sampai 4 bulan terhadap kualitas beras.

"Seharunya pihak bulog sudah bisa memperhitungkan hal ini, akan lebih baik jauh sebelum beras turun kualitasnya, bisa membagikan kepada masyarakat," sebutnya.
Kekecewaan Mahasiswa pun juga terkait lelang Bulog sebanyak 500 Ton beras yang seharga Rp 1.127 Perkilogram.
"Padahal kalau standar harganya Rp 8 ribu per kilogram. Bayangkan, yang seharusnya negara mendapatkan penghasilan Rp 160 Miliar, malah mendapat Rp 23,8 Miliar saja. Kenapa malah mementingkan lelang kepada industri, bukan malah masyarakat," tegasnya.
Menanggapi demo Mahasiswa, kepala Bulog Sub Divre Tanjungpinang, Edison membenarkan adanya lelang beras tersebut.
Ia pun mengatakan, beras yang dijual dengan cara lelang juga dalam kondisi tidak dapat dikonsumsi manusia dan hewan.
"Beras ini untuk industri ethanol begitu, yang jelas bukan untuk dikonsumsi," ucapnya.
Menurutnya, sekitar 500 Ton beras stok tahun 2016-2017 tidak disalurkan karena tidak ada penyalurnya. Beras berakhir dengan kondisi yang buruk.
Ia menjelaskan, bahwa saat itu ada program Bansos Rastra Tanjungpinang yang beralih, jadi ketersediaan beras dari Bulog tidak terealisasikan.
"Pemko ngambilnya tidak ke Bulog lagi, tapu ke pedagang umum. Kenapa tidak kami yang menyalurkan. Kami bekerja sesuai intruksi pusat, jadi tidak bisa bekerja dengan arahan sendiri," sebutnya.(Tribunbatam.id/endrakaputra)