Masih Belum Ditemukan Obatnya, 6 Orang di Cina Dinyatakan Tewas Akibat Virus Corona

Cina telah laporkan enam orang meninggal dunia akibat wabah virus Corona jenis baru yang jadi perbincangan publik. Berikut ini penjelasan virusnya.

CNN
Coronavirus. 

TRIBUNBATAM.id - Beberapa waktu belakangan ini, virus Corona menjadi perbincangan hangat publik di seluruh dunia.

Pasalnya, Pemerintah China telah mengumumkan warganya ada yang terjangkit virus Corona.

Bahkan pada Senin (20/1/2020) lalu, Otoritas Cina melaporkan enam orang meninggal dunia akibat wabah virus Corona jenis baru ini.

Enam orang yang meninggal dunia tersebut berada di pusat kota Wuhan.

Otoritas Cina juga mengkonfirmasi 291 kasus pasien yang terinfeksi virus misterius mirip SARS tersebut.

Jumlah tersebut meningkat sebanyak 70 lebih pasien dari laporan sebelumnya 218 orang.

2 WNA Asal China Sempat Diduga Terjangkit Virus Corona, Ini Kronologinya Menurut KKP Tanjungpinang

Demikian disampaikan Walikota Wuhan, Zhou Xianwang dalam sebuah wawancara, seperti dikutip media Channel News Asia, Selasa (21/1/2020).

Sebelumnya, pihak berwenang di Cina mengatakan 15 pekerja medis telah terinfeksi dan satu diantaranya dalam kondisi kritis.

Ada juga dua kasus yang diidentifikasi di Thailand, satu di Jepang, dan satu di Korea Selatan.

Otoritas kesehatan di seluruh dunia juga telah mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap virus ini.

Para wisatawan yang datang dari Cina pun harus melalui pemeriksaan yang ketat di Bandara.

Otoritas bandara di Amerika Serikat serta sebagian besar Negara di Asia juga menskrining penumpang dari Wuhan.

Sementara Singapura mengumumkan akan melakukan karantina bagi mereka yang baru saja melakukan perjalanan ke Wuhan dalam waktu 14 hari ini.

Pejabat Wuhan telah menggunakan termometer inframerah untuk layar penumpang di bandara, stasiun kereta api, dan terminal penumpang lainnya sejak 14 Januari lalu.

Menyebar di China dan Belum Ada Obat, Apa Itu Virus Corona?

Topik virus Corona sendiri sudah menjadi trending di Google karena saking banyak yang mencari tahu tentangnya.

Banyak negara di Asia yang sudah menyatakan waspada terhadap penyebaran virus Corona.

Awalnya virus Corona berasal dari Wuhan, China dan pertama kali menyebar ke wilayah Jepang.

Dilansir dari Tribunnews, seorang spesialis penyakit menular asal China, Zhong Nanshan telah memeringatkan penularan virus Corona dari Wuhan ini dapat terjadi melalui kontak manusia.

Dikutip dari South China Morning Post, saat mengunjungi kota tersebut, Zhong Nanshan mengatakan, setidaknya ada 14 staf medis tertular virus dari satu pasien.

Ilustrasi
Ilustrasi (BBC)

"Kunci untuk mengendalikan penyebaran penyakit sekarang adalah tentang mencegah munculnya penyebar super (dari virus)," kata Zhong Nanshan, merujuk dari pasien yang terinfeksi dan menyebarkan virus di kalangan petugas medis.

Menurut Zhong, prioritas utama sekarang adalah Kota Wuhan untuk menghentikan penyebaran penyakit ini dengan melarang orang-orang keluar kota.

Dia mengatakan, sejumlah kasus di Guangdong melibatkan pasien yang belum melakukan perjalanan ke Wuhan.

"Saat ini, tidak ada obat khusus untuk virus Corona baru ini dan (kami) melakukan beberapa tes dengan hewan," kata Zhong.

"Kami berharap jumlah kasus yang terinfeksi tidak meningkat selama periode perjalanan Tahun Baru Imlek dan kami perlu mencegah munculnya penyebar super virus," tambahnya.

Saat ini, para ahli memperkirakan virus Corona ini telah menjangkiti hampir 1.700 orang.

Pada Minggu (19/1/2020), sudah ada dua orang yang meninggal dunia akibat virus Corona dari Wuhan tersebut.

Dikutip dari Kompas.com, para ilmuwan dari Pusat Analisis Penyakit Menular Global MRC di Imperial College London kepada BBC, terdapat 41 kasus baru virus Corona yang dikonfirmasi di laboratorium.

Melalui pemodelan wabah berdasarkan virus, populasi lokal, dan data penerbangan, para ahli di Inggris memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi mendekati 1.700 orang.

Dari China, virus Corona yang berpotensi mematikan itu juga terdeteksi di Jepang dan ada temuan kasus pneumonia akibat virus misterius tersebut di Thailand.

Maka dari itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membagikan cara mencegah penularan dan meminimalkan resiko tertular virus Corona.

Apa Itu virus Corona?

Ilustrasi-Berbahaya dan Menular Antar-Manusia, Apa Itu Virus Corona? Merebak di China dan Belum Ada Obat
Ilustrasi-Berbahaya dan Menular Antar-Manusia, Apa Itu Virus Corona? Merebak di China dan Belum Ada Obat (bbc.co.uk)

Dilansir dari Wartakota, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Corona virus yang disebut Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov).

Kasus seperti ini pertama kali dilaporkan pada 2012 di Arab Saudi.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, Murti Utami, menjelaskan virus ini berbeda dengan Coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga kelompok studi Coronavirus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan bahwa novel Coronavirus tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov.

Virus ini tidak sama dengan Corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun mirip dengan Coronavirus yang terdapat pada kelelawar.

"Pada kurun waktu tiga bulan, sejak April s.d Juni 2013, jumlah infeksi MERS-Cov di dunia tercatat sebanyak 64 kasus (Saudi Arabia 49 kasus, Italia 3 kasus, United Kingdom 3 kasus, Perancis 2 kasus, Jordania 2 kasus, Qatar 2 kasus, Tunisia 2 kasus, dan Uni Emirat Arab 1 kasus) dengan 38 kematian," katanya, Rabu (3/7/2013).

Murti Utami menambahkan, sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-Cov berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan berat dengan gejala gejala demam, batuk, dan napas pendek.

Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran pernapasan tingkat sedang.

Murti Utami mengatakan sampai dengan saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat dengan penderita.

Penularan dari pasien yang terinfeksi kepada petugas kesehatan yang merawat juga diamati.

Selain itu, cluster dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab Saudi, Jordania, the United Kingdom, Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigasi.

"Hingga saat ini belum ada vaksin yang spesifik dapat mencegah infeksi MERS-Cov. Selain itu, belum ditemukan juga metode pengobatan yang secara spesifik dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh MERS-Cov. Perawatan medis hanya bersifat supportive untuk meringankan gejala. Tes laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk MERS-Cov tersedia di Kementerian Kesehatan dan beberapa laboratorium internasional, namun tes tersebut bukan tes rutin," katanya.

Kemenkes juga memberikan iimbauan kepada masyarakat yang hendak berpergian ke negara-negara Arab.

Masyarakat tetap bisa melakukan perjalanan atau berkunjung ke negara-negara Arabia Peninsula dan sekitarnya, karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning tentang kesehatan kepada negara-negara yang terkait dengan MERS-Cov.

Namun, hal yang perlu diantisipasi oleh masyarakat yang akan bepergian ke negara-negara tersebut, yaitu jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti halnya: batuk, atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, segera periksakan ke dokter.

Bukan MERS dan Flu Burung, Virus Misterius dari China Sebabkan Kematian, Dunia Waspada

Virus misterius dari China bernama Coronavirus dan diberi nama 2019-nCoV sedang menuai perhatian dunia.

Virus misterius itu dilaporkan sudah merenggut korban jiwa. 

Namun, yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana virus itu menyebar.

Maria Van Kerkhove, penjabat kepala unit penyakit yang baru muncul dari WHO, mengatakan dalam konferensi pers bahwa investigasi awal penyebaran Coronavirus sedang berlangsung.

Menurut dia, virus tersebut kemungkinan bisa bertransmisi antar manusia secara terbatas, misalnya dalam keluarga.

"Tetapi sangat jelas sekarang bahwa kita tidak memiliki transmisi manusia-ke-manusia yang berkelanjutan," ujarnya.

Salah satu contoh dari pasien yang terkena virus ini dari manusia lain adalah seorang istri dari pekerja di pasar makanan laut di Wuhan.

Untuk diketahui, banyak dari penderita penyakit ini yang terinfeksi karena pernah bekerja atau sering mengunjungi pasar makanan laut tersebut.

Namun, wanita tersebut tidak mengunjungi pasar dan ikut jatuh sakit beberapa hari setelah suaminya didiagnosis dengan 2019-nCoV.

Berdasarkan kasus tersebut, pejabat di Cina menyimpulkan bahwa sang suami telah menularkan virus kepada wanita itu.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ratusan orang, termasuk petugas kesehatan, telah melakukan kontak dekat dengan pasien yang terinfeksi tanpa tertular virus.

Sementara itu, jumlah orang yang meninggal akibat virus ini telah naik menjadi dua orang.

Lalu setelah dikonfirmasikan telah menyebar ke Thailand lewat seorang pengunjung dari China yang telah dikarantina, Jepang pun mengonfirmasikan temuan kasus ini di negaranya pada seorang warga negara yang baru saja kembali setelah berlibur ke Wuhan.

Padahal, pria Jepang tersebut mengaku tidak pernah mengunjungi pasar makanan laut yang dikaitkan dengan mewabahnya virus ini ketika berada di Wuhan.

Setelah menjalani perawatan, pria tersebut dinyatakan sembuh dan telah diperbolehkan pulang ke rumahnya.

Mewabah

Sebuah penyakit pneumonia misterius mewabah di kota Wuhan, China.

Pertama kali diinformasikan kepada kantor WHO di China pada 31 Desember 2019, sejauh ini sudah ada 59 kasus pneumonia misterius yang dilaporkan di Wuhan dan muncul kasus-kasus yang dicurigai penyakit yang sama di Hongkong.

Gejala penyakit ini meliputi demam, kesulitan bernapas dan lesi pada paru-paru seperti pneumonia.

Penyakit ini juga mengingatkan banyak orang akan wabah SARS yang sempat menyapu Asia pada 2002, menyebar ke 37 negara dan menginfeksi 8.000 orang.

Akan tetapi, otoritas Wuhan berkata bahwa penyakit ini bukan SARS, MERS atau flu burung.

Lantas apa?

Dugaan paling kuat saat ini adalah penyakit pneumonia jenis baru.

Dilansir dari CNN, Selasa (7/1/2019), infeksi ini awalnya terjadi pada tanggal 12 Desember 2019 dan 29 Desember 2019.

Sebagian dari pasien yang terinfeksi bekerja di sebuah pasar makanan laut di Wuhan. Namun, seperti dilaporkan oleh media lokal, pasar yang telah ditutup sejak 1 Januari 2020 untuk di disinfeksi tersebut tersebut juga menjual berbagai hewan hidup, seperi burung, kelinci dan ular.

Hal ini membuat para pakar mencurigai bahwa penyakit disebabkan oleh virus pneumonia baru yang berpindah dari hewan ke manusia.

Akankah jadi wabah?

Sejauh ini, badan kesehatan Wuhan belum menemukan bukti jelas adanya transmisi manusia ke manusia akan penyakit ini.

Seluruh pasien juga sudah dikarantina, dengan tujuh di antaranya kini berada dalam kondisi kritis. Lalu, 163 orang yang pernah berkontak dekat dengan pasien juga telah diletakkan di bawah observasi medis.

Akan tetapi, para pakar medis menegaskan bahwa kemungkinan itu tidak betul-betul hilang.

Profesor Leo Poon, seorang pakar virologi dari Hong Kong University dan pakar SARS, berkata bahwa dengan ditutup dan dibersihkannya pasar tempat penyakit ini mewabah, maka timbulnya infeksi baru akan menurun.

Namun tingkat keparahan situasi ini tergantung pada apakah penyakit ini bisa ditularkan dari manusia ke manusia.

Hui dari Universitas China juga sependapat. Dia berkata bahwa kemungkinan transmisi manusia ke manusia belum bisa dibuang sepenuhnya karena virus pernapasan sering kali dapat ditularkan antar manusia.

"Masalahnya hanyalah seberapa menular (virusnya)," ujarnya.

Para pakar juga khawatir karena waktu kemunculan virus ini yang menjelang Imlek.

Pasalnya, pada masa Imlek, ratusan juta warga China akan pulang kampung menggunakan kereta, bus dan pesawat terbang. Jutaan warga China lainnya juga akan berlibur ke luar negeri pada saat Imlek.

Di sisi lain, para pakar melihat bahwa sejauh ini belum ada kematian yang disebabkan oleh penyakit pneumonia misterius ini. Lagipula, kemampuan riset dan diagnosis saat ini jauh lebih baik daripada saat SARS mewabah satu dekade yang lalu.

Yuen Kwok-Yung, seorang ahli mikrobiologi dari Universitas Hong Kong, mengatakan kepada Time, Selasa (7/1/2019), sangat kecil kemungkinan ini akan menyebabkan wabah seperti tahun 2003, meskipun kita tidak boleh merasa puas dulu.

Bagaimana dunia merespons?

Selain China, pemerintah-pemerintah dunia juga sedang memerhatikan penyakit pneumonia misterius ini dan memperketat pengawasan.

Otoritas Rumah Sakit Hong Kong memperpendek waktu berkunjung ke rumah sakit dan mengharuskan semua pengunjung untuk memakai masker wajah. Pencitraan termal di bandara-bandara Hong Kong juga ditingkatkan.

Upaya yang sama juga dilaksanakan oleh pemerintah Singapura, yang menyatakan bahwa mereka akan melakukan pemindaian temperatur bagi para pengunjung dari Wuhan.

Sementara itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta, Banten, juga memperketak pengawasan kedatangan penumpang asal China.

Bandara Soekarno-Hatta akan mengaktifkan Thermal Scanner atau pemindai suhu tubuh selama 24 jam.

Dengan demikian pengunjung yang datang dengan suhu tubuh tidak normal akan segera terdeteksi dan dapat ditindaklanjuti.

WASPADAI Virus Corona, Pelabuhan Internasional Sekupang Pasang Thermal Detector

Kadinkes Bantah 2 Turis Asal China Terjangkit Virus Corona Masuk Bintan

VIRUS Corona Mewabah di China, Pelabuhan BBT Bintan Perketat Pengawasan Pintu Masuk

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 6 Orang di Cina Tewas Akibat Virus Corona Jenis Baru.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved