Gunakan Patahan Kursi Sebagai Tongkat, Mak Dupek Korban Tanah Amblas Ambil Sendiri Makanan ke Tenda

Kondisi Mak Dupek korban tanah amblas dekat Pasar Induk Jodoh, Batam memprihatinkan. Keluhkan sakit di bagian kaki, ia harus mengambil sendiri makanan

tribunbatam.id/ardananasution
Genangan air yang melewati rumah Mak Dupek, korban tanah amblas dekat Pasar Induk Jodoh, Batam, Jumat (3/1/2020). 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Mak Dupek terpaksa mengambil bantuan di tenda.

Kondisi Mak Dupek yang sakit-sakitan begitu memprihatinkan. Mak Dupek mengeluhkan sakit kaki, ia harus berjalan dari rumahnya menuju tenda perbekalan menggunakan tongkat.

Tongkat yang disebut Mak Dupek ini hanya berupa patahan kursi yang digunakan untuk menopang badannya ketika berjalan.

Korban tanah amblas dekat Pasar Induk Jodoh, Batam, Mak Dupek di depan rumahnya yang rubuh, Jumat (3/1/2020).
Korban tanah amblas dekat Pasar Induk Jodoh, Batam, Mak Dupek di depan rumahnya yang rubuh, Jumat (3/1/2020). (tribunbatam.id/ardananasution)

“Payah kali ini kalau mau ambil nasi saja harus jalan kedepan padahal kaki sakit. Untung ada tongkat,” ujar Mak Dupek.

Jalan menuju rumah mak Dupek pun ternyata harus melewati genangan lumpur yang mempersulit Mak Dupek untuk melintas.

Lima hari setelah musibah tanah amblas, nasib warga belakang eks pasar Induk Jodoh, Batam masih memprihatinkan.

Pantauan tribunbatam.id di lokasi, Jumat (3/1/2020), tampak tenda pengungsian berdiri kokoh lengkap dengan stok bahan makanan yang menumpuk ketika memasuki kawasan permukiman ini.

Bahan makanan ini merupakan sumbangan dari berbagai pihak yang prihatin terhadap nasib korban tanah amblas.

Sayangnya, hal itu belum dirasakan seorang korban tanah amblas, Nisa.

Menurut Nisa bantuan yang datang ke lokasi tak semuanya sampai ketangan mereka.

“Itu gak semuanya disampaikan ke kami, hanya ditumpuk aja disana,” tutur Nisa. 

Bahan makanan yang banyak itu ternyata tak lantas disalurkan kepada korban, warga hanya dapat sebagian kecil dari bantuan itu.

“Tak tahu juga buat apa, ya paling sekali-kali kami dipanggil untuk mengambil makanan,” sambung Nisa.

Selain itu Nisa dan keluarga bersama warga lain harus rela untuk tidur di tenda-tenda sementara yang terlihat memprihatinkan.

“Sedih juga kalau lihat anak-anak tidur harus seperti ini,” ucapnya.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved