Mien Sugandhi Pernah Ungkap Pesan Terakhir Tien Soeharto Sebelum Wafat, Panglima TNI pun Tak Tahu

Kisah Mien Sugandhi ungkap pesan terakhir tien soeharto sebelum meninggal, panglima tni pun tak tahu

Antara via Kompas.com/ Tribun Timur
Mien Sugandhi Pernah Ungkap Pesan Terakhir Tien Soeharto Sebelum Wafat, Awalnya Tak Digubris Orang 

#Mien Sugandhi Pernah Ungkap Pesan Terakhir Tien Soeharto Sebelum Wafat, Panglima TNI pun Tak Tahu

TRIBUNBATAM.id - Mien Sugandhi, dikenal sebagai sosok wanita tangguh di era Soeharto.

Mantan Menteri Urusan Peranan Wanita era Soeharto ini meninggal dunia pada Minggu (5/1/2020) malam.

Madame Mien Sugandhi dimakamkan ala militer di TMPN Kalibata, Jakarta, Senin (6/1/2019).

Prosesi pemakaman Mien Sugandhi berlangsung khidmat, jenazahnya diturnkan di bawah naungan bendera merah putih.

Membicarakan Mien Sugandhi, tentu mengingatkan akan Madame D Syuga dan Soeharto.

Pemakaman Mien Sugandhi di TMP Kalibata, Jakarta, Senin (6/1/2020).
Pemakaman Mien Sugandhi di TMP Kalibata, Jakarta, Senin (6/1/2020). ((KOMPAS.com/Haryantipuspasari))

 

Namun bagi generasi yang saat ini berusia sekira 40 tahun, nama perempuan cerdas yang dekat dengan Soeharto ini pasti pernah mendengarnya.

Mien Sugandhi mengembuskan napas terakhir pada pukul 21.50 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Politikus Partai Golkar ini meninggal dunia pada usia 85 tahun

Siapa sebenarnya Mien Sugandhi?

Nama perempuan ini populer di buku-buku pelajaran zaman Orde Baru.

Kala itu, ada materi pelajaran di sekolah dasar untuk menghapal nama-nama menteri Soeharto di Kabinet Pembangunan, Mien Sugandhi di antaranya.

Orang dekat Soeharto

Mien Sugandhi yang memiliki nama lengkap Siti Aminah Sugandhi, lahir 28 Juli 1934.

Dia merupakan istri dari RH Sugandhi Kartosubroto, yang biasa dikenal dengan Jenderal Sugandhi.

Sugandhi merupakan tentara di era Soekarno yang akhirnya menjadi jenderal di era Soeharto.

Perempuan ini pernah menjadi angggota DPR dan MPR pada 1977 hingga 1993.

Setelah itu, perempuan politikus Indonesia ini menjabat sebagai Menteri Urusan Peranan Wanita periode 1993-1998.

Dia menjabat menteri menggantikan Sulasikin Murpratomo

Selain karier, Mien tergolong perempuan cerdas Indonesia.

Ia memperoleh gelar doktor dari Northern California Global University, Amerika Serikat, pada 2001.

Mien Soegandhi, Menteri Urusan Peranan Wanita periode 1993-1998.
Mien Soegandhi, Menteri Urusan Peranan Wanita periode 1993-1998. (Kompas TV)

Biodata Mien Sugandhi

  • Nama lengkap: Siti Aminah Sugandhi
  • Lahir: 6 Oktober 1934
  • Meninggal: 6 Januari 2020
  • Pasangan: RH Sugandhi Kartosubroto
  • Anak: Sribudhi Mintorosasi Kartosubroto
  • Almamater: Northern California Global University
  • Pekerjaan: Pengusaha
  • Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia 3, 17 Maret 1993-16 Maret 1998

Pesan untuk Soeharto

Mien Sugandhi merupakan satu di antara politikus yang dekat dan Suharto.

Ia orang yang dititipi pesan oleh Tien Suharto, agar pemimpin Golkar tidak lagi mencalonkan Suharto pada 1996.

Namun oleh pemimpin tersebut tidak diindahkan Soeharto.

Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995.
Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995. (ISTIMEWA)

Suharto kembali menjadi Presiden, hingga kejatuhannya pada 1998.
Mien sangat menyesali penolakan tersebut.

Pada saat-saat terakhir meninggalnya Suharto, pada 6 Januari 2008, ia sempat menjenguk dan mengabarkan bahwa kondisi Suharto sudah membaik, mampu bicara jelas, dan mukanya kembali merah.

Mien Sugandhi juga memberi pembelaan bahwa meski Suharto memiliki kekurangan sebagai pemimpin, tetapi ia memiliki banyak jasa kepada bangsa dan negara.

Kontroversi Madame D Syuga

Saat menjabat sebagai Menteri, Mien Sugandhi pernah melontarkan pernyataan kontroversial berupa deportasi istri Sukarno, Ratna Sari Dewi kembali ke Jepang.

Buku Madame Syuga
Buku Madame Syuga (Istimewa)

Kala itu, penyebabnya bukunya yang berisi foto telanjang Madame D Syuga, dianggap mempermalukan citra Indonesia.

Namun hal ini kemudian diralat oleh Menteri Kehakiman kala itu, Oetoyo Oesman, yang mengatakan bahwa yang dilarang hanyalah buku tersebut, bukan orangnya. (Tribunjambi.com)

Pesan Ibu Tien

Mien Sugandhi juga pernah menyampaikan pesan Tien Soeharto sebelum wafat.

