Stok Air Baku di Batam Menipis, Hanya ATB yang Punya Alat Canggih Pengontrol Air
BP Batam mengambil alih pengelolaan air bersih dari PT Adhya Tirta Batam (ATB). Persoalannya hanya ATB yang memiliki alat canggih untuk pengontrol air
TRIBUNBATAM.id - BP Batam resmi mengambil alih pengelolaan air bersih dari PT Adhya Tirta Batam (ATB).
Nantinya BP Batam akan dihadapkan pada sumber air baku yang menipis.
Persoalannya hanya ATB yang memiliki alat canggih untuk pengontrol air.
Kepastian kontrak ATB tidak diperpanjang disampaikan oleh Kepala BP Batam Muhammad Rudi saat konferensi pers di BP Batam, Kamis (23/1/2020).
Sebelum ia menjabat Kepala BP Batam, keputusan untuk tidak memperpanjang kerjasama dengan ATB, diambil Kepala BP Batam, Edy Putra Irawady sebelumnya pada 2019 lalu.
"Sebelum saya dilantik, sudah ada surat pemutusan kepada ATB. Jadi bahwa dia (ATB) dihentikan. Penandatanganan putus kerjasama itu bersama Pak Edy Irawadi," ujar Rudi di Bida Marketing BP Batam, Kamis (23/1/2020).
Diakuinya sebagai pengganti Edy, ia hanya melanjutkan apa yang diputuskan sebelumnya.
Langkah yang diambilnya terkait konsesi air bersih di Batam, yang akan berakhir November 2019 mendatang, menyurati Menko Perekonomian.
"Saya hanya melanjutkan saja. Saya sudah menyurati Menko untuk petunjuk kelanjutan. Itu yang ditunggu dari Menko," kata Rudi.
Ia melanjutkan saat Edy mengambil keputusan menghentikan kontrak kerjasama dengan ATB tidak diperpanjang, maka itu merupakan kewenangannya.
Jika tidak ada perubahan sikap setelah mendapat arahan dari Menko Perekonomian, maka BP Batam dinyatakan siap mengelola.
"Deputi IV kita bekas yang mengelola air di Jakarta. Dia yang bertanggungjawab dengan pengelolaan ini," kata Rudi.
Rudi menegaskan BP Batam siap mengambil alih pengelolaan air di Batam. Termasuk menampung karyawan ATB. Jika pengelolaan air diambil alih BP, maka tidak ada kerjasama dengan ATB.
Lantas bagaimana sikap ATB?
Walau Badan Pengusahaan (BP) Batam tak memperpanjang kontraknya, PT. Adhya Tirta Batam (ATB) seolah tak ingin ambil pusing.
Pasalnya, ATB juga sedang fokus menggarap beberapa proyek di luar Batam.
"Bulan November konsesi berakhir itu betul, namun fokus kami juga tak hanya ke situ. Ada beberapa daerah yang telah meminta kami untuk mengelola air bersih juga seperti di Pekanbaru, Lampung, dan Samosir," ungkap Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus, Jumat (24/1/2020) lalu.
Namun Maria tak ingin sesumbar. Baginya pengelolaan air bersih di Batam tetap menjadi perhatian serius pihaknya.
"Kondisinya memprihatinkan. Karena ketersediaan air sedang menipis. Ini dong yang perlu disikapi," sambungnya.
Dia pun mempertanyakan langkah BP Batam ke depan.
"Apakah pengganti kami siap dengan kondisi ini? Silahkan jika memang sanggup. Tapi ingat, investasi kami ini semuanya punya hak paten. Salah satu contohnya alat pengontrol kondisi air di layar itu," paparnya lagi sambil menunjuk alat canggih di ruang rapat lantai 7 Kantor ATB Sukajadi Batam.

Dari alat itu dapat dilihat alur distribusi air di seluruh wilayah Kota Batam.
Dan alat ini sendiri menurut Maria hanya dimiliki oleh ATB sebagai pengelola air bersih yang telah diakui oleh banyak pihak.
"Termasuk jika ada kebocoran kita juga bisa langsung tahu dan segera menyikapi kondisinya. Kenapa kami responsif? Karena alat itu," tambahnya.
Sejauh ini menurutnya lagi, ATB sendiri hanya terfokus untuk tetap memberikan layanan terbaik bagi warga Batam.
Seperti beberapa daerah di Bengkong, Batu Aji, dan Tanjung Uncang telah mendapat perhatian ATB untuk dilakukan perbaikan pipa distribusi air.
"Agar airnya lancar dan gak kecil debitnya. Di Pelabuhan Batu Ampar juga kami diminta kok," ujarnya.
Modal Rp 1 Triliun
Menjelang berakhirnya konsensi air antara ATB dengan BP Batam, Head of Corporate Secretary ATB, Maria Y Jacobus blak-blakan soal nilai aset yang selama ini telah dimiliki ATB selama mengelola air di Batam.
Hingga 2019, jumlah aset milik ATB mencapai Rp 1,017 trliun.
Dari jumlah tersebut, ada aset yang memang harus dikembalikan ke ATB senilai Rp 350 miliar.
Maria mengatakan, aset lama memang harus kembalikan ke BP Batam.
Namun jika aset dan fasilitas baru, lanjut Maria, inilah yang memang perlu didiskusikan.
Mendiskusikan nilai investasi pengembalian BP Batam kepada ATB.
"Sampai saat ini kami sudah berinvestasi Rp 1,017 triliun. Sementara dikonsesi sudah mengatur Rp 350 miliar nilai yang sesuai dengan bisnis model. Tentu ada selisihnya," katanya.
Maria menyebut ada sekitar Rp 500 miliar yang perlu didiskusikan.
"Apakah BP Batam punya perspektif lain, apakah ATB punya prespektif lain. Sampai sekarang belum punya ruang dan waktu untuk diskusi," paparnya, Jumat (24/1/2020).
Selain itu, di dalam konsesi juga disebutkan di tahun ke 25 ATB harus bisa memberikan pemenuhan jumlah pelanggan 107 ribu pelanggan.
Saat ini ATB berhasil memenuhi jumlah pelanggan sebanyak 290.488 pelanggan.
"Kita jauh melampaui indikator yang sudah diatur dalam konsesi," katanya.
ATB Minta Hitung-Hitungan
Pernyataan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi perihal tak diperpanjangnya kontrak pengelolaan air bersih milik PT. Adhya Tirta Batam (ATB), Kamis (23/1/2020) lalu cukup mengejutkan.
Pasalnya, selama 25 tahun ATB telah dipercaya untuk menangani pengelolaan air di Kota Batam sejak tahun 1995.
Menyikapi ini, Head of Corporate Secretary ATB, Maria Y. Jacobus mengatakan dirinya tak ingin ambil pusing. Maria ingin BP Batam bersikap transparan sebelum peralihan dilakukan.
"Jangan sampai Batam ini dipertaruhkan. Talk with us, mari kita diskusi bersama perihal konsesi ini," tegasnya saat ditemui di Kantor ATB Sukajadi, Jumat (24/1/2020).
Menurutnya, BP Batam juga harus melihat investasi aset milik ATB selama ini jika benar-benar serius mengakhiri kerjasama.
"Kalau bicara bisnis, hitung-hitung dulu dong. Koridor pengakhiran konsesi ini paling utama, jangan semua bicara ending saja," sesalnya.
Maria mengatakan, jika hak dan kewajiban antara BP Batam dan ATB tak dapat diselesaikan dalam waktu sebentar perihal konsesi ini.
"Ketika sebuah perjanjian akan diakhiri, sementara ada para pihak yang merasa tidak sesuai, apakah dapat diakhiri?," katanya seolah melempar tanya pada BP Batam.
Namun dia memastikan, hingga kontrak atau konsesi ini usai ATB akan tetap memberikan pelayanan terbaik bagi warga Batam.
Termasuk beberapa penguatan suplai di banyak daerah seperti Bengkong, Batu Aji, dan Tanjung Uncang.
"Perlu diketahui jika kami juga berkontribusi untuk mendukung pelebaran jalan di Batam. Berapa banyak pipa kami terkena imbasnya akibat pelebaran jalan?
Lalu tiba-tiba telpon masuk menyebut pipa bocor, dan meminta kami segera bersikap responsif. Apakah yang lain siap dengan hal ini?," pungkasnya.(dna)