Pada suatu hari, di sebuah upacara Golkar tahun 1996, Mien Sugandhi kala itu sedang menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita duduk bersama dengan Tien Soeharto.

"Tolong katakan kepada ... (ia menyebut salah seorang petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup. Beliau sudah tua,” ujar Ibu Tien Soeharto.

"Lo, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" Mien Sugandhi terkejut dan bertanya.

"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata Tien.

 

Lantas Mien Sugandhi menyampaikan pesan dari Ibu Tien Soeharto kepada orang yang dituju, tetapi orang itu tidak mengindahkan perintah dari Mien Sugandhi dan Tien Soeharto.

Benar apa yang diungkapkan oleh Tien Soeharto.

Tepat pada Bulan April 1996, Tien benar-benar pergi untuk selama-lamanya.

Namun, pada Maret 1998 Pak Harto tetap dipilih menjadi presiden.

Perubahan memaksa Soeharto berhenti.

"Seandainya orang-orang yang dulu diberi pesan oleh Ibu Tien mendengarnya," batin Ny. Mien Sugandhi.

 

Menurut Mien Sugandhi tak pernah Tien seserius ini.

Adapun Brigjen Eddie M Nalapraya, mantan wagub DKI, menceritakan pengalamannya saat menemani Pak Soeharto memancing di Pelabuhan Ratu.

Ketika mobil hendak berangkat, sang nyonya mengetuk kaca persis di posisi Eddie duduk.

"Siap! Saya Bu," kata Eddie setelah kaca diturunkan.

"Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang ya!" pesan Tien.

 

Memang kala itu, hubungan Eddie dan keluarga Soeharto boleh dikata sangat dekat.

Terlihat dari anak-anak Soeharto yang mudah merajuk kepadanya untuk memintakan izin bepergian kepada ayahnya.

Ketika Eddie melaporkan kenaikan pangkatnya, Tien Soeharto langsung mengambil sapu tangan dan mengelap bintang di pundak Eddie.

"Sungguh, saya terharu. Tidak ada pengawal lain yang diperlakukan seperti itu."

 

Lain kisah bersumber dari Des Alwi, tokoh pergerakan asal Bandaneira, Maluku.

Des mengenal Soeharto ketika ditugasi oleh ayah angkatnya, Sutan Syahrir, untuk melakukan konsolidasi dengan sesama pemuda perjuangan setelah Indonesia merdeka.

Tahun 1949, saat di Yogyakarta, ia sering berdiskusi dengan para pemuda yang bermarkas di Pathuk. Di situlah ia mengenal Soeharto.

"Soeharto cukup akrab dengan pemuda setempat, Faisal Abdaoe, yang kala itu berusia 15 tahun. Saya mendengar suatu saat Soeharto mengajak Faisal naik mobil dan memarkirnya untuk mengamati gerak-gerik tentara Jepang di markas mereka di Malioboro."

 

"Tiba-tiba mendekat tentara Jepang yang mencurigai mereka. Segera Soeharto melilitkan kain scarf yang dibawanya, lantas memeluknya seperti orang pacaran. "Ha, ona aremaska (Hah, ada perempuan ya)?!' teriak serdadu itu sambil berlalu dari tempat itu," cerita Des Alwi.

Soal bahasa, Maftuh Basyuni menceritakan bahwa Pak Harto memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus. "Jangan salah. Memang kalau di PBB berbahasa Indonesia demi kebanggaan bangsa."

Hal yang sama dikatakan oleh Amoroso Katamsi saat mengikuti aktivitas Pesiden Soeharto untuk melakukan pengamatan sebelum memerankan tokoh itu dalam Pengkhianatan G30S/PKI (Arifin C. Noer, 1984).

"Saat menjelaskan soal peternakan sapi di Tapos kepada tamu-tamu dari Australia, ternyata Pak harto berbicara sangat lancar dalam bahasa Inggris," kata Laksamana Pertama TNI ini.

 

Ternyata, Pak harto memiliki kebiasaan mencatat. Tampak dari tiap kunjungannya ke daerah ia melengkapi diri dengan buku catatan.

Seperti yang pernah diceritakan oleh Try Sutrisno saat melakukan kunjungan incognito selama dua pekan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Tak banyak yang tahu. Bahkan Panglima ABRI pun tidak. Hanya Komandan Paspampres, Komandan Pengawal, dr. Mardjono, dan seorang mekanik."

Rombongan tidak menginap di rumah kepala desa atau rumah penduduk. Namun tidur seadanya dan tidak ingin diketahui orang.

"Sangat prihatin tapi saya melihat Pak harto sangat menikmati perjalanan keluar masuk desa itu," cerita Try. Seluruh hasil kunjungan dicatat di buku yang selalu dibawa Pak Harto. (Sumber: Pak Harto The Untold Stories terbitan Gramedia Pustaka)

#Mien Sugandhi Pernah Ungkap Pesan Terakhir Tien Soeharto Sebelum Wafat, Panglima TNI pun Tak Tahu


Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Kontroversi Mien Sugandhi saat Jadi Menteri Soeharto, Buku Madame Syuga Telanjang & Istri Soekarno

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